Lompat ke isi

Imanen: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT14danang (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Inuse| 06 Mei 2011}} thumb|200px|Tuhan dilukiskan sebagai lelaki Tua yang memiliki pribadi Imanen atau imanensi adalah faham yang menekankan berpi...'
 
HsfBot (bicara | kontrib)
k +{{Authority control}}
 
(11 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Omslag till boken Guds tredje strategi.jpg|jmpl|200px|Tuhan dilukiskan sebagai lelaki Tua yang memiliki pribadi]]
{{Inuse| 06 Mei 2011}}
'''Imanen''' atau '''imanensi''' adalah paham yang menekankan berpikir dengan diri sendiri atau subjektif.<ref name="Bagus">{{id}}Lorens Bagus., ''Kamus Filsafat'', Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996</ref> Istilah imanensi berasal dari Bahasa [[Latin]] ''immanere'' yang berarti "tinggal di dalam".<ref name="Bagus"/> Imanen adalah lawan kata dari transenden.<ref name="Bagus"/> Pertama kali, istilah ini diajukan oleh Aristoteles yang memiliki arti "batin" dari suatu objek, fenomena atau gejala. Kemudian dikembangkan oleh [[Imanuel Kant|Kant]] dan berlaku sampai sekarang.<ref name="Bagus"/>
[[Berkas:Omslag.jpg|thumb|200px|Tuhan dilukiskan sebagai lelaki Tua yang memiliki pribadi]]
Imanen atau imanensi adalah faham yang menekankan berpikir dengan diri sendiri atau subyektif.<ref name="Bagus">{{id}}Lorens Bagus., ''Kamus Filsafat'', Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996</ref> Istilah imanensi berasal dari Bahasa [[Latin]] ''immanere'' yang berarti "tinggal di dalam".<ref name="Bagus"/> Imanen adalah lawan kata dari transenden.<ref name="Bagus"/> Pertama kali, istilah ini diajukan oleh Aristoteles yang memiliki arti "batin" dari suatu obyek, fenomena atau gejala. Kemudian dikembangkan oleh [[Imanuel Kant|Kant]] dan berlaku sampai sekarang.<ref name="Bagus"/>


Dalam istilah [[Filsafat Ketuhanan]], Tuhan yang imanen berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia.<ref name="Bagus"/> Berbeda dengan transenden yang sangat mengagungkan Tuhan yang begitu jauh sehingga mereka sangat hormat.<ref name="Bagus"/> Imanensi lebih dekat dan terbatas pada pengalaman manusia, seperti dikemukakan [[David Hume|Hume]] dalam teori ''fenomenalisme empiris'' dan [[Imanuel Kant|Kanti]] dalam ''Crtitique of Pure Reason''.<ref name="Bagus"/>
Dalam istilah [[Filsafat Ketuhanan]], Tuhan yang imanen berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia.<ref name="Bagus"/> Berbeda dengan transenden yang sangat mengagungkan Tuhan yang begitu jauh sehingga mereka sangat hormat.<ref name="Bagus"/> Imanensi lebih dekat dan terbatas pada pengalaman manusia, seperti dikemukakan [[David Hume|Hume]] dalam teori ''fenomenalisme empiris'' dan [[Imanuel Kant|Kanti]] dalam ''Crtitique of Pure Reason''.<ref name="Bagus"/>
Baris 9: Baris 8:
Dalam Teologi Kristen, imanen dapat dilihat dalam ajaran [[Trinitas]], yaitu [[Allah]] yang memiliki pribadi begitu nyata, Allah menjadi begitu dekat dengan umat-Nya.<ref name="drummond">{{id}}Celia Deane-drumnond., ''Teologi Dan Ekologi'', Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006</ref> Sifat Allah yang imanen terkadang akan membuat manusia hanya berpikir bahwa Allah dekat, hal ini kurang tepat, maka dibutuhkan sifat transenden juga. Allah yang transenden adalah Allah yang melampaui segala yang ada.<ref name="KWI"/> Allah yang tidak terbatas untuk memimpin dunia.<ref name="KWI">{{id}}Konferensi Waligereja Indonesia., ''Iman Katolik: buku informasi dan referensi'', Yogyakarta: Kanisius, 2000</ref>
Dalam Teologi Kristen, imanen dapat dilihat dalam ajaran [[Trinitas]], yaitu [[Allah]] yang memiliki pribadi begitu nyata, Allah menjadi begitu dekat dengan umat-Nya.<ref name="drummond">{{id}}Celia Deane-drumnond., ''Teologi Dan Ekologi'', Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006</ref> Sifat Allah yang imanen terkadang akan membuat manusia hanya berpikir bahwa Allah dekat, hal ini kurang tepat, maka dibutuhkan sifat transenden juga. Allah yang transenden adalah Allah yang melampaui segala yang ada.<ref name="KWI"/> Allah yang tidak terbatas untuk memimpin dunia.<ref name="KWI">{{id}}Konferensi Waligereja Indonesia., ''Iman Katolik: buku informasi dan referensi'', Yogyakarta: Kanisius, 2000</ref>


== Referensi ==


==referensi==
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Authority control}}


[[Kategori:Agama]]
[[Kategori:Agama]]
Baris 19: Baris 17:
[[Kategori:Filsafat]]
[[Kategori:Filsafat]]




[[bg:Иманенция]]
[[cs:Imanence]]
[[de:Immanenz]]
[[en:Immanence]]
[[et:Immanentne]]
[[es:Inmanencia]]
[[eo:Imanento]]
[[fr:Immanence]]
[[ko:내재]]
[[ia:Immanentia]]
[[it:Immanenza]]
[[he:אימננטיות]]
[[nl:Immanentie]]
[[no:Immanent]]
[[pl:Immanencja]]
[[pt:Imanência]]
[[ru:Имманентность]]
[[sk:Imanentizmus]]
[[sk:Imanentizmus]]
[[uk:Іманентність]]

Revisi terkini sejak 5 Juli 2021 08.17

Tuhan dilukiskan sebagai lelaki Tua yang memiliki pribadi

Imanen atau imanensi adalah paham yang menekankan berpikir dengan diri sendiri atau subjektif.[1] Istilah imanensi berasal dari Bahasa Latin immanere yang berarti "tinggal di dalam".[1] Imanen adalah lawan kata dari transenden.[1] Pertama kali, istilah ini diajukan oleh Aristoteles yang memiliki arti "batin" dari suatu objek, fenomena atau gejala. Kemudian dikembangkan oleh Kant dan berlaku sampai sekarang.[1]

Dalam istilah Filsafat Ketuhanan, Tuhan yang imanen berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia.[1] Berbeda dengan transenden yang sangat mengagungkan Tuhan yang begitu jauh sehingga mereka sangat hormat.[1] Imanensi lebih dekat dan terbatas pada pengalaman manusia, seperti dikemukakan Hume dalam teori fenomenalisme empiris dan Kanti dalam Crtitique of Pure Reason.[1]

Dalam bidang aliran agama, imanensi sangat ditekankan oleh ajaran Panteisme untuk menentang transendensi.[1] Hal ini dimaksudkan agar manusia lebih akrab dengan Tuhan dalam kehidupannya.[1] Namun terdapat pandangan bahwa hal ini hanya akan membatasi Allah yang maha kuasa atas kehidupan manusia, Allah kehilangan unsur misterinya.[1]

Dalam Teologi Kristen, imanen dapat dilihat dalam ajaran Trinitas, yaitu Allah yang memiliki pribadi begitu nyata, Allah menjadi begitu dekat dengan umat-Nya.[2] Sifat Allah yang imanen terkadang akan membuat manusia hanya berpikir bahwa Allah dekat, hal ini kurang tepat, maka dibutuhkan sifat transenden juga. Allah yang transenden adalah Allah yang melampaui segala yang ada.[3] Allah yang tidak terbatas untuk memimpin dunia.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia)Lorens Bagus., Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996
  2. ^ (Indonesia)Celia Deane-drumnond., Teologi Dan Ekologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
  3. ^ a b (Indonesia)Konferensi Waligereja Indonesia., Iman Katolik: buku informasi dan referensi, Yogyakarta: Kanisius, 2000