Lompat ke isi

Mak Rabuak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Membetulkan ejaan
 
(16 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
'''Mak Rabuak'''

merupakan sastra lisan yang menyampai-
'''Mak Rabuak''' merupakan [[sastra lisan]] yang menyampaikan cerita [[kaba]], terdapat di daerah [[Lubuk Minturun, Koto Tangah, Padang|Lubuk Minturun]], [[Koto Tangah, Padang|Kecamatan Koto Tangah]], [[Kota Padang]]. Penamaan sastra lisan ini berasal dari nama orang yang pertama kali memperkenalkannya. Cerita atau kaba yang disampaikan dalam pertunjukan ''Mak Rabuak'', satu-satunya, adalah "Kaba Unggeh Layang". Cerita ini disampaikan oleh tukang ''Mak Rabuak'' kepada khalayak disertai iringan instrumen [[rebana]]. Menurut tukang ''Mak Rabuak'', kaba yang disampaikannya baru selesai dalam tiga malam, artinya, tiga kali pertunjukan. Pertunjukan baru dianggap tamat kalau didarahi dengan cara menyembelih seekor kambing, kemudian, dagingnya dimakan bersama-sama dengan masyarakat. Jika, syarat terakhir itu tidak dipenuhi, mereka percaya bahwa akan terjadi musibah. Sudah hampir dua puluh tahun ini tidak pernah ada pertunjukan Mak Rabuak sampai selesai, dalam arti, pertunjukan itu diakhiri dengan upacara menyembelih kambing. Dengan kata lain, ''Mak Rabuak'' sudah lama sekali tidak dipertunjukkan hingga tamat. Tukang ''Mak Rabuak'' pun hanya tinggal satu orang dan tidak mempunyai 'pewaris' ataupun murid lagi. Mak Rabuak ini sarna dengan ''[[Bataram]]'' yang terdapat di [[Pesisir Selatan]]. Keduanya bersumber dari cerita yang sama, yaitu "Kaba Sutan Pangaduan". Hanya saja, judul kaba pada ''Mak Rabuak'' berdasarkan nama tokoh antagonis dalam cerita itu, sedangkan judul ''Bataram'' berdasarkan nama tokoh protagonis dalam cerita yang sama. Oleh karena itu, deskripsi ''mak rabuak'' lebih jauh dapat dilihat pada deskripsi tentang ''bataram''.<ref>{{Cite book|title=Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau|last=Amir|first=Adriyetti. Dkk|publisher=Andalas University Press|year=2006|isbn=979-1097-08-9|location=Padang|pages=125 - 126}}</ref>
kan cerita kaba, terdapat di daerah Lubuk Minturun,

Kecamatan Kota Tangah. Penamaan sastra lisan ini berasal
== Referensi ==
dari nama orang yang pertama kali memperkenalkannya.
{{Reflist}}
Cerita atau kaba yang disampaikan dalam pertunjukan

Mak Rabuak, satu-satunya, adalah "Kaba Unggeh Layang".
[[Kategori:Sastra lisan Minangkabau]]
Cerita ini disampaihn oleh tukang Mak Rabuak kepada
khalayak disertai iringan instrumen rebana.
Menurut tukang Mak Rabuak, kaba yang disampaikan-
nya baru selesai dalam tiga malam, artinya, tiga kali
pertunjukan. Pertunjukan baru dianggap tamat kalau didarahi
dengan cara menyembelih seekor kambing, kemudian,
dagingnya dimakan bersama-sama dengan masyarakat. Jika,
syarat terakhir itu tidak dipenuhi, mereka percaya bahwa akan
terjadi musibah.
Sudah hampir dua puluh tahun ini tidak pernah ada
pertunjukan Mak Rabuak sampai selesai, dalam arti,
pertunjukan itu diakhiri dengan upacara menyembelih
kambing. Dengan kata lain, Mak Rabuak sudah lama sekali
tidak dipertunjukkan hingga tamat. Tukang Mak Rabuak pun
hanya tinggal satu orang dan tidak mempunyai 'pewaris'
ataupun murid lagi.
Mak Rabuak ini sarna dengan Bataram yang terdapat di
Pesisir Selatan. Keduanya bersurnber dari cerita yang sarna,
yaitu "Kaba Sutan Pangaduan". Hanya saja, judul kaba pada
Mak Rabuak berdasarkan nama tokoh antagonis dalarn cerita
itu, sedangkan judul Bataram berdasarkan nama tokoh protagonis dalam cerita yang sama. Oleh karena itu, deskripsi ''mak rabuak'' lebih jauh dapat dilihat pada deskripsi tentang bataram

Revisi terkini sejak 7 Maret 2023 07.02


Mak Rabuak merupakan sastra lisan yang menyampaikan cerita kaba, terdapat di daerah Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Penamaan sastra lisan ini berasal dari nama orang yang pertama kali memperkenalkannya. Cerita atau kaba yang disampaikan dalam pertunjukan Mak Rabuak, satu-satunya, adalah "Kaba Unggeh Layang". Cerita ini disampaikan oleh tukang Mak Rabuak kepada khalayak disertai iringan instrumen rebana. Menurut tukang Mak Rabuak, kaba yang disampaikannya baru selesai dalam tiga malam, artinya, tiga kali pertunjukan. Pertunjukan baru dianggap tamat kalau didarahi dengan cara menyembelih seekor kambing, kemudian, dagingnya dimakan bersama-sama dengan masyarakat. Jika, syarat terakhir itu tidak dipenuhi, mereka percaya bahwa akan terjadi musibah. Sudah hampir dua puluh tahun ini tidak pernah ada pertunjukan Mak Rabuak sampai selesai, dalam arti, pertunjukan itu diakhiri dengan upacara menyembelih kambing. Dengan kata lain, Mak Rabuak sudah lama sekali tidak dipertunjukkan hingga tamat. Tukang Mak Rabuak pun hanya tinggal satu orang dan tidak mempunyai 'pewaris' ataupun murid lagi. Mak Rabuak ini sarna dengan Bataram yang terdapat di Pesisir Selatan. Keduanya bersumber dari cerita yang sama, yaitu "Kaba Sutan Pangaduan". Hanya saja, judul kaba pada Mak Rabuak berdasarkan nama tokoh antagonis dalam cerita itu, sedangkan judul Bataram berdasarkan nama tokoh protagonis dalam cerita yang sama. Oleh karena itu, deskripsi mak rabuak lebih jauh dapat dilihat pada deskripsi tentang bataram.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Amir, Adriyetti. Dkk (2006). Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Andalas University Press. hlm. 125 – 126. ISBN 979-1097-08-9.