Lompat ke isi

Sastra lisan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Temp
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Sastra}}
'''Sastra lisan''' atau '''sastra rakyat''' adalah karya [[sastra]] dalam bentuk ujaran (lisan), tetapi sastra itu sendiri berkutat di bidang [[tulisan]]. Sastra lisan membentuk komponen [[budaya]] yang lebih mendasar, tetapi memiliki sifat-sifat sastra pada umumnya. Cendekiawan [[Uganda]] [[Pio Zirimu]] memperkenalkan kata '''''orature''''' untuk menghindari [[oksimoron]], namun ''sastra lisan'' (''oral literature'') masih sering digunakan di lingkup akademik dan masyarakat.{{Citation needed|date=April 2011}}
'''Sastra lisan''' atau '''sastra rakyat''' adalah karya [[sastra]] dalam bentuk ujaran (lisan), tetapi sastra itu sendiri berkutat di bidang [[tulisan]]. Sastra lisan membentuk komponen [[budaya]] yang lebih mendasar, tetapi memiliki sifat-sifat sastra pada umumnya. Cendekiawan [[Uganda]] [[Pio Zirimu]] memperkenalkan kata '''''orature''''' untuk menghindari [[oksimoron]], namun ''sastra lisan'' (''oral literature'') masih sering digunakan di lingkup akademik dan masyarakat.{{Citation needed|date=April 2011}}


Masyarakat yang belum mengenal huruf tidak punya sastra tertulis, tetapi mungkin memiliki [[tradisi lisan]] yang kaya dan beragam—seperti [[puisi epik|epik]], [[cerita rakyat]], [[peribahasa]], dan [[lagu rakyat]]—yang secara efektif membentuk sastra lisan. Sekalipun semuanya disatukan dan dicetak oleh para [[ahli cerita rakyat]] dan [[paremiografi|paremiografer]], hasilnya masih disebut "sastra lisan".
Masyarakat yang belum mengenal huruf tidak memiliki sastra tertulis, tetapi mungkin memiliki [[tradisi lisan]] yang kaya dan beragam—seperti [[puisi epik|epik]], [[cerita rakyat]], [[peribahasa]], dan [[lagu rakyat]]—yang secara efektif membentuk sastra lisan. Sekalipun semuanya disatukan dan dicetak oleh para [[ahli cerita rakyat]] dan [[paremiografi|paremiografer]], hasilnya masih disebut "sastra lisan".


Masyarakat yang mengenal huruf kemungkinan masih melanjutkan tradisi lisan, biasanya di dalam keluarga (seperti [[pengantar tidur]]) atau struktur sosial informal. Penyampaian [[legenda urban]] dapat dianggap sebagai contoh sastra lisan, sebagaimana [[lelucon]] dan [[puisi lisan]], termasuk [[lomba puisi]] yang ditayangkan di ''[[Def Poetry]]''. [[Puisi pertunjukan]] adalah genre puisi yang menggantikan bentuk tertulisnya <ref>[http://www.timesonline.co.uk/tol/life_and_style/article6957668.ece Three-minute poetry? It’s all the rage], March 07, 2011 / December 16, 2009, publisher The Times, UK</ref>
Masyarakat yang mengenal huruf kemungkinan masih melanjutkan tradisi lisan, biasanya di dalam keluarga (seperti [[pengantar tidur]]) atau struktur sosial informal. Penyampaian [[legenda urban]] dapat dianggap sebagai contoh sastra lisan, sebagaimana [[lelucon]] dan [[puisi lisan]], termasuk [[lomba puisi]] yang ditayangkan di ''[[Def Poetry]]''. [[Puisi pertunjukan]] adalah genre puisi yang menggantikan bentuk tertulisnya <ref>[http://www.timesonline.co.uk/tol/life_and_style/article6957668.ece Three-minute poetry? It’s all the rage], March 07, 2011 / December 16, 2009, publisher The Times, UK</ref>

Revisi terkini sejak 27 Mei 2023 05.40

Sastra lisan atau sastra rakyat adalah karya sastra dalam bentuk ujaran (lisan), tetapi sastra itu sendiri berkutat di bidang tulisan. Sastra lisan membentuk komponen budaya yang lebih mendasar, tetapi memiliki sifat-sifat sastra pada umumnya. Cendekiawan Uganda Pio Zirimu memperkenalkan kata orature untuk menghindari oksimoron, namun sastra lisan (oral literature) masih sering digunakan di lingkup akademik dan masyarakat.[butuh rujukan]

Masyarakat yang belum mengenal huruf tidak memiliki sastra tertulis, tetapi mungkin memiliki tradisi lisan yang kaya dan beragam—seperti epik, cerita rakyat, peribahasa, dan lagu rakyat—yang secara efektif membentuk sastra lisan. Sekalipun semuanya disatukan dan dicetak oleh para ahli cerita rakyat dan paremiografer, hasilnya masih disebut "sastra lisan".

Masyarakat yang mengenal huruf kemungkinan masih melanjutkan tradisi lisan, biasanya di dalam keluarga (seperti pengantar tidur) atau struktur sosial informal. Penyampaian legenda urban dapat dianggap sebagai contoh sastra lisan, sebagaimana lelucon dan puisi lisan, termasuk lomba puisi yang ditayangkan di Def Poetry. Puisi pertunjukan adalah genre puisi yang menggantikan bentuk tertulisnya [1]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Finnegan, Ruth. (2012) Oral Literature in Africa. Cambridge: Open Book Publishers. CC BY edition
  • Ong, Walter. (1982) Orality and Literacy: the technologizing of the word. New York: Methuen Press.
  • Tsaaior, James Tar. 2010. Webbed words, masked meanings: Proverbiality and narrative/discursive strategies in D.T. Niane's Sundiata: and epic of old Mali. Proverbium 27: 319-338.
  • Vansina, Jan. (1978) Oral Tradition, Oral History: Achievements and Perspectives, in B.Bernardi, C.Poni and A.Triulzi (Eds.) Fonti Orali, Oral Sources, Sources Orales. Milan: Franco Angeli, pp. 59–74.
  • Vansina, Jan. (1961) Oral Tradition. A Study in Historical Methodology. Chicago and London: Aldine and Routledge & Kegan Paul.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Three-minute poetry? It’s all the rage, March 07, 2011 / December 16, 2009, publisher The Times, UK