Lompat ke isi

Tarling: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Diazz17 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
(32 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:

{{Infobox music genre
{{Infobox music genre
| name = Tarling
| name = Tarling
Baris 5: Baris 4:
| bgcolor = black
| bgcolor = black
| stylistic_origins =
| stylistic_origins =
* [[Gamelan]] Cirebonan
* [[Gamelan]]
* [[Dangdut]]
* [[musik folk Barat|folk Barat]]
| cultural_origins = Dimulai tahun 1531 Masehi [[Kabupaten Cirebon]], [[Jawa Barat]]
* [[dangdut]]
| cultural_origins = Tahun 1930-an di [[Cirebon]] dan [[Kabupaten Indramayu]], [[Jawa Barat]]
| instruments =
| instruments =
* [[Gitar klasik]]/[[gitar akustik|akustik]]
* [[Gitar Klasik]]/[[Gitar Akustik|Akustik]]
* [[suling]]
* [[Suling]]
* [[gamelan]]
* [[Gamelan]]
| popularity =
| popularity =
| derivatives =
| derivatives =
| subgenrelist =
| subgenrelist =
| subgenres =
| subgenres =
| fusiongenres = Tarling-dangdut
| fusiongenres = Tarling-Dangdut
| regional_scenes =
| regional_scenes =
| local_scenes =
| local_scenes =

* Cirebon
* Indramayu
| other_topics =
| other_topics =
}}
}}
{{Musik Indonesia}}
{{Musik Indonesia}}
'''Tarling''' adalah salah satu bentuk kesenian yang berkembang di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Cirebon dan Indramayu. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen ''itar'' (gitar) dan ''suling'' (seruling) serta istilah ''Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat)'' Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.
'''Musik Tarling''' adalah salah satu bentuk kesenian yang berasal dari daerah [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen ''itar'' (gitar) dan ''suling'' (seruling) serta istilah ''Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat)'' Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.


==Sejarah==
Asal mula kesenian TARLING muncul di sekitar wilayah perbatasan Cirebon dengan Indramayu, pada sekitar tahun 1920, dimana saat itu secara administratif wilayah tersebut berada dibawah Karesidenan Cirebon. Diceritakan Oleh '''Mang Sugra''' (anak dari '''Mang Sakim''') kepada '''Sunarto Martaatmaja''' alias '''Kang Ato Ayame ilang''' (maestro TARLING). Seorang Residen Belanda (tidak diketahui namanya) meminta tolong kepada warga setempat yang bernama '''Mang Sakim''', untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai ahli gamelan. Usai diperbaiki, sang Residen Belanda itu ternyata tak jua mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.


Asal mula kesenian TARLING ini muncul dari Seni Musik Tradisional Kesulthonan Dermayu (Indramayu) tahun 1531 Masehi pada masa Kepemerintahaan Sulthonul Wirakusuma (Pangeran Wirakusuma) atau Wirasamudra II (Wiralodra II), yang mana saat itu terdapat tali kekeluargaan antara Dermayu (Indramayu) dengan Pulembang (Palembang) terutama perkawinan antara Sulthan Wirakusuma (Wiralodra II) dengan Nyi Mas Ayu Ilir (anak Raden Husyahin atau Kussen).
Hal itupun dilakukan oleh anak '''Mang Sakim''' yang bernama '''Sugra'''. Bahkan, Sugra kemudian membuat eksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai-dawai gitar yang bernada diatonis. Karenanya, tembang-tembang ''(kiser)'' Dermayonan dan Cerbonan yang biasanya diiringi gamelan, bisa menjadi lebih indah dengan iringan petikan gitar. Keindahan itupun semakin lengkap setelah petikan dawai gitar diiringi dengan suling bambu yang mendayu-dayu.
---
Alunan gitar dan suling bambu yang menyajikan musik Cerbonan & Dermayonan itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an.


Pangeran Wirakusuma adalah Putra pertama dari Perkawinan antara Sulthonul Aria Wirasamudra (Raden Khalif) alias Wiralodra I (anak Raden Jaka Samudra) dengan Nyi San Xian (Sandhang Biduk putri Raja Lebar Daun VII Tionghoa Palembang). Sedangkan Nyi Mas Ayu Ilir adalah Putri dari Raden Husyahin atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Kussen (saudara kandung Raden Fatah).
Kala itu, anak-anak muda di berbagai pelosok desa di Cirebon & Indramayu menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Sambil mengisi aktifitas keseharian mereka, para pemuda memainkan musik bernada Gamelan menggunakan gitar. Para Pemuda Petani memainkannya di Gubuk Ranggon sambil menunggu Sawah mereka ataupun juga Para Pemuda yang berkumpul sambil menunggu Pembakaran (pengobongan) batu bata. Pada Perkembangannya, Nada Gamelan yang dimainkan dengan Gitar, kemudian dilengkapi dengan alat musik Ritmik sebagai pengiring nya, berupa tetabuhan perkusi sederhana yang mereka kreasikan sendiri, lalu dilengkapi dengan alunan suara seruling bambu. musik ini kemudian berkembang pesat didalam masyarakat Pesisir Pantai Utara setelah RRI Cirebon secara rutin menyiarkannya.


Tali kekeluargaan ini sudah dimulai sejak Nyi Mas Pandan Sari (Nyi Mas Ratu Junti asal Kesulthonan Dermayu) dinikahi oleh Syeikh Ban Tiong (Tan Go Hwat asal negeri Tiongkok). Perkawinan keduanya menghasilkan putri bernama Xiu Ban Chi (Siu Ban Chi), Xiu Ban Chi dinikahi oleh Pangeran Aria Damar di Palembang dan keduanya dikaruniai 2 anak putra bernama Raden Husyahin dan Raden Fatah.
Pada Tahun 1955 di dalam peringatan Hari Ulang Tahun RRI, Kepala Stasiun RRI Cirebon dalam pidato nya menyematkan sebuah nama terhadap kesenian yang berkembang di masyarakat dengan nama '''"MELODI KOTA UDANG"'''.


Keduanya diperintahkan oleh neneknya yaitu Nyi Mas Ratu Junti (istri Syeikh Ban Tiong) untuk pergi ke Kesulthonan Dermayu untuk memperdalam agama islam di Pesantren 'Suka Gumi Hwang' (Kecamatan Sukagumihwang Indramayu), karena di Palembang pemeluk agama islam masih belum banyak atau masih didominasi oleh agama konghuchu Tionghoa, jadi Raden Husyahin dan Raden Fatah ini pergi meninggalkan Palembang dan hidup sementara di Dermayu. Dari sinilah tali kekeluargaan itu.
Pada Tahung 1965, dalam peringatan Hari Ulang Tahun RRI, Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan dalam Pidatonya mengingatkan kepada masyarakat di Wilayah karesidenan Cirebon untuk tetap ingat dengan kampung halamannya. karena sebagian masyarakat pesisir pantai utara saat itu banyak yang berkerja di luar wilayah Karesidenan Cirebon, maka beliau menyatakan '''''"SING NELATAR KUDU ELING"'' Artinya : 'Yang merantau harus ingat"''' maksudnya adalah mengingatkan kepada para perantau yang berasal dari wilayah pesisir pantura untuk tetap ingat kampung halamannya. Pada saat itu RRI adalah satu - satunya media yang berperan penting dalam memperkenalkan Kesenian Melodi Kota Udang. setelah Pidato Kepala Dinas Pendidikan & Kebudayaan tersebut, maka sampai dengan saat ini, Kesenian tersebut dikenal dengan Nama "TARLING" - '''''sing nelatar kudu eling''''' - yang secara kebetulan, musik nya didominasi oleh petikan suara gitar dan suling.


Sejak kecil Putri Raden Husyahin yaitu Nyi Mas Ayu Ilir ini sudah dijodohkan dengan Pangeran Wirakusuma.
Pada perkembangan berikutnya, ada beberapa tokoh penting yang mampu mengembangkan kesenian Tarling menjadi sebuah bentuk Perunjukan Lengkap.
Setelah perkawinan keduanya itu, barulah disuguhi dengan Kesenian Musik tertutama Gamelan Kadhaton Dermayu atau dalam pengertian penduduk Indramayu menyebutnya 'tanggapan' atau 'menanggapi tamu raja'. Sebenarnya Tarling ini adalah hasil Kolaborsi antara Gitar Tionghoa Palembang dengan Seruling Khas Dermayu yang terbuat dari Bambu Tulup. Dari Kolaborasi itulah menciptakan Instrument musik unik yang disebut Tarling.


Suara Melodi Gitar pada setiap perpindahan nadanya juga harus diikuti dengan perpindahan nada seruling, hal itu dilakukan agar nada melodi gitar menyatu dengan nada seruling atau dalam bahasa jawa dermayon disebut 'ngleneng kon ngawiji' (seimbang supaya menyatu).
# '''Uci Sanusi''' - pada awalnya beliau adalah seorang pimpinan sebuah Grup Keroncong, dengan pengalaman beliau dalam membentuk sebuah grup kesenian, belau melakukan transformasi, merubah Tarling menjadi sebuah Grup Pertunjukan yang lengkap. Uci Sanusi adalah orang yang menjadikan Tarling menjadi sebuah Grup Pertunjukan.
# '''H. Abdul Adjib''' - beliau adalah orang pertama yang menciptakan Lagu Tarling. pada awalnya Tarling hanya menyajikan musik Tarling Klasik yang mengikuti Pakem Gamelan. H. Abdul Adjib menciptakan sebuah lagu Tarling Modern pertama berjudul "Penganten Baru". Grup Tarling yang H Abdul Adjib Pimpin bernama Putra Sangkala.
# '''Jayana (Mama John)''' - Jayana pada awalnya hanya seorang wiraswara yangg sering kali ikut mengisi dalam pertunjukan Tarling milik Uci Sanusi. dengan Suara yang sangat digandrungi, beliau adalah wiraswara Tarling Pria yang pertama kali mampu menjadi Tokoh Tarling (awalnya lebih didominasi oleh wanita/sinden). Jayana pun pada akhirnya membentuk Grup Tarling.
# '''Sunarto Martaatmaja''' - beliau adalah tokoh Tarling yang memadukan unsur musik dengan teater didalam pertunjukan Tarling. Drama Tarling pertama kali diperkenalkan Oleh Sunarto Martaatmaja, dengan salah satu karya yang terkenal yaitu '''"GANDRUNG KAPILAYU"''' ('''''Kasih Tak Sampai'''''), sebuah drama Tarling yang berbentuk Drama satu Babak (FRAGMEN). Pada Drama Tarling inilah, '''Sunarto Martaatmaja''' kemudian dikenal dengan sebutan "Kang Ato Ayame ilang". Grup Tarling yang dipimpin oleh Sunarto Martaatmaja adalah "Tarling Nada Budaya"


Pada Gitar Tarling Tradisional Dermayu memiliki 5 Senar. Tali Senar sendiri masih terbuat dari getah pohon damar yang digabung dengan serat kulit dan arang, oleh karenanya suara tarling tradisional dengan tarling modern sangatlah berbeda.
Tapi satu hal yang pasti, seni tarling saat ini meskipun telah hampir punah. Namun, tarling selamanya tidak akan bisa dipisahkan dari sejarah masyarakat pesisir pantura. Dikarenakan tarling adalah jiwa mereka, dengan ikut ''sawer'' keatas panggung atau sekadar melihatnya, dan mendengarnya seolah mampu menghilangkan beratnya beban hidup yang menghimpit. Lirik lagu maupun kisah yang diceritakan di dalamnya, juga mampu memberikan pesan moral yang mencerahkan dan menghibur.


Pada awalnya musik tarling dermayu hanya suara Gitar dan Seruling saja yang dimainkan atau sebagai pembukaan tanggapa (acara menghormati para tamu raja), namun lama kelama-an musik tarling dermayu ini dikolaborasikan dengan nyanyian Sinden dengan Gamelan Kedhaton Dermayu.
== Penyebaran musik tarling ==
Awalnya tarling hanya berkembang di daerah [[Kota Cirebon|Cirebon]] dan [[Kabupaten Indramayu|Indramayu]] namun seiring berjalannya waktu tarling mulai merambah ke daerah tetangga seperti [[Kabupaten Subang|Subang]] dan [[Kabupaten Karawang|Karawang]] serta daerah pantura [[Jawa Tengah]] seperti [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Kota Tegal|Tegal]], dan [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]] dan [[Kabupaten Pekalongan|Pekalongan]] & [[Kota Pekalongan]] . Bahasa dalam lagu tarling yang selaras dengan bahasa keseharian masyarakat menjadi faktor utama penyebaran tarling hingga ke luar daerah asal


Hal itulah yang membuat banyak penduduk Dermayu mengembangkan dan pempopulerkan kesenian Gamelan Tarling Dermayonan ke luar daerah. Untuk pertama kalinya Gamelan Tarling menjadi tanggapan (acara) tanpa Kasta, yang mana rakyat sipil biasa, menteri pemajeg, prajurit, pengusaha atau pedagang juga diperbolehkan menggelar Gamelan Tarling sebagai hiburan.
== Karya tarling legendaris ==

* ''Saida Saini''
Meskipun kesenian tarling ini sudah ada sejak lama di Dermayu (Indramayu), namun baru dipatenkan atau sebagai Hak Cipta Dermayu pada tahun 1920 pasca berdirinya Karesidenan Indramaya (Dermayu) tahun 1817 (Sebelum Kemerdekaan Indonesia).
* ''Kang Ato Ayame Ilang''

* ''Baridin''
== Penyebaran Musik Tarling ==
* ''Ajian Semar Mesem''
Awalnya tarling hanya berkembang di daerah [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] namun seiring berjalannya waktu tarling mulai merambah ke daerah tetangga seperti [[Kabupaten Subang|Subang]] dan [[Kabupaten Karawang|Karawang]] serta daerah pantura [[Jawa Tengah]] seperti [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Kota Tegal|Tegal]], dan [[Kabupaten Pemalang|Pemalang]]. Bahasa dalam lagu tarling yang selaras dengan bahasa keseharian masyarakat menjadi faktor utama penyebaran tarling hingga ke luar daerah asal.
* ''Kuntilanak'' (Lakon Sruet)


== Beberapa lagu tarling populer ==
== Beberapa lagu tarling populer ==
* ''Warung Pojok'' (Abdul Adjib)
* ''Warung Pojok'' (Abdul Adjib)
* ''Juragan Empang''
* ''Keloas''
* ''Wong Ala''
* ''Sekulit Bawang'' (Yoyo S)
* ''Sekulit Bawang'' (Yoyo S)
* ''Kembang Kilaras''
* ''Kembang Kilaras''
Baris 76: Baris 71:
* [[Uun Kurniasih]]
* [[Uun Kurniasih]]
* Yayah Darsiyah
* Yayah Darsiyah
* Udin Zein (Kama Jaya)
* Dadang Darniah (Endang Darma)


== Penyanyi tarling dangdut ==
== Penyanyi tarling dangdut ==
* [[Nunung Alvi]] (penyanyi ''Aja Lali, Aja Melang, Nunggu Dudae, & Mega Putih'')
* [[Aas Rolani]] (pelantun ''Mabok Bae'', ''Kembang Kilaras'')
* [[Aas Rolani]] (pelantun ''Mabok Bae'', ''Kembang Kilaras'')
* [[Cucun Novia]] (penyanyi ''Waru Doyong'', ''SMS versi Tarling'')
* [[Nunung Alvi]] (penyanyi ''Nunggu Dudae'')
* [[Yoyo Suwaryo]] (penyanyi ''Jawa Sunda'', ''Mboke Bocah'')
* [[Yoyo Suwaryo]] (penyanyi ''Jawa Sunda'', ''Mboke Bocah'')
* [[Cucun Novia]] (penyanyi ''Waru Doyong'', ''SMS versi Tarling'')
* [[Dewi Kirana]] (penyanyi ''Pengen Dikawin'', ''Pecak Welut'')
* [[Dewi Kirana]] (penyanyi ''Pengen Dikawin'', ''Pecak Welut'')
* [[Ella Susanti]] (penyanyi ''Sambel Goang'')
* [[Ella Susanti]] (penyanyi ''Sambel Goang'')
Baris 87: Baris 84:
* [[Susy Arzetty]] (penyanyi ''Mega Nyisik, ''Iwak Peda'')
* [[Susy Arzetty]] (penyanyi ''Mega Nyisik, ''Iwak Peda'')
* [[Besiken Band]] (Grup Band "Kesepian")
* [[Besiken Band]] (Grup Band "Kesepian")

* [[Tiny Joseph]] (Juragan Empang)
* [[Tiny Joseph]] (Juragan Empang)
* [[Sultan Trenggono]] (Dagang Pindang)
* [[Siti Aliyah]] (Penyanyi Terlalu Sayang, Jare Sema)
* [[Dadang Anesa]]
* [[Ella Nurhayati]]
* [[Ini Damini]]
* [[Atin Anatin]]
* [[Dede S]]
* [[Eddy Zacky]]
* [[Rudy Setro]]
* [[Ocholl Dhut]]
* [[Dede Risty]]


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 4 Juli 2024 12.34

Musik Tarling adalah salah satu bentuk kesenian yang berasal dari daerah Cirebon di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling) serta istilah Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat) Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.

Sejarah

Asal mula kesenian TARLING ini muncul dari Seni Musik Tradisional Kesulthonan Dermayu (Indramayu) tahun 1531 Masehi pada masa Kepemerintahaan Sulthonul Wirakusuma (Pangeran Wirakusuma) atau Wirasamudra II (Wiralodra II), yang mana saat itu terdapat tali kekeluargaan antara Dermayu (Indramayu) dengan Pulembang (Palembang) terutama perkawinan antara Sulthan Wirakusuma (Wiralodra II) dengan Nyi Mas Ayu Ilir (anak Raden Husyahin atau Kussen).

Pangeran Wirakusuma adalah Putra pertama dari Perkawinan antara Sulthonul Aria Wirasamudra (Raden Khalif) alias Wiralodra I (anak Raden Jaka Samudra) dengan Nyi San Xian (Sandhang Biduk putri Raja Lebar Daun VII Tionghoa Palembang). Sedangkan Nyi Mas Ayu Ilir adalah Putri dari Raden Husyahin atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Kussen (saudara kandung Raden Fatah).

Tali kekeluargaan ini sudah dimulai sejak Nyi Mas Pandan Sari (Nyi Mas Ratu Junti asal Kesulthonan Dermayu) dinikahi oleh Syeikh Ban Tiong (Tan Go Hwat asal negeri Tiongkok). Perkawinan keduanya menghasilkan putri bernama Xiu Ban Chi (Siu Ban Chi), Xiu Ban Chi dinikahi oleh Pangeran Aria Damar di Palembang dan keduanya dikaruniai 2 anak putra bernama Raden Husyahin dan Raden Fatah.

Keduanya diperintahkan oleh neneknya yaitu Nyi Mas Ratu Junti (istri Syeikh Ban Tiong) untuk pergi ke Kesulthonan Dermayu untuk memperdalam agama islam di Pesantren 'Suka Gumi Hwang' (Kecamatan Sukagumihwang Indramayu), karena di Palembang pemeluk agama islam masih belum banyak atau masih didominasi oleh agama konghuchu Tionghoa, jadi Raden Husyahin dan Raden Fatah ini pergi meninggalkan Palembang dan hidup sementara di Dermayu. Dari sinilah tali kekeluargaan itu.

Sejak kecil Putri Raden Husyahin yaitu Nyi Mas Ayu Ilir ini sudah dijodohkan dengan Pangeran Wirakusuma. Setelah perkawinan keduanya itu, barulah disuguhi dengan Kesenian Musik tertutama Gamelan Kadhaton Dermayu atau dalam pengertian penduduk Indramayu menyebutnya 'tanggapan' atau 'menanggapi tamu raja'. Sebenarnya Tarling ini adalah hasil Kolaborsi antara Gitar Tionghoa Palembang dengan Seruling Khas Dermayu yang terbuat dari Bambu Tulup. Dari Kolaborasi itulah menciptakan Instrument musik unik yang disebut Tarling.

Suara Melodi Gitar pada setiap perpindahan nadanya juga harus diikuti dengan perpindahan nada seruling, hal itu dilakukan agar nada melodi gitar menyatu dengan nada seruling atau dalam bahasa jawa dermayon disebut 'ngleneng kon ngawiji' (seimbang supaya menyatu).

Pada Gitar Tarling Tradisional Dermayu memiliki 5 Senar. Tali Senar sendiri masih terbuat dari getah pohon damar yang digabung dengan serat kulit dan arang, oleh karenanya suara tarling tradisional dengan tarling modern sangatlah berbeda.

Pada awalnya musik tarling dermayu hanya suara Gitar dan Seruling saja yang dimainkan atau sebagai pembukaan tanggapa (acara menghormati para tamu raja), namun lama kelama-an musik tarling dermayu ini dikolaborasikan dengan nyanyian Sinden dengan Gamelan Kedhaton Dermayu.

Hal itulah yang membuat banyak penduduk Dermayu mengembangkan dan pempopulerkan kesenian Gamelan Tarling Dermayonan ke luar daerah. Untuk pertama kalinya Gamelan Tarling menjadi tanggapan (acara) tanpa Kasta, yang mana rakyat sipil biasa, menteri pemajeg, prajurit, pengusaha atau pedagang juga diperbolehkan menggelar Gamelan Tarling sebagai hiburan.

Meskipun kesenian tarling ini sudah ada sejak lama di Dermayu (Indramayu), namun baru dipatenkan atau sebagai Hak Cipta Dermayu pada tahun 1920 pasca berdirinya Karesidenan Indramaya (Dermayu) tahun 1817 (Sebelum Kemerdekaan Indonesia).

Penyebaran Musik Tarling

Awalnya tarling hanya berkembang di daerah Cirebon namun seiring berjalannya waktu tarling mulai merambah ke daerah tetangga seperti Subang dan Karawang serta daerah pantura Jawa Tengah seperti Brebes, Tegal, dan Pemalang. Bahasa dalam lagu tarling yang selaras dengan bahasa keseharian masyarakat menjadi faktor utama penyebaran tarling hingga ke luar daerah asal.

Beberapa lagu tarling populer

  • Warung Pojok (Abdul Adjib)
  • Juragan Empang
  • Keloas
  • Wong Ala
  • Sekulit Bawang (Yoyo S)
  • Kembang Kilaras
  • Waru Doyong
  • Pemuda Idaman (Sadi M.)

Tokoh-tokoh tarling

Penyanyi tarling dangdut

Pranala luar