Lompat ke isi

Kusumah Atmaja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Tokoh hukum Indonesia menggunakan HotCat
Heavenlyjump (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(45 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
{{Infobox judge
| honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/pangkat) -->
| honorific-prefix=[[Prof.]] [[Dr.]] [[Raden]]
| name = [[Prof.]] [[Dr.]] [[Mr.]] [[Raden]] Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja
| name = Kusumah Atmaja
| image = Kusumah Atmaja.jpg
| birthname=[[Raden]] Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja
| caption =
|other_names=Koesoemah Atmadja
| order = ke-1
|ethnicity=[[Sunda]]
| image = Kusumah Atmaja.jpg
| office = Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
| imagesize = 280px
| term_start = 19 Agustus 1945
| caption =
| term_end = 11 Agustus 1952
| office = Ketua [[Mahkamah Agung Indonesia]] Pertama
| appointer = [[Soekarno]]
| predecessor = penjabat pertama
| term_start = 1945
| term_end = 1952
| successor = [[Wirjono Prodjodikoro]]
| birth_date = {{birth date|1898|9|8}}
| known_for=* Pakar Hukum Indonesia.
| birth_place = [[Purwakarta]], [[Hindia Belanda]]
* Pendiri dan Ketua [[Mahkamah Agung Indonesia]] Pertama.
| death_date = {{death date and age|1952|8|11|1898|9|8}}
* ''Sudarsono Case''. {{refn|group=note|name=sudarsonocase|Pada 1946, terjadi usaha penculikan Perdana Menteri Sjahrir oleh sekelompok tentara yang dipimpin oleh Mayjen Sudarsono. Kelompok yang berencana melakukan kudeta ini adalah orang-orang dekat Presiden Soekarno, salah satunya adalah Muhammad Yamin. Tujuan penculikan agar negara Indonesia kembali ke sistem presidensiil.
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
<br/>
| nationality = [[Indonesia]]
Usaha penculikan itu gagal. Para pelakunya pun diadili di sidang Mahkamah Agung Tentara. Tersiar kabar Sukarno meminta agar MA agar bertindak lebih ''lembut''. Kusumah Atmadja pun berang. Ia mengancam akan mengundurkan diri dari Ketua MA kecuali Sukarno mundur dari kasus tersebut. Ia pun menegaskan salah satu wujud independensi kekuasan kehakiman adalah bebas dari intervensi eksekutif.<ref name="Kusumah"/>}}
| predecessor = Jabatan Baru
| spouse =
| successor = [[Wirjono Prodjodikoro]]
| party =
| relations =
| birth_date = {{birth date|1898|9|8}}
| children =
| death_date = {{death date and age|1952|8|11|1898|9|8}}
| residence =
| birth_place = {{flag icon|Netherlands}} [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Provinsi Pasundan|Tatar Pasundan]] [[Hindia Belanda]]
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
| death_place = {{flag icon|Indonesia}} [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| alma_mater =* Rechtshcool ([[1913]])
| occupation = [[Hakim]]
| profession =
* [[Universitas Leiden]] ([[1919]])
| religion = [[Islam]]
| signature =
| signature_alt =
|occupation=* Raad Van Justitie, [[Batavia]].
| website =
* Voor Zitter Landraad, [[Indramayu]].
| footnotes =
* Hakim Pengadilan Tinggi Padang.
| birth_name = Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja
* Ketua Pengadilan Negeri Semarang.
| awards = [[Pahlawan nasional Indonesia]]
* Hakim Pengadilan Tinggi Semarang.
| honorific_prefix = [[Raden]]
* Ketua Tihoo Hooin, Semarang, [[1942]].
* Pemimpin Kehakiman Jawa Tengah, [[1944]].
* [[Guru Besar]] [[Universitas Gajah Mada]].
* [[Guru Besar]] Sekolah Tinggi Kepolisian.
| notable_works=''De Mohamedaansche Vrome Stichtingen in Indie''
| awards=* Pahlawan Kemerdekaan Nasional {{refn|group=note|name=kusumah|SK Presiden RI no.124/1965}} {{sfn|Arya Aji Saka|2004|p=135}}
* Pahlawan Pembela Kemerdekaan. {{sfn|Gamal Komandoko|2006|p=179}}
}}
}}
'''Prof. Dr. Mr. Kusumah Atmaja''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Kusumah Atmaja''', [[nama lahir]]: '''Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja''') ({{lahirmati|[[Purwakarta]], [[Provinsi Pasundan|Tatar Pasundan]]|8|9|1898|[[Jakarta]], [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]]|11|8|1952}}) adalah salah satu [[pahlawan]] [[Indonesia]] dan Ketua [[Mahkamah Agung Indonesia]] pertama. <ref name="Kusumah">{{cite web|url=http://www.ALI/SUT/MON.com/berita/baca/hol23192/kusumah-atmadja-hakim-tiga-zaman|title=Kusumah Atmadja, Hakim Tiga Zaman|authors=ALI/SUT/MON|publisher=Edisi Khusus Hukum Online |date=Jumat, 25 September 2009|accessdate=3 Oktober 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20120117031722/http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23192/kusumah-atmadja-hakim-tiga-zaman|archivedate=17 Januari 2012}}</ref>


[[Profesor|Prof.]] [[Doktor|Dr.]] [[Meester in de Rechten|Mr.]] '''Kusumah Atmaja''' ([[Ejaan Van Ophuijsen|EVO]]: '''Koesoemah Atmadja''') ({{lahirmati|[[Purwakarta]], [[Provinsi Pasundan|Tatar Pasundan]]|8|9|1898|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|11|8|1952}}) adalah salah satu [[pahlawan]] [[Indonesia]] dan Ketua [[Mahkamah Agung Indonesia]] pertama.<ref name="Kusumah">{{cite web|url=http://www.ALI/SUT/MON.com/berita/baca/hol23192/kusumah-atmadja-hakim-tiga-zaman|title=Kusumah Atmadja, Hakim Tiga Zaman|authors=ALI/SUT/MON|publisher=Edisi Khusus Hukum Online |date=Jumat, 25 September 2009|accessdate=3 Oktober 2015|archiveurl=https://web.archive.org/web/20120117031722/http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol23192/kusumah-atmadja-hakim-tiga-zaman|archivedate=17 Januari 2012}}</ref>
==Perjalanan==

===Masa muda===
== Perjalanan ==
Dilahirkan di [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Jawa Barat]] pada tanggal 8 September 1898 dalam sebuah keluarga terpandang sebagai '''Raden Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja'''. Kusumah Atmadja pun dapat mengenyam pendidikan yang layak. Ia memperoleh gelar diploma dari [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia|Rechtshcool]] atau Sekolah Kehakiman pada 1913.
=== Masa muda ===
Dilahirkan di [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Jawa Barat]] pada tanggal 8 September 1898 dalam sebuah keluarga terpandang sebagai '''Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja'''. Kusumah Atmadja pun dapat mengenyam pendidikan yang layak. Ia memperoleh gelar diploma dari [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia|Rechtshcool]] atau Sekolah Kehakiman pada 1913.


Kusumah Atmadja mengawali kariernya sebagai pegawai pengadilan pada 1919. Ia diangkat sebagai pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan di [[Bogor]]. Tahun itu juga, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hukumnya di [[Universitas Leiden]], [[Belanda]].
Kusumah Atmadja mengawali kariernya sebagai pegawai pengadilan pada 1919. Ia diangkat sebagai pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan di [[Bogor]]. Tahun itu juga, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hukumnya di [[Universitas Leiden]], [[Belanda]].


Pada 1922, Kusumah Atmadja menyelesaikan studinya. Gelar ''Doctor in de recht geleerheid'' pun diperoleh dengan disertasi yang berjudul ''De Mohamedaansche Vrome Stichtingen in Indie'' (Lembaga Ulama Islam di Hindia Belanda). Dalam disertasinya itu, Kusumah Atmadja menguraikan Hukum Wakaf di [[Hindia-Belanda|Hindia Belanda]].
Pada 1922, Kusumah Atmadja menyelesaikan studinya. Gelar ''Doctor in de recht geleerheid'' pun diperoleh dengan disertasi yang berjudul ''De Mohamedaansche Vrome Stichtingen in Indie'' (Lembaga Ulama Islam di Hindia Belanda). Dalam disertasinya itu, Kusumah Atmadja menguraikan Hukum Wakaf di [[Hindia Belanda]].


===Penegak hukum===
=== Penegak hukum ===
Pulang ke Hindia Belanda, Kusumah Atmadja langsung ditawari menjadi hakim di ''Raad Van Justitie'' (setingkat [[Pengadilan Tinggi]]) [[Jakarta|Batavia]]. Setahun berkiprah di sana, Kusumah Atmadja langsung diangkat menjadi ''Voor Zitter Landraad'' (Ketua Pengadilan Negeri) di [[Indramayu]].
Pulang ke Hindia Belanda, Kusumah Atmadja langsung ditawari menjadi hakim di ''Raad Van Justitie'' (setingkat [[Pengadilan Tinggi]]) [[Jakarta|Batavia]]. Setahun berkiprah di sana, Kusumah Atmadja langsung diangkat menjadi ''Voor Zitter Landraad'' (Ketua Pengadilan Negeri) di [[Indramayu]].


Kiprahnya sebagai hakim pun semakin malang melintang di era Pemerintahan Hindia Belanda. Ia pernah tercatat sebagai Hakim Pengadilan Tinggi [[Padang]], Ketua PN [[Semarang]], dan Hakim PT Semarang.
Kiprahnya sebagai hakim pun semakin malang melintang pada era Pemerintahan Hindia Belanda. Ia pernah tercatat sebagai Hakim Pengadilan Tinggi [[Padang]], Ketua PN [[Semarang]], dan Hakim PT Semarang.


Kariernya tak berhenti sampai di situ. Bahkan ketika pemerintahan berganti dari Hindia Belanda ke [[penjajahan Jepang]], Kusumah Atmadja tetap eksis sebagai pejabat pengadilan. Pada 1942, ia menjabat sebagai Ketua ''Tihoo Hooin'' (Pengadilan Negeri) di Semarang. Selain itu, ia juga diangkat sebagai Pemimpin Kehakiman Jawa Tengah pada 1944.
Kariernya tak berhenti sampai di situ. Bahkan ketika pemerintahan berganti dari Hindia Belanda ke [[penjajahan Jepang]], Kusumah Atmadja tetap eksis sebagai pejabat pengadilan. Pada 1942, ia menjabat sebagai Ketua ''Tihoo Hooin'' (Pengadilan Negeri) di Semarang. Selain itu, ia juga diangkat sebagai Pemimpin Kehakiman Jawa Tengah pada 1944.


===Persiapan kemerdekaan===
=== Persiapan kemerdekaan ===
Kusumah Atmaja menjadi anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] atau BPUPKI pada tanggal 29 April 1945. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa [[Indonesia]] dengan janji Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia.
Kusumah Atmaja menjadi anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] atau BPUPKI pada tanggal 29 April 1945. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa [[Indonesia]] dengan janji Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia.


===Seputar kemerdekaan===
=== Seputar kemerdekaan ===
[[Berkas:Soevereiniteitsoverdracht Indonesie-2000px Foto Jan Zweerts.jpg|jmpl|Kusumah Atmaja et al.]]
Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal [[19 Agustus]] [[1945]], Presiden [[Soekarno]] melantik/mengangkat Kusumah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia yang pertama. Antara tahun 1946 sampai dengan 1950 Mahkamah Agung pindah ke [[Yogyakarta]] sebagai ibukota Republik Indonesia, Kusumah Atmadja tetap menjadi Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia.<ref name="Laparan Tahunan 2010">[https://www.mahkamahagung.go.id/images/LTMARI-2010.pdf Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI Tahun 2010]</ref><ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2007/08/13/LU/mbm.20070813.LU124727.id.html "Demi Martabat Peradilan"]</ref>.
Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 19 Agustus 1945, Presiden [[Soekarno]] melantik/mengangkat Kusumah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia yang pertama. Antara tahun 1946 sampai dengan 1950 Mahkamah Agung pindah ke [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota Republik Indonesia, Kusumah Atmadja tetap menjadi Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia.<ref name="Laparan Tahunan 2010">[https://www.mahkamahagung.go.id/images/LTMARI-2010.pdf Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI Tahun 2010]</ref><ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2007/08/13/LU/mbm.20070813.LU124727.id.html "Demi Martabat Peradilan"]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


Pada tanggal [[1 Januari]] [[1950]] Mahkamah Agung kembali ke [[Jakarta]] dan Kusumah Atmadja kembali diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia hingga ia meninggal tahun 1952.<ref name="Laparan Tahunan 2010"/>
Pada tanggal 1 Januari 1950 Mahkamah Agung kembali ke [[Jakarta]] dan Kusumah Atmadja kembali diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia hingga ia meninggal tahun 1952.<ref name="Laparan Tahunan 2010"/>


{{pagename}} pernah diminta oleh Belanda untuk memimpin Negara boneka bentukan Belanda [[Negara Pasundan]] pada tahun 1947. Tapi ia menolaknya. {{sfn|Gamal Komandoko|2006|p=177}} {{refn|group=note|name=rdkusumah|Tak hanya dari dalam negeri, Kusumah Atmadja juga harus menghadapi tantangan dari luar. Setelah menyerahnya Jepang, Belanda kembali berusaha menancapkan kakinya di bumi pertiwi. Lembaga Yudikatif pun terbelah. Sebastian Pompe dalam disertasinya yang bertajuk ''The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse'' menyatakan kala itu banyak hakim senior asal pribumi yang menyebrang ke kubu Belanda.
Kusumah Atmaja pernah diminta oleh Belanda untuk memimpin Negara boneka bentukan Belanda [[Negara Pasundan]] pada tahun 1947. Tapi ia menolaknya. {{sfn|Gamal Komandoko|2006|p=177}} {{refn|group=note|name=rdkusumah|Tak hanya dari dalam negeri, Kusumah Atmadja juga harus menghadapi tantangan dari luar. Setelah menyerahnya Jepang, Belanda kembali berusaha menancapkan kakinya di bumi pertiwi. Lembaga Yudikatif pun terbelah. Sebastian Pompe dalam disertasinya yang bertajuk ''The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse'' menyatakan kala itu banyak hakim senior asal pribumi yang menyebrang ke kubu Belanda.
<br/>
<br/>
Pada 1948, dari 23 hakim senior, hanya sembilan hakim yang tetap di Republik. Salah satunya adalah Kusumah Atmadja. Padahal, Guru Besar dari Universitas Gajah Mada ini juga sempat ditawari oleh Belanda untuk menjadi Wali Negara Pasundan. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah karena loyalitasnya kepada republik.
Pada 1948, dari 23 hakim senior, hanya sembilan hakim yang tetap di Republik. Salah satunya adalah Kusumah Atmadja. Padahal, Guru Besar dari Universitas Gajah Mada ini juga sempat ditawari oleh Belanda untuk menjadi Wali Negara Pasundan. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah karena loyalitasnya kepada republik.
<br/>
<br/>
Meski begitu, beberapa golongan pemuda sempat mencurigai Kusumah Atmadja berada di pihak penjajah Belanda. Kecurigaan itu akhirnya sirna.<ref name="Kusumah"/>}} Jabatan lain yang pernah disandang ia adalah Guru Besar Fakultas Hukum [[Universitas Gajah Mada]] dan Guru Besar Sekolah Tinggi Kepolisian.
Meski begitu, beberapa golongan pemuda sempat mencurigai Kusumah Atmadja berada di pihak penjajah Belanda. Kecurigaan itu akhirnya sirna.<ref name="Kusumah"/>}} Jabatan lain yang pernah disandang ia adalah Guru Besar Fakultas Hukum [[Universitas Gajah Mada]] dan Guru Besar Sekolah Tinggi Kepolisian.


==Catatan==
== Catatan ==
{{reflist|group=note|2}}
{{reflist|group=note|2}}


Baris 90: Baris 86:


{{DEFAULTSORT:Atmaja, Kusumah}}
{{DEFAULTSORT:Atmaja, Kusumah}}
[[Kategori:Tokoh dari Purwakarta]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Hakim Indonesia]]
[[Kategori:Anggota BPUPKI]]
[[Kategori:Tokoh hukum Indonesia]]
[[Kategori:Ketua Mahkamah Agung Indonesia]]
[[Kategori:Ketua Mahkamah Agung Indonesia]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh pergerakan Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Barat]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]
[[Kategori:Tokoh hukum Sunda]]
[[Kategori:Tokoh hukum Sunda]]
[[Kategori:Tokoh hukum Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Purwakarta]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]



{{indo-bio-stub}}
{{Indo-politikus-stub}}

Revisi terkini sejak 8 Juli 2024 10.27

Kusumah Atmaja
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia ke-1
Masa jabatan
19 Agustus 1945 – 11 Agustus 1952
Ditunjuk olehSoekarno
Sebelum
Pendahulu
penjabat pertama
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja

(1898-09-08)8 September 1898
Purwakarta, Hindia Belanda
Meninggal11 Agustus 1952(1952-08-11) (umur 53)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Alma materUniversitas Leiden
PekerjaanHakim
Penghargaan sipilPahlawan nasional Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Prof. Dr. Mr. Kusumah Atmaja (EVO: Koesoemah Atmadja) (8 September 1898 – 11 Agustus 1952) adalah salah satu pahlawan Indonesia dan Ketua Mahkamah Agung Indonesia pertama.[1]

Perjalanan

[sunting | sunting sumber]

Masa muda

[sunting | sunting sumber]

Dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 8 September 1898 dalam sebuah keluarga terpandang sebagai Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja. Kusumah Atmadja pun dapat mengenyam pendidikan yang layak. Ia memperoleh gelar diploma dari Rechtshcool atau Sekolah Kehakiman pada 1913.

Kusumah Atmadja mengawali kariernya sebagai pegawai pengadilan pada 1919. Ia diangkat sebagai pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan di Bogor. Tahun itu juga, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hukumnya di Universitas Leiden, Belanda.

Pada 1922, Kusumah Atmadja menyelesaikan studinya. Gelar Doctor in de recht geleerheid pun diperoleh dengan disertasi yang berjudul De Mohamedaansche Vrome Stichtingen in Indie (Lembaga Ulama Islam di Hindia Belanda). Dalam disertasinya itu, Kusumah Atmadja menguraikan Hukum Wakaf di Hindia Belanda.

Penegak hukum

[sunting | sunting sumber]

Pulang ke Hindia Belanda, Kusumah Atmadja langsung ditawari menjadi hakim di Raad Van Justitie (setingkat Pengadilan Tinggi) Batavia. Setahun berkiprah di sana, Kusumah Atmadja langsung diangkat menjadi Voor Zitter Landraad (Ketua Pengadilan Negeri) di Indramayu.

Kiprahnya sebagai hakim pun semakin malang melintang pada era Pemerintahan Hindia Belanda. Ia pernah tercatat sebagai Hakim Pengadilan Tinggi Padang, Ketua PN Semarang, dan Hakim PT Semarang.

Kariernya tak berhenti sampai di situ. Bahkan ketika pemerintahan berganti dari Hindia Belanda ke penjajahan Jepang, Kusumah Atmadja tetap eksis sebagai pejabat pengadilan. Pada 1942, ia menjabat sebagai Ketua Tihoo Hooin (Pengadilan Negeri) di Semarang. Selain itu, ia juga diangkat sebagai Pemimpin Kehakiman Jawa Tengah pada 1944.

Persiapan kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Kusumah Atmaja menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI pada tanggal 29 April 1945. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan janji Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia.

Seputar kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]
Kusumah Atmaja et al.

Setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno melantik/mengangkat Kusumah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia yang pertama. Antara tahun 1946 sampai dengan 1950 Mahkamah Agung pindah ke Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia, Kusumah Atmadja tetap menjadi Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia.[2][3]

Pada tanggal 1 Januari 1950 Mahkamah Agung kembali ke Jakarta dan Kusumah Atmadja kembali diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia hingga ia meninggal tahun 1952.[2]

Kusumah Atmaja pernah diminta oleh Belanda untuk memimpin Negara boneka bentukan Belanda Negara Pasundan pada tahun 1947. Tapi ia menolaknya. [4] [note 1] Jabatan lain yang pernah disandang ia adalah Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan Guru Besar Sekolah Tinggi Kepolisian.

  1. ^ Tak hanya dari dalam negeri, Kusumah Atmadja juga harus menghadapi tantangan dari luar. Setelah menyerahnya Jepang, Belanda kembali berusaha menancapkan kakinya di bumi pertiwi. Lembaga Yudikatif pun terbelah. Sebastian Pompe dalam disertasinya yang bertajuk The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse menyatakan kala itu banyak hakim senior asal pribumi yang menyebrang ke kubu Belanda.
    Pada 1948, dari 23 hakim senior, hanya sembilan hakim yang tetap di Republik. Salah satunya adalah Kusumah Atmadja. Padahal, Guru Besar dari Universitas Gajah Mada ini juga sempat ditawari oleh Belanda untuk menjadi Wali Negara Pasundan. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah karena loyalitasnya kepada republik.
    Meski begitu, beberapa golongan pemuda sempat mencurigai Kusumah Atmadja berada di pihak penjajah Belanda. Kecurigaan itu akhirnya sirna.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki
  1. ^ a b ALI/SUT/MON (Jumat, 25 September 2009). "Kusumah Atmadja, Hakim Tiga Zaman". Edisi Khusus Hukum Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Januari 2012. Diakses tanggal 3 Oktober 2015. 
  2. ^ a b Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI Tahun 2010
  3. ^ "Demi Martabat Peradilan"[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Gamal Komandoko 2006, hlm. 177.
Daftar pustaka


Jabatan peradilan
Posisi baru Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
1945–1952
Diteruskan oleh:
Wirjono Prodjodikoro