Lompat ke isi

Bendera dan lambang Majapahit: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pranala
Yuliadhi (bicara | kontrib)
→‎Bendera lainnya: Menambahkan bendera Singapura dan Thailand
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(36 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Flag of the Majapahit Empire.svg|jmpl|Representasi modern dari warna kebesaran kerajaan Majapahit]]
[[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|jmpl|Representasi modern dari warna kebesaran Majapahit.]]
'''Bendera Majapahit''' mengacu pada warna kebesaran yang digunakan untuk merepresentasikan kerajaan Majapahit.{{sfn|Wasitaatmadja|2018|p=21}} Akan tetapi, sifat dari bagaimana warna itu digunakan dan direpresentasikan masih menjadi subjek studi dan perbedaan pendapat di antara para sejarawan.
'''Bendera dan lambang Majapahit''' mengacu pada warna kebesaran dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikan kerajaan [[Majapahit]].{{sfn|Wasitaatmadja|2018|p=21}} Akan tetapi, sifat dari bagaimana warna dan lambang itu digunakan dan direpresentasikan masih menjadi subjek studi dan perbedaan pendapat di antara para sejarawan.<ref>{{Cite news|last=Budianto|first=Enggran Eko|date=2022-01-14|title=Salah Kaprah Lambang Kerajaan-Bendera Majapahit dan Buah Maja|url=https://www.detik.com/jatim/budaya/d-5898643/salah-kaprah-lambang-kerajaan-bendera-majapahit-dan-buah-maja|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=2022-05-24}}</ref>

Paduan warna merah-putih dikibarkan oleh [[TNI-AL]] dalam [[Kapal Republik Indonesia]] (KRI) sebagai bendera maritim (lencana perang dan tanda/''pennon''), dengan masing-masing nama "Lencana Perang" dan panji "Ular-Ular Perang".<ref>{{cite web |editor-last=Moelyono |editor-first=Setiyo |url=https://www.tnial.mil.id/assets/majalah/PDF-20200129-162724.pdf |title=Tradisi TNI Angkatan Laut: Pewarisan Nilai-Nilai Luhur dalam Membangun Semangat Juang dan Karakter Prajurit Matra Laut |date=29 Januari 2020 |access-date=22 Februari 2022 |publisher=Indonesian Navy |pp=76-79 |publisher=Dinas Perawatan Personel Angkatan Laut |url-status=live |archive-url=https://web.archive.org/web/20210428121421/https://www.tnial.mil.id/assets/majalah/PDF-20200129-162724.pdf |archive-date=28 April 2021 |df=dmy-all |language=ID}}</ref>
[[Berkas:Indonesian Navy.jpg|jmpl|180px|Turunan dari warna kebesaran bendera majapahit masih dipakai sebagai lencana perang [[TNI-AL]].]]


Sampai sekarang bendera ini dikibarkan oleh [[TNI-AL]] dalam [[Kapal Republik Indonesia]] (KRI) sebagai bendera maritim, dengan nama panji "Ular-Ular Perang".[[Berkas:Indonesian Navy.jpg|jmpl|180px|Bendera [[Majapahit|kemaharajaan Majapahit]] masih dipakai sebagai bendera [[TNI-AL]] dalam [[Kapal Republik Indonesia]] (KRI) sebagai bendera maritim, dengan nama panji "Ular-Ular Perang"]]
== Sejarah ==
== Sejarah ==
Panji merah putih tercatat dalam [[prasasti Kudadu]] dengan angka tahun 1294 M. Dalam prasasti tersebut diceritakan bahwa panji-panji merah putih dikibarkan oleh pasukan [[Jayakatwang]] dari Daha yang sedang mengejar pasukan [[Raden Wijaya]].{{sfn|Yamin|1954|p=90-92, 137-150}} Piagam Merah Putih adalah sebutan nama lain dari prasasti Kudadu.<ref>{{Cite web|title=Melihat Kibar Bendera Merah Putih dan Nusantara Sebelum Indonesia|last=Windoe |first=Kandi |url=http://kratonpedia.com/article-detail/2015/5/2/573/Melihat.Kibar.Bendera.Merah.Putih.dan.Nusantara.Sebelum.Indonesia.html|access-date=12-03-2018|date=2-05-2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20200914002414/http://kratonpedia.com/article-detail/2015/5/2/573/Melihat.Kibar.Bendera.Merah.Putih.dan.Nusantara.Sebelum.Indonesia.html|archive-date=14-09-2020}}</ref>
Panji merah putih tercatat dalam [[prasasti Kudadu]] dengan angka tahun 1294 M. Dalam prasasti tersebut diceritakan bahwa panji-panji merah putih dikibarkan oleh pasukan [[Jayakatwang]] dari [[Kerajaan Kadiri|Daha]] yang sedang mengejar pasukan [[Raden Wijaya]].{{sfn|Yamin|1954|p=90-92, 137-150}} Piagam Merah Putih adalah sebutan nama lain dari prasasti Kudadu.<ref>{{Cite web|last=Windoe|first=Kandi|date=2-05-2015|title=Melihat Kibar Bendera Merah Putih dan Nusantara Sebelum Indonesia|url=http://kratonpedia.com/article-detail/2015/5/2/573/Melihat.Kibar.Bendera.Merah.Putih.dan.Nusantara.Sebelum.Indonesia.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20200914002414/http://kratonpedia.com/article-detail/2015/5/2/573/Melihat.Kibar.Bendera.Merah.Putih.dan.Nusantara.Sebelum.Indonesia.html|archive-date=14-09-2020|access-date=12-03-2018}}</ref> Disebutkan bahwa Raden Wijaya sedang dikejar oleh pasukan Jayakatwang yang membawa bendera tersebut, ketika tiba-tiba "panji-panji musuh terlihat di sebelah timur Hanyiruh, warnanya merah dan putih" (''hana ta tuṅgulniṁ atru layū-layū katon·vetani hañiru[h], bāṁ lāvan putiḥ varṇnanya''). Ini terdapat pada prasasti Kudadu 4v baris ke-3.<ref>{{cite book|last=Brandes|first=J.L.A.|date=1896|title=Pararaton (Ken Angrok), of Het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit|location=Batavia|publisher=Albrecht & Co.|page=79}}</ref>

Saat raja Hayam Wuruk melakukan lawatan ke seluruh negeri Majapahit, warna merah putih dicatat digunakan sebagai penanda rombongan. Dicatat pada [[Nagarakretagama]] pupuh 18 bait 2–4:{{sfn|Pigeaud|1960a|p=16}}
<blockquote>
Bait 2

# nistanyaśankya tang syandana mapawilanan deni cihnanya bheda,
# tekwan lampah nikapanta tulis ika dudu ri sang mantri samantri,
# rakryan sang mantri mukyapatih i majhapahit / sang pranalen kadatwan,
# pinten / kawan{{efn|group=lower-roman|1=[[Johan Hendrik Caspar Kern|H. Kern]] menulis ''mawan''. Menurut Pigeaud, ''pinten'' digunakan dengan angka sehingga ''mawan'' tidak tidak masuk akal disini. Beliau menggantinya dengan ''kawan'', berarti "empat" (dari "sekawan", ungkapan resmi).{{sfn|Pigeaud|1960b|p=38}}}} śata syandana pulupulutan teki cihnanya neka.


Saat raja Hayam Wuruk melakukan lawatan ke seluruh negeri Majapahit, warna merah putih dicatat digunakan sebagai penanda rombongan. Dicatat pada Nagarakretagama pupuh 18 bait 3–4:{{sfn|Pigeaud|1962|p=53-58}}<blockquote>
Bait 3
Bait 3


# saɳ çri natheɳ pajaɳ kwehni rathanira padacihnaniɳ handiwaçri,{{efn|group=lower-roman|1=[[Johan Hendrik Caspar Kern|H. Kern]] menulis ''diwaçaçri'', yang menurut Pigeaud tidak masuk akal. Perbaikan katanya adalah ''handiwaçri'', handiwa adalah nama dari aren.{{sfn|Pigeaud|1960b|p=38}}}}
# sang śri natheng pajang kwehni rathanira padacihnaning handiwaśri,{{efn|group=lower-roman|1=H. Kern menulis ''diwaśaśri'', yang menurut Pigeaud tidak masuk akal. Perbaikan katanya adalah ''handiwaśri'', ''handiwa'' adalah nama dari aren.{{sfn|Pigeaud|1960b|p=38}}}}
# ndan / çri natheɳ lasem / sök / rathanira matulis / nandaka çweta çobha,
# ndan / śri natheng lasem / sök / rathanira matulis / nandaka śweta śobha,
# saɳ çri natheɳ daha cihna sadak akusuma{{efn|group=lower-roman|1=[[Nicolaas Johannes Krom|N.J. Krom]] menulis ''sadahakusuma'', yang menurut Pigeaud tidak masuk akal. Bacaan aslinya mungkin adalah ''sadak akusuma'', daun sirih berbunga.{{sfn|Pigeaud|1960b|p=39}}}} syandanabhratulis mas,
# sang śri natheng daha cihna sadak akusuma{{efn|group=lower-roman|1=[[Nicolaas Johannes Krom|N.J. Krom]] menulis ''sadahakusuma'', yang menurut Pigeaud tidak masuk akal. Bacaan aslinya mungkin adalah ''sadak akusuma'', daun sirih berbunga.{{sfn|Pigeaud|1960b|p=39}}}} syandanabhratulis mas,
# mukyaɳ çri jiwanendrasakata samasama cihna lobheɳ lwih sök.
# mukyang śri jiwanendrasakata samasama cihna lobheng lwih sök.


Bait 4
Bait 4


# ndan saɳ çri tiktawilwaprabhu sakataniraçankya cihnanya wilwa,
# ndan sang śri tiktawilwaprabhu sakataniraśankya cihnanya wilwa,
# griɳsiɳ lobheɳ lwih laka pada tinulis mas kajaɳnyan rinenga,
# gringsing lobheng lwih laka pada tinulis ing mas kajangnyan rinenga,
# salwirniɳ pungawamwat / bini haji nuniweh .. çwari çri sudewi,
# salwirning pungawamwat / bini haji nuniweh .. śwari śri sudewi,
# sakwehniɳ pekabharyya sakata nika sinaɳ panharpniɳ sapanta.
# sakwehning pekabharyya sakata nika sinang panharpning sapanta.
</blockquote>Terjemahannya:{{sfn|Pigeaud|1960c|p=24}}<blockquote>Bait 3
</blockquote>
Terjemahannya:{{sfn|Pigeaud|1960c|p=23-24}}
<blockquote>
Bait 2

# Meski tak terhitung jumlahnya, namun gerobak-gerobaknya memiliki cara untuk dihitung, yaitu dengan tanda yang berbeda.
# Biasanya mereka pergi dalam kelompok; gambar-gambarnya (di samping mereka) tidak sama dari satu ''mantri'' dengan ''mantri'' lainnya.
# ''Rakryan'' (Yang Mulia) kepala ''mantri'' yang terhormat, mahapatih Majapahit, adalah mediator terhormat Kerajaan Keluarga.
# Bahkan sebanyak empat ratus gerobak; ''pupulutan'' adalah tanda mereka, jumlahnya banyak.

Bait 3


# Pelindung Pajang yang terhormat, jumlah yang agung kereta-keretanya memiliki tanda ''handiwa'' (aren), mulia.
# Pelindung Pajang yang terhormat, banyak dari kereta-keretanya juga memiliki tanda ''handiwa'' (aren), mulia.
# Kemudian, Pelindung Lasem yang terhormat, yang ramai adalah keretanya, dengan gambar: banteng putih, indah.
# Kemudian, Pelindung Lasem yang terhormat, yang ramai keretanya, dengan gambar: banteng putih, indah.
# Pelindung agung Daha yang terhormat memiliki tanda: ''sadak'' (daun sirih) dengan bunga; gerobak-gerobak itu berkilauan dengan gambar-gambar dari emas.
# Pelindung agung Daha yang terhormat memiliki tanda: ''sadak'' (daun sirih) dengan bunga; gerobak-gerobak itu berkilauan dengan gambar-gambar dari emas.
# Yang paling terkemuka adalah penguasa Jiwana yang agung, dengan kereta semuanya sama memiliki tanda: tokoh ''lobheng lewih'', ramai.
# Yang paling terkemuka adalah penguasa Jiwana yang agung, dengan kereta yang semuanya memiliki tanda sama: gambar ''lobheng lewih'', ramai.


Bait 4
Bait 4
Baris 33: Baris 54:
# Segala macam ''punggawa'' (pelayan agung) mengiringi ''bini haji'' (wanita keputren), dan juga permaisuri Sri Sudewi yang Mulia.
# Segala macam ''punggawa'' (pelayan agung) mengiringi ''bini haji'' (wanita keputren), dan juga permaisuri Sri Sudewi yang Mulia.
# Semua istri pengikut, kereta-kereta mereka itu terbuka, menjadi barisan depan seluruh kelompok.
# Semua istri pengikut, kereta-kereta mereka itu terbuka, menjadi barisan depan seluruh kelompok.
</blockquote>
</blockquote>Dari terjemahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Dari terjemahan, warna dan lambang-lambang yang digunakan Majapahit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:{{sfn|Pigeaud|1962|p=53-58}}
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|+
|+
Baris 42: Baris 65:
!Catatan
!Catatan
|-
|-
|Mahapatih Gajah Mada
|Mahapatih [[Gajah Mada]]
|''[[Pulutan|Pupulutan]]'' (''Urena lobata'')
|''[[Pulutan|Pupulutan]]'' (''Urena lobata'')
| -
| -
Baris 70: Baris 93:
|Motif ''lobheng lewih''
|Motif ''lobheng lewih''
|Merah dan putih
|Merah dan putih
|Penguasa Jiwana-Kahuripan menurut Pigeaud adalah ibu sang Raja, jadi menggunakan warna merah putih
|Penguasa Jiwana-Kahuripan menurut Pigeaud adalah ibu sang Raja
|-
|-
|Raja Hayam Wuruk
|Raja [[Hayam Wuruk]]
|Buah maja
|Buah maja
|Motif ''gringsing'', motif ''lobheng lewih''
|Motif ''gringsing'', motif ''lobheng lewih''
Baris 78: Baris 101:
|
|
|}
|}

[[File:Hofleven op Java vóór duizend jaar, naar olieverfschilderijen door Walter Spies, KITLV 52C1.tif|thumb|350px|Lukisan karya [[Walter Spies]] (1931) yang menggambarkan kehidupan di Jawa pra-Islam.]]
Warna merah dan putih digunakan sebagai warna ''kajang''—berarti tirai samping kereta atau atap berbentuk setengah silinder, terbuat dari daun lontar yang direkatkan atau dianyam. Kombinasi merah-putih dianggap sebagai yang paling mulia.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}
Warna merah dan putih digunakan sebagai warna ''kajang''—berarti tirai samping kereta atau atap berbentuk setengah silinder, terbuat dari daun lontar yang direkatkan atau dianyam. Kombinasi merah-putih dianggap sebagai yang paling mulia.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}


''Lobheng lewih'' adalah nama motif hiasan untuk lukisan, gambar, atau tekstil.{{sfn|Pigeaud|1960b|p=39}} Motif ini berwarna merah dan putih, kombinasinya disebut ''gula-kalapa'', yang merupakan lawan dari ''pare-anom'', yaitu warna hijau dan emas, yang digunakan Daha. Kombinasi merah dan putih dianggap paling agung di Jawa.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}
''Lobheng lewih'' adalah nama motif hiasan untuk lukisan, gambar, atau [[tekstil]].{{sfn|Pigeaud|1960b|p=39}} Motif ini berwarna merah dan putih, kombinasinya disebut ''gula-kalapa'', yang merupakan lawan dari ''pare-anom'', yaitu warna hijau dan emas, yang digunakan Daha. Kombinasi merah dan putih dianggap paling agung di Jawa.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}


''Gringsing'' juga merupakan nama dari motif dekorasi, terutama untuk tenunan dan batik. Mungkin warnanya putih dan hitam, berbintik-bintik atau bertitik.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}
''Gringsing'' juga merupakan nama dari motif dekorasi, terutama untuk tenunan dan batik. Mungkin warnanya putih dan hitam, berbintik-bintik atau bertitik.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}

Pada Nagarakretagama pupuh 84 bait 4 juga disebutkan panji-panji ([[bahasa Jawa]] kuno: ''dwaja'' atau ''dhwaja''). Warnanya tidak disebutkan, [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Pigeaud]] berpendapat panji-panji seperti itu memiliki warna simbolis, dengan merah-putih (''gula-klapa'') menjadi kombinasi yang paling luhur.{{sfn|Pigeaud|1960a|p=65}}{{sfn|Pigeaud|1960c|p=100}}{{sfn|Pigeaud|1962|p=281}}

[[Soekarno]] menggambarkan panji maritim Majapahit dengan garis selang-seling warna merah dan putih, dengan nama ''Sang Getih-Getah''.<ref>{{Cite book|last=Ranoewidjojo|first=Romo Dony S.|date=2021|url=https://books.google.co.id/books?id=8BRQEAAAQBAJ|title=Majalah Adiluhung Edisi 28: Wayang, Keris, Batik, dan Kuliner Tradisional|publisher=PT Daniasta Perdana|pages=18|chapter=Bendera Gula Kelapa dan Kontras Bayangan Wayang Kulit Nusantara|chapter-url=https://books.google.co.id/books?id=8BRQEAAAQBAJ&pg=PA18&dq=bendera+majapahit&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiK59219fT3AhVbIbcAHS80ArgQ6AF6BAgDEAI#v=onepage&q=bendera%20majapahit&f=false|url-status=live}}</ref>


== Lambang negara ==
== Lambang negara ==
Lambang negara Majapahit (''rajasa lancana'') disebutkan dalam Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Dicatat bahwa saat raja Hayam Wuruk pergi ke Lumajang, kereta sang raja memiliki ''cihna'', yakni tanda pengenal.{{sfn|Muljana|2005|p=58-59}} Lambangnya adalah ''wilwa'' (bahasa Sanskerta untuk buah [[maja]]—''Aegle marmelos''). Bentuk buah maja yang bulat mungkin diasosiasikan dengan posisi raja dan ibukota Majapahit sebagai pusat dari [[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] Majapahit.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}
Lambang negara Majapahit (''rajasa lancana'') disebutkan dalam Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Dicatat bahwa saat raja Hayam Wuruk pergi ke Lumajang, kereta sang raja memiliki ''cihna'', yakni tanda pengenal.{{sfn|Muljana|2005|p=58-59}} Lambangnya adalah ''wilwa'' ([[bahasa Sanskerta]] untuk buah [[maja]]—''Aegle marmelos''). Bentuk buah maja yang bulat mungkin diasosiasikan dengan posisi raja dan ibukota Majapahit sebagai pusat dari [[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] Majapahit.{{sfn|Pigeaud|1962|p=58}}


==Catatan==
==Catatan==
Baris 95: Baris 124:
Berkas:Flag of Indonesia.svg|[[Bendera Indonesia]]
Berkas:Flag of Indonesia.svg|[[Bendera Indonesia]]
Berkas:Naval Jack of Indonesia.svg|Bendera [[TNI-AL]]
Berkas:Naval Jack of Indonesia.svg|Bendera [[TNI-AL]]
Berkas:Old Flag of Bali.svg|Bendera [[Kerajaan Bali]]
Berkas:Historical Flag of Bali.png|Bendera [[Kerajaan Bali]]
Berkas:British East India Company flag.svg|[[Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania|Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania (1600–1707)]]
Berkas:British East India Company flag.svg|[[Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania|Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania (1600–1707)]]
Berkas:Flag of the British East India Company (1801).svg|[[Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania|Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania (1801–1874)]]
Berkas:Flag of the British East India Company (1801).svg|[[Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania|Bendera Perusahaan Hindia Timur Britania (1801–1874)]]
Berkas:Flag of Malaysia.svg|[[Bendera Malaysia]]
Berkas:Flag of Malaysia.svg|[[Bendera Malaysia]]
Berkas:Flag of Singapore.svg|[[Bendera Singapura]]
File:Flag of Singapore.svg|[[Bendera Singapura]] dengan tambahan bulan sabit dan lima bintang membentuk segilima
File:Flag of Siam (1916).svg|[[Bendera Thailand]] yang hanya digunakan sebentar mirip Trairanga modern berdasarkan warna panji Majapahit (1916&ndash;1917)
File:Flag of Thailand.svg|Bendera Thailand modern (1917&ndash;sekarang)
</gallery>
</gallery>

== Lihat juga ==
* [[Surya Majapahit]]
* [[Bendera Indonesia]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 106: Baris 141:


== Daftar pustaka ==
== Daftar pustaka ==
* {{cite book |first=Raden Benedictus Slamet |last=Muljana |editor-last1=Al-Fayyadl |editor-first1=Muhammad |title=Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit |edition= |publisher=LKiS Pelangi Aksara |location=Yogyakarta |year=2005 |isbn=}}
* {{citation|first=Raden Benedictus Slamet |last=Muljana |editor-last1=Al-Fayyadl |editor-first1=Muhammad |title=Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit |edition= |publisher=LKiS Pelangi Aksara |location=Yogyakarta |year=2005 |isbn=}}
* {{cite book |first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume I: Javanese Texts in Transcription |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960a |isbn=}}
* {{citation|first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume I: Javanese Texts in Transcription |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960a |isbn=}}
* {{cite book |first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume II: Notes on the Texts and the Translations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960b |isbn=978-94-011-8774-9}}
* {{citation|first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume II: Notes on the Texts and the Translations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960b |isbn=978-94-011-8774-9}}
* {{cite book |first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960c |isbn=978-94-011-8772-5}}
* {{citation|first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1960c |isbn=978-94-011-8772-5}}
* {{cite book |first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1962 |isbn=978-94-017-7133-7}}
* {{citation|first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1962 |isbn=978-94-017-7133-7}}
* {{cite book |first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume V: Glossary, General Index |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1963 |isbn=978-94-011-8778-7}}
* {{citation|first=Theodoor Gautier Thomas |last=Pigeaud |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume V: Glossary, General Index |edition=3 (revisi) |publisher=Martinus Nijhoff |location=The Hague |year=1963 |isbn=978-94-011-8778-7}}
* {{cite book |first=Mpu |last=Prapanca |editor=Isidora |translator-last1=Saktiani |translator-first1=Damaika |translator-last2=Widya |translator-first2=Kartika |translator-last3=Aminullah |translator-first3=Zakaria Pamuji |translator-last4=Marginingrum |translator-first4=Novi |translator-last5=Septi |translator-first5=Neda |title=Kakawin Nagarakertagama: Teks Asli dan Terjemahan |edition=2 (revisi) |publisher=Narasi |location=Yogyakarta |year=2018 |isbn=978-979-168-553-5}}
* {{citation|first=Mpu |last=Prapanca |editor=Isidora |translator-last1=Saktiani |translator-first1=Damaika |translator-last2=Widya |translator-first2=Kartika |translator-last3=Aminullah |translator-first3=Zakaria Pamuji |translator-last4=Marginingrum |translator-first4=Novi |translator-last5=Septi |translator-first5=Neda |title=Kakawin Nagarakertagama: Teks Asli dan Terjemahan |edition=2 (revisi) |publisher=Narasi |location=Yogyakarta |year=2018 |isbn=978-979-168-553-5}}
* {{cite book |first=Mohammad |last=Yamin |title=600 Tahun Sang Merah-Putih, jaitu Uraian Tentang Hasil-Penjelidikan Sedjarah dan Arti jang dikandung Sang Merah-Putih Sebagai Warna-Kebangsaan |edition= |publisher=Penerbit Siguntang |location= |year=1954 |isbn=}}
* {{citation|first=Mohammad |last=Yamin |title=600 Tahun Sang Merah-Putih, jaitu Uraian Tentang Hasil-Penjelidikan Sedjarah dan Arti jang dikandung Sang Merah-Putih Sebagai Warna-Kebangsaan |edition= |publisher=Penerbit Siguntang |location= |year=1954 |isbn=}}
* {{cite book |first=Fokky Fuad |last=Wasitaatmadja |editor-last1= |editor-first1= |title=Spiritualisme Pancasila |edition= |publisher=Prenada Media |location= |year=2018 |isbn=9786024222673|url-status=live}}
* {{cite book |first=Fokky Fuad |last=Wasitaatmadja |editor-last1= |editor-first1= |title=Spiritualisme Pancasila |edition= |publisher=Prenada Media |location= |year=2018 |isbn=9786024222673|url-status=live}}



Revisi terkini sejak 8 September 2024 12.07

Representasi modern dari warna kebesaran Majapahit.

Bendera dan lambang Majapahit mengacu pada warna kebesaran dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikan kerajaan Majapahit.[1] Akan tetapi, sifat dari bagaimana warna dan lambang itu digunakan dan direpresentasikan masih menjadi subjek studi dan perbedaan pendapat di antara para sejarawan.[2]

Paduan warna merah-putih dikibarkan oleh TNI-AL dalam Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai bendera maritim (lencana perang dan tanda/pennon), dengan masing-masing nama "Lencana Perang" dan panji "Ular-Ular Perang".[3]

Turunan dari warna kebesaran bendera majapahit masih dipakai sebagai lencana perang TNI-AL.

Panji merah putih tercatat dalam prasasti Kudadu dengan angka tahun 1294 M. Dalam prasasti tersebut diceritakan bahwa panji-panji merah putih dikibarkan oleh pasukan Jayakatwang dari Daha yang sedang mengejar pasukan Raden Wijaya.[4] Piagam Merah Putih adalah sebutan nama lain dari prasasti Kudadu.[5] Disebutkan bahwa Raden Wijaya sedang dikejar oleh pasukan Jayakatwang yang membawa bendera tersebut, ketika tiba-tiba "panji-panji musuh terlihat di sebelah timur Hanyiruh, warnanya merah dan putih" (hana ta tuṅgulniṁ atru layū-layū katon·vetani hañiru[h], bāṁ lāvan putiḥ varṇnanya). Ini terdapat pada prasasti Kudadu 4v baris ke-3.[6]

Saat raja Hayam Wuruk melakukan lawatan ke seluruh negeri Majapahit, warna merah putih dicatat digunakan sebagai penanda rombongan. Dicatat pada Nagarakretagama pupuh 18 bait 2–4:[7]

Bait 2

  1. nistanyaśankya tang syandana mapawilanan deni cihnanya bheda,
  2. tekwan lampah nikapanta tulis ika dudu ri sang mantri samantri,
  3. rakryan sang mantri mukyapatih i majhapahit / sang pranalen kadatwan,
  4. pinten / kawan[i] śata syandana pulupulutan teki cihnanya neka.

Bait 3

  1. sang śri natheng pajang kwehni rathanira padacihnaning handiwaśri,[ii]
  2. ndan / śri natheng lasem / sök / rathanira matulis / nandaka śweta śobha,
  3. sang śri natheng daha cihna sadak akusuma[iii] syandanabhratulis mas,
  4. mukyang śri jiwanendrasakata samasama cihna lobheng lwih sök.

Bait 4

  1. ndan sang śri tiktawilwaprabhu sakataniraśankya cihnanya wilwa,
  2. gringsing lobheng lwih laka pada tinulis ing mas kajangnyan rinenga,
  3. salwirning pungawamwat / bini haji nuniweh .. śwari śri sudewi,
  4. sakwehning pekabharyya sakata nika sinang panharpning sapanta.

Terjemahannya:[10]

Bait 2

  1. Meski tak terhitung jumlahnya, namun gerobak-gerobaknya memiliki cara untuk dihitung, yaitu dengan tanda yang berbeda.
  2. Biasanya mereka pergi dalam kelompok; gambar-gambarnya (di samping mereka) tidak sama dari satu mantri dengan mantri lainnya.
  3. Rakryan (Yang Mulia) kepala mantri yang terhormat, mahapatih Majapahit, adalah mediator terhormat Kerajaan Keluarga.
  4. Bahkan sebanyak empat ratus gerobak; pupulutan adalah tanda mereka, jumlahnya banyak.

Bait 3

  1. Pelindung Pajang yang terhormat, banyak dari kereta-keretanya juga memiliki tanda handiwa (aren), mulia.
  2. Kemudian, Pelindung Lasem yang terhormat, yang ramai keretanya, dengan gambar: banteng putih, indah.
  3. Pelindung agung Daha yang terhormat memiliki tanda: sadak (daun sirih) dengan bunga; gerobak-gerobak itu berkilauan dengan gambar-gambar dari emas.
  4. Yang paling terkemuka adalah penguasa Jiwana yang agung, dengan kereta yang semuanya memiliki tanda sama: gambar lobheng lewih, ramai.

Bait 4

  1. Kemudian Yang Mulia Prabhu Tikta Wilwa (Majapahit) yang terhormat, keretanya tidak terhitung, tandanya adalah wilwa (buah maja / Aegle marmelos).
  2. Dari gringsing, lobheng-lewih, laka, sama-sama digambar dengan emas, adalah kajang (tabir) mereka, dengan ornamen.
  3. Segala macam punggawa (pelayan agung) mengiringi bini haji (wanita keputren), dan juga permaisuri Sri Sudewi yang Mulia.
  4. Semua istri pengikut, kereta-kereta mereka itu terbuka, menjadi barisan depan seluruh kelompok.

Dari terjemahan, warna dan lambang-lambang yang digunakan Majapahit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:[11]

Rombongan Lambang Motif Warna Catatan
Mahapatih Gajah Mada Pupulutan (Urena lobata) - -
Penguasa Pajang Handiwa—Aren (Arenga pinnata) - Warna gelap Menurut Pigeaud, saudara perempuan Hayam Wuruk
Penguasa Lasem Banteng putih - Putih Menurut Pigeaud, sepupu perempuan Hayam Wuruk
Penguasa Daha Daun sirih dengan bunga - Hijau dan emas Menurut Pigeaud, bibi Hayam Wuruk
Penguasa Jiwana - Motif lobheng lewih Merah dan putih Penguasa Jiwana-Kahuripan menurut Pigeaud adalah ibu sang Raja
Raja Hayam Wuruk Buah maja Motif gringsing, motif lobheng lewih Hitam putih, merah putih, laka (merah), mas (emas)
Lukisan karya Walter Spies (1931) yang menggambarkan kehidupan di Jawa pra-Islam.

Warna merah dan putih digunakan sebagai warna kajang—berarti tirai samping kereta atau atap berbentuk setengah silinder, terbuat dari daun lontar yang direkatkan atau dianyam. Kombinasi merah-putih dianggap sebagai yang paling mulia.[12]

Lobheng lewih adalah nama motif hiasan untuk lukisan, gambar, atau tekstil.[9] Motif ini berwarna merah dan putih, kombinasinya disebut gula-kalapa, yang merupakan lawan dari pare-anom, yaitu warna hijau dan emas, yang digunakan Daha. Kombinasi merah dan putih dianggap paling agung di Jawa.[12]

Gringsing juga merupakan nama dari motif dekorasi, terutama untuk tenunan dan batik. Mungkin warnanya putih dan hitam, berbintik-bintik atau bertitik.[12]

Pada Nagarakretagama pupuh 84 bait 4 juga disebutkan panji-panji (bahasa Jawa kuno: dwaja atau dhwaja). Warnanya tidak disebutkan, Pigeaud berpendapat panji-panji seperti itu memiliki warna simbolis, dengan merah-putih (gula-klapa) menjadi kombinasi yang paling luhur.[13][14][15]

Soekarno menggambarkan panji maritim Majapahit dengan garis selang-seling warna merah dan putih, dengan nama Sang Getih-Getah.[16]

Lambang negara

[sunting | sunting sumber]

Lambang negara Majapahit (rajasa lancana) disebutkan dalam Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Dicatat bahwa saat raja Hayam Wuruk pergi ke Lumajang, kereta sang raja memiliki cihna, yakni tanda pengenal.[17] Lambangnya adalah wilwa (bahasa Sanskerta untuk buah majaAegle marmelos). Bentuk buah maja yang bulat mungkin diasosiasikan dengan posisi raja dan ibukota Majapahit sebagai pusat dari mandala Majapahit.[12]

  1. ^ H. Kern menulis mawan. Menurut Pigeaud, pinten digunakan dengan angka sehingga mawan tidak tidak masuk akal disini. Beliau menggantinya dengan kawan, berarti "empat" (dari "sekawan", ungkapan resmi).[8]
  2. ^ H. Kern menulis diwaśaśri, yang menurut Pigeaud tidak masuk akal. Perbaikan katanya adalah handiwaśri, handiwa adalah nama dari aren.[8]
  3. ^ N.J. Krom menulis sadahakusuma, yang menurut Pigeaud tidak masuk akal. Bacaan aslinya mungkin adalah sadak akusuma, daun sirih berbunga.[9]

Bendera lainnya

[sunting | sunting sumber]

Bendera dengan bentuk serupa:

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wasitaatmadja 2018, hlm. 21.
  2. ^ Budianto, Enggran Eko (2022-01-14). "Salah Kaprah Lambang Kerajaan-Bendera Majapahit dan Buah Maja". detikcom. Diakses tanggal 2022-05-24. 
  3. ^ Moelyono, Setiyo, ed. (29 January 2020). "Tradisi TNI Angkatan Laut: Pewarisan Nilai-Nilai Luhur dalam Membangun Semangat Juang dan Karakter Prajurit Matra Laut" (PDF). Dinas Perawatan Personel Angkatan Laut. hlm. 76–79. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 April 2021. Diakses tanggal 22 February 2022. 
  4. ^ Yamin 1954, hlm. 90-92, 137-150.
  5. ^ Windoe, Kandi (2-05-2015). "Melihat Kibar Bendera Merah Putih dan Nusantara Sebelum Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 14-09-2020. Diakses tanggal 12-03-2018. 
  6. ^ Brandes, J.L.A. (1896). Pararaton (Ken Angrok), of Het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit. Batavia: Albrecht & Co. hlm. 79. 
  7. ^ Pigeaud 1960a, hlm. 16.
  8. ^ a b Pigeaud 1960b, hlm. 38.
  9. ^ a b Pigeaud 1960b, hlm. 39.
  10. ^ Pigeaud 1960c, hlm. 23-24.
  11. ^ Pigeaud 1962, hlm. 53-58.
  12. ^ a b c d Pigeaud 1962, hlm. 58.
  13. ^ Pigeaud 1960a, hlm. 65.
  14. ^ Pigeaud 1960c, hlm. 100.
  15. ^ Pigeaud 1962, hlm. 281.
  16. ^ Ranoewidjojo, Romo Dony S. (2021). "Bendera Gula Kelapa dan Kontras Bayangan Wayang Kulit Nusantara". Majalah Adiluhung Edisi 28: Wayang, Keris, Batik, dan Kuliner Tradisional. PT Daniasta Perdana. hlm. 18. 
  17. ^ Muljana 2005, hlm. 58-59.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Muljana, Raden Benedictus Slamet (2005), Al-Fayyadl, Muhammad, ed., Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara 
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960a), Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume I: Javanese Texts in Transcription (edisi ke-3 (revisi)), The Hague: Martinus Nijhoff 
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960b), Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume II: Notes on the Texts and the Translations (edisi ke-3 (revisi)), The Hague: Martinus Nijhoff, ISBN 978-94-011-8774-9 
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960c), Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations (edisi ke-3 (revisi)), The Hague: Martinus Nijhoff, ISBN 978-94-011-8772-5 
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1962), Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations (edisi ke-3 (revisi)), The Hague: Martinus Nijhoff, ISBN 978-94-017-7133-7 
  • Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1963), Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume V: Glossary, General Index (edisi ke-3 (revisi)), The Hague: Martinus Nijhoff, ISBN 978-94-011-8778-7 
  • Prapanca, Mpu (2018), Isidora, ed., Kakawin Nagarakertagama: Teks Asli dan Terjemahan, diterjemahkan oleh Saktiani, Damaika; Widya, Kartika; Aminullah, Zakaria Pamuji; Marginingrum, Novi; Septi, Neda (edisi ke-2 (revisi)), Yogyakarta: Narasi, ISBN 978-979-168-553-5 
  • Yamin, Mohammad (1954), 600 Tahun Sang Merah-Putih, jaitu Uraian Tentang Hasil-Penjelidikan Sedjarah dan Arti jang dikandung Sang Merah-Putih Sebagai Warna-Kebangsaan, Penerbit Siguntang 
  • Wasitaatmadja, Fokky Fuad (2018). Spiritualisme Pancasila. Prenada Media. ISBN 9786024222673.