Lompat ke isi

Majas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Reverted to revision 17378946 by Padliansyah553 (talk)
Tag: Pembatalan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(36 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{disambiginfo|Majas (disambiguasi)}}
'''Majas''' atau '''gaya bahasa''' yaitu pemanfaatan kekayaan [[bahasa]], pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya [[sastra]] semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok [[penulis]] [[sastra]] dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.<ref>[[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], edisi ketiga. 2002.</ref>
'''Majas''' atau '''gaya bahasa''' yaitu bahasa indonesia
Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya [[puisi]] dan [[prosa]]. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.
[[bahasa]], pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya [[sastra]] semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok [[penulis]] [[sastra]] dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.<ref>[[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], edisi ketiga. 2002.</ref>
Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya [[puisi]] dan [[prosa]]. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa. Majas adalah bahasa kiasan yang dapat menghidupkan sebuah karya sastra dan menimbulkan konotasi tertentu. Penggunaan majas yang tepat akan membantu pembaca untuk memahami makna dalam sebuah karya sastra.<ref>{{cite journal|title= Majas dalam Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta? dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar|authors= Endah Prihastuti, Kahfie Nazaruddin, Edi Suyanto|journal= Jurnal Kata|volume= 5|number= 2|year= 2017|page= 2|url= http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO1/article/view/14350|access-date= 2020-12-10|archive-date= 2021-01-21|archive-url= https://web.archive.org/web/20210121054941/http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO1/article/view/14350|dead-url= yes}}</ref>

Menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana, gaya bahasa (style) mempunyai tiga pengertian, yaitu:<ref>{{Cite book|last=Kridalaksana, Harimurti.|date=2008|url=https://www.worldcat.org/oclc/271724799|title=Kamus linguistik|location=Jakarta|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-979-22-3570-8|edition=Ed. 4|oclc=271724799}}</ref>

1. pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis;<br />
2. pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; dan<br />
3. keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.

Dengan demikian, majas bisa juga dikatakan sebagai bahasa indah yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat. Tujuannya yaitu untuk memperoleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis.<ref>{{Cite web|last=Karnesyia|first=Annisa|date=02 Oktober 2021|title=4 Jenis Majas dan Contohnya untuk Diajarkan ke Anak, Bunda Perlu Tahu|url=https://www.haibunda.com/parenting/20211001113549-61-243430/4-jenis-majas-dan-contohnya-untuk-diajarkan-ke-anak-bunda-perlu-tahu|website=HaiBunda|access-date=8 November 2021}}</ref><br />


== Jenis-jenis majas ==
== Jenis-jenis majas ==


=== Majas perbandingan ===
=== Majas perbandingan ===

{{utama|Majas perbandingan}}
* [[Alegori]]: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
* [[Alegori]]: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
:Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
:Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
* [[Alusio]]: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
* [[Alusio]]: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
:Contoh: -Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Team|first=TeknoBae com|title=40 Contoh Majas Alusio Lengkap dengan Penjelasannya|url=https://www.teknobae.com/2022/06/contoh-majas-alusio-lengkap-dengan-penjelasannya.html|website=TeknoBae.com|language=id|access-date=2022-07-07|archive-date=2022-07-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20220707063321/https://www.teknobae.com/2022/06/contoh-majas-alusio-lengkap-dengan-penjelasannya.html|dead-url=yes}}</ref>
:Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.
:-Jika bertemu selalu bertengkar mirip kartun Tom & Jerry
* [[Simile]]: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti ''layaknya, bagaikan, umpama, ibarat,'' dll.
* [[Simile]]: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti ''layaknya, bagaikan, umpama, ibarat,'' dll.
:Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
:Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
* [[Metafora]]: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
* [[Metafora]]: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
:Contoh: [[Cuaca]] mendung karena sang [[raja]] [[siang]] enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
:Contoh: [[Cuaca]] mendung karena sang [[raja]] [[siang]] enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
:
* [[Antropomorfisme]]: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
* [[Antropomorfisme]]: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
* [[Sinestesia]]: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
* [[Sinestesia]]: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Baris 20: Baris 32:
* [[Aptronim]]: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
* [[Aptronim]]: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
* [[Metonimia]]: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
* [[Metonimia]]: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
:Contoh: Karena sering menghisap ''jarum'', dia terserang penyakit [[paru-paru]].(Rokok merek [[Djarum]])
:Contoh: Karena sering mengisap ''jarum'', dia terserang penyakit [[paru-paru]].(Rokok merek [[Djarum]])
* [[Hipokorisme]]: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
* [[Hipokorisme]]: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
:Contoh: Lama <u>Otok</u> hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat <u>Otok</u> kian terkesima.
:Contoh: Lama <u>Otok</u> hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat <u>Otok</u> kian terkesima.
* [[Litotes]]: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
* [[Litotes]]: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
:Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
:Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
* [[Hiperbola]]: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
* [[Hiperbol]]: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
:Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
:Contoh: Banyak perkantoran di berbagai kota besar telah mencapai angkasa.
* [[Personifikasi]]: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
* [[Personifikasi]]: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
:Contoh: Hembusan [[angin]] di tepi [[pantai]] membelai rambutku.
:Contoh: Embusan [[angin]] di tepi [[pantai]] membelai rambutku.
* [[Depersonifikasi]]: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.
* [[Depersonifikasi]]: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.
:Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
:Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
Baris 45: Baris 57:
* [[Eponim]]: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.
* [[Eponim]]: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.
:Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
:Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
* [[Simbolik]]: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
* [[Simbolik]]: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan [[simbol]] atau lambang untuk menyatakan maksud.
:Contoh: 1) Ia terkenal sebagai ''buaya darat''. 2) Rumah itu hangus dilalap ''si jago merah''. 3) Ia sangat cantik di desanya sehingga Ia disebut sebagai "kembang desa".
* [[Asosiasi]]: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
* [[Asosiasi]]: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
:Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
:Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
Baris 52: Baris 65:
{{utama|Majas sindiran}}
{{utama|Majas sindiran}}
* [[Ironi]]: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
* [[Ironi]]: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
:Contoh: Suaramu merdu seperti <u>kaset kusut</u>.
:Contoh: Suaramu merdu seperti <u>kaset kusut</u>. Makmur sekali negara ini sampai sampai para tikus pun pakai dasi
* [[Sarkasme]]: Sindiran langsung dan kasar.
* [[Sarkasme]]: Sindiran langsung dan kasar.
:Contoh: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar <u>otak udang</u> isi kepalamu!
:Contoh: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar <u>otak udang</u>, isi kepalamu!
* [[Sinisme]]: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
* [[Sinisme]]: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
:Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
:Contoh: Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?
* [[Satire]]: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
* [[Satire]]: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dan lain-lain. Contoh : "Muka nyengir. Hati pengen nyatir"
* [[Innuendo]]: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
* [[Innuendo]]: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.


=== Majas penegasan ===
=== Majas Penegasan ===
{{utama|Majas penegasan}}
* [[Apofasis]]: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
* [[Pleonasme]]: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
* [[Pleonasme]]: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
:Contoh: Saya naik tangga <u>ke atas</u>.
:Contoh: Saya naik tangga <u>ke atas</u>.
Baris 99: Baris 110:
* [[Paradoks]]: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
* [[Paradoks]]: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
* [[Oksimoron]]: Paradoks dalam satu frasa.
* [[Oksimoron]]: Paradoks dalam satu frasa.
Contoh: Hal yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.
* [[Antitesis]]: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
* [[Antitesis]]: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
* [[Kontradiksi interminus]]: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
* [[Kontradiksi interminus]]: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
* [[Anakronisme]]: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya
* [[Anakronisme]]: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
* Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. ''Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan''. Tera, Yogyakarta.
* Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. ''Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan''. Tera, Yogyakarta.


{{Majas}}
== Catatan kaki ==
[[Kategori:Majas]]
{{reflist}}

[[Kategori:Majas| ]]
[[Kategori:Tata bahasa]]
[[Kategori:Tata bahasa]]

Revisi terkini sejak 1 Oktober 2024 11.25

Majas atau gaya bahasa yaitu bahasa indonesia bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[1] Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa. Majas adalah bahasa kiasan yang dapat menghidupkan sebuah karya sastra dan menimbulkan konotasi tertentu. Penggunaan majas yang tepat akan membantu pembaca untuk memahami makna dalam sebuah karya sastra.[2]

Menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana, gaya bahasa (style) mempunyai tiga pengertian, yaitu:[3]

1. pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis;
2. pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; dan
3. keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.

Dengan demikian, majas bisa juga dikatakan sebagai bahasa indah yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat. Tujuannya yaitu untuk memperoleh efek tertentu agar tercipta sebuah kesan imajinatif bagi penyimak atau pendengarnya, baik secara lisan maupun tertulis.[4]

Jenis-jenis majas

[sunting | sunting sumber]

Majas perbandingan

[sunting | sunting sumber]
  • Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
  • Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
Contoh: -Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.[5]
-Jika bertemu selalu bertengkar mirip kartun Tom & Jerry
  • Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
  • Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
  • Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
  • Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
  • Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
  • Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  • Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering mengisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
  • Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima.
  • Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
  • Hiperbol: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh: Banyak perkantoran di berbagai kota besar telah mencapai angkasa.
  • Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh: Embusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
  • Depersonifikasi: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
  • Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
  • Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
  • Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
  • Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
  • Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
  • Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  • Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
  • Eponim: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
  • Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Contoh: 1) Ia terkenal sebagai buaya darat. 2) Rumah itu hangus dilalap si jago merah. 3) Ia sangat cantik di desanya sehingga Ia disebut sebagai "kembang desa".
  • Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

Majas sindiran

[sunting | sunting sumber]
  • Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut. Makmur sekali negara ini sampai sampai para tikus pun pakai dasi
Contoh: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang, isi kepalamu!
  • Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar? Mengapa harus bertanya kepadaku?
  • Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dan lain-lain. Contoh : "Muka nyengir. Hati pengen nyatir"
  • Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Majas Penegasan

[sunting | sunting sumber]
  • Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.
  • Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh: Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
  • Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  • Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.
  • Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
  • Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
  • Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
  • Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
  • Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
  • Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
  • Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
  • Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
  • Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
  • Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  • Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  • Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  • Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  • Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  • Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  • Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  • Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  • Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  • Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  • Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.

Majas pertentangan

[sunting | sunting sumber]
  • Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  • Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.

Contoh: Hal yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.

  • Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
  • Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  • Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
  2. ^ Endah Prihastuti, Kahfie Nazaruddin, Edi Suyanto (2017). "Majas dalam Anak Ini Mau Mengencingi Jakarta? dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar". Jurnal Kata. 5 (2): 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-21. Diakses tanggal 2020-12-10. 
  3. ^ Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus linguistik (edisi ke-Ed. 4). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3570-8. OCLC 271724799. 
  4. ^ Karnesyia, Annisa (02 Oktober 2021). "4 Jenis Majas dan Contohnya untuk Diajarkan ke Anak, Bunda Perlu Tahu". HaiBunda. Diakses tanggal 8 November 2021. 
  5. ^ Team, TeknoBae com. "40 Contoh Majas Alusio Lengkap dengan Penjelasannya". TeknoBae.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-07. Diakses tanggal 2022-07-07. 
  • Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.