Lompat ke isi

Dewa (Hindu): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(28 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Kegunaan lain|Dewa (disambiguasi)}}
{{Kegunaan lain|Dewa (disambiguasi)}}
[[File:Indra, Chief of the Gods LACMA M.69.13.4 (1 of 5).jpg|thumb|Arca [[perunggu]] yang menggambarkan Dewa [[Indra]], "Pemimpin Para Dewa", dari [[Nepal]] pada [[abad ke-16]]. Dalam pustaka [[Weda]] Kuno, ''Dewa'' adalah makhluk gaib yang baik.<ref name="Klostermaier 2007">{{cite book |last=Klostermaier |first=Klaus K. |author-link=Klaus Klostermaier |year=2007 |chapter=Part I. Hinduism: Sources and Worldview – The Many Gods and the One God of Hinduism |chapter-url=https://books.google.com/books?id=8CVviRghVtIC&pg=PA101 |title=A Survey of Hinduism |location=[[Albany, New York]] |publisher=[[SUNY Press]] |edition=3rd |series=India and South Asian Studies |pages=101–102 |isbn=9780791470824 |lccn=2006021542 |quote=The Hindu ''deva'' is not [[God in Hinduism|God]]—at the most ''deva'' could be loosely translated as a “divine being.” Etymologically it means "god", “shiny,” “exalted”; and thus we find that the term ''deva'' covers everything that has to do with the supernatural: all figures, forms, processes and emotions, melodies, books, and verse meters—whatever needs the explanation of a transcendent origin or status—are called ''devas'' or ''devatā''. The functions of different parts of the body, symbols, and syllabes are explained as ''deva''. In [[Historical Vedic religion|Vedic religion]] we find the term used in a relatively restricted way; but even there we are not entitled to equate it with ''god'', but rather with ''supernatural powers'' in general.}}</ref>]]<!--
{{Hindu}}
{{Infobox Sanskrit term
Dalam ajaran [[agama Hindu]], '''Dewa''' ([[Dewanagari]]: '''देव''') adalah penghuni surga, [[malaikat]], dan manifestasi dari [[Brahman]] ([[Tuhan]] Yang Maha Esa). Dalam agama [[Hindu]], musuh para Dewa adalah [[Asura]].
| title = ''Deva''
| en = Surgawi, ilahi, terang, mulia, hal yang cemerlang, pemberi pengetahuan dan kemakmuran.
| sa = देव
| sa-Latn = deva
| ban = ᬤᬾᬯ
| ban-Latn= déwa
| hi = देवता
| hi-Latn = devatā
| bn = দেবতা
| bn-Latn = debota
| jv = ꦢꦺꦮ
| jv-Latn = déwa
| kn = ದೇವ
| kn-Latn = deva
| km = ទេវ
| km-Latn = tév
| ml = ദേവൻ
| ml-Latn = devan
| mr = देव
| mr-Latn = dev
| ne = देवता
| ne-Latn = devatā
| ta = தேவர்கள்
| ta-Latn = tevarkal̤
| te = దేవుడు
| te-Latn = dēvuḍu
| ma = dev
| ma-Latn = देव|or=ଦେବତା|or-Latn=debôta
|as = দেৱতা
|as-Latn = dewatā}}-->
'''Dewa''' ({{Sanskerta|देव|Deva}} adalah kata dari [[bahasa Sanskerta]] yang berarti "terang", "mulia", "makhluk surgawi", "makhluk ilahi", "hal yang cemerlang",<ref name="Klostermaier 2007"/> dan dapat mengacu kepada suatu golongan makhluk gaib dalam [[agama Hindu]].<ref name=monier>Monier Monier-Williams, A Sanskrit-English Dictionary” Etymologically and Philologically Arranged to cognate Indo-European Languages, Motilal Banarsidass, page 492</ref> Dewa merupakan istilah maskulin; padanan feminin untuk istilah tersebut ialah ''[[Dewi]]''. Kata tersebut sepadan dengan istilah [[bahasa Latin|Latin]] "''Deus''" dan [[bahasa Yunani|Yunani]] "''[[Zeus]]''".


Dalam sastra [[Weda]] Kuno, seluruh makhluk gaib dapat disebut "dewa"<ref>[https://www.britannica.com/topic/deva-religious-being Encyclopaedia Britannica - Deva]</ref><ref>[https://books.google.com/books?id=sEIngqiKOugC&dq=deva+in+vedic+india&pg=PA147 Encyclopedia of Ancient Deities by Charles Russell Coulter, Patricia Turner. Pg.147]</ref><ref name="George Williams 2008">George Williams (2008), A Handbook of Hindu Mythology, Oxford University Press, {{ISBN|978-0195332612}}, pages 90, 112</ref> dan ''[[asura]]''.<ref>Wash Edward Hale (1999), Ásura in Early Vedic Religion, Motilal Barnarsidass, {{ISBN|978-8120800618}}, pages 5-11, 22, 99-102</ref><ref>Monier Monier-Williams, A Sanskrit-English Dictionary” Etymologically and Philologically Arranged to cognate Indo-European Languages, Motilal Banarsidass, page 121</ref> Konsep tersebut akhirnya mengalami perkembangan dalam kesusastraan India Kuno, dan pada akhir [[periode Weda]], makhluk gaib yang baik disebut ''Dewa-asura''. Dalam [[sastra Hindu]] pasca-periode Weda, seperti ''[[Purana]]'' dan ''[[Itihasa]]'', para dewa merupakan makhluk baik, sedangkan ''asura'' makhluk jahat. Dalam sejumlah karya sastra India Abad Pertengahan, para dewa juga disebut sebagai "sura", dan sifatnya bertolak belakang dengan saudara tiri mereka yang sama-sama sakti, yang disebut sebagai "asura".<ref name=ang>[https://www.britannica.com/EBchecked/topic/40167/asura/40167rellinks/Related-Links Encyclopædia Britannica]</ref>
Dalam tradisi Hindu umumnya seperti [[Adwaita wedanta]] dan [[Agama Hindu Dharma]], Dewa dipandang sebagai manifestasi [[Brahman]] dan enggan dipuja sebagai [[Tuhan]] tersendiri dan para Dewa setara derajatnya dengan Dewa lain. Namun dalam [[filsafat Hindu]] [[Dwaita]], para Dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham [[monoteisme]] terhadap Dewa tertentu <sup>(lihat: [[Waisnawa]])</sup>.


Para dewa, demikian pula para [[asura]], [[yaksa]] (roh penunggu alam), dan [[rakshasa|raksasa]] (monster, setan), merupakan bagian dari mitologi India. Para dewa muncul dalam berbagai kisah-kisah [[kosmologi Hindu|kosmologis dalam agama Hindu]].<ref>Don Handelman (2013), One God, Two Goddesses, Three Studies of South Indian Cosmology, Brill Academic, {{ISBN|978-9004256156}}, pages 23-29</ref><ref>Wendy Doniger (1988), Textual Sources for the Study of Hinduism, Manchester University Press, {{ISBN|978-0719018664}}, page 67</ref>
== Etimologi ==


Dalam tradisi Hindu umumnya seperti [[Adwaita wedanta]] dan [[Agama Hindu Dharma]], Dewa dipandang sebagai manifestasi [[Brahman]] dan enggan dipuja sebagai [[Tuhan]] tersendiri dan para dewa setara derajatnya dengan dewa lain. Namun dalam [[filsafat Hindu]] [[Dwaita]], para dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham [[monoteisme]] terhadap Dewa tertentu (lihat: [[Waisnawa]]).
Kata “dewa” (''deva'')berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).


== Dewa dalam Weda ==
== Etimologi ==


Kata “dewa” (''deva'') berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).
Dalam kitab suci Reg Weda, [[Weda]] yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah [[Indra]], [[Agni]], [[Waruna]] dan [[Soma]]. [[Baruna]], adalah Dewa yang juga seorang [[Asura]].


== Sastra ==
Menurut ajaran [[agama Hindu]], Para Dewa (misalnya [[Baruna]], [[Agni]], [[Bayu]]) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi [[Tuhan]] ([[Brahman]]) itu sendiri.


Dalam kitab suci ''[[Regweda]]'', ''[[Weda]]'' yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah [[Indra]], [[Agni]], [[Baruna]] dan [[Soma]]. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang [[Asura]]. Menurut ajaran [[agama Hindu]], Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, [[Bayu]]) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi [[Tuhan]] ([[Brahman]]) itu sendiri.
Dalam kitab-kitab [[Veda]] dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak [[Tuhan]]. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan.


Dalam kitab suci [[Bhagawad Gita]] diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara [[Tuhan]]. [[Tuhan]] Yang Maha Esa melalui perantara Sri [[Krishna]] bersabda:
Dalam kitab-kitab ''[[Weda]]'' dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak [[Tuhan]]. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Dalam kitab suci ''[[Bhagawadgita]]'' diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara [[Tuhan]]. [[Tuhan]] Yang Maha Esa melalui perantara [[Kresna]] bersabda:


:''sa tayā śraddhayā yuktas''
{{cquote|sa tayā śraddhayā yuktas, tasyārādhanam īhate, labhate ca tatah kaman, mayaiva vihitān hi tān.
|source=Bhagawadgita {{sloka|kitab=Bhagawadgita|bab=7|sloka=22}}
:''tasyārādhanam īhate''
}}
:''labhate ca tatah kaman''
:''mayaiva vihitān hi tān''
(Bhagavad Gītā, 7.22)


'''Arti:'''
<center>'''Arti:'''</center>
{{cquote|Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.}}
:setelah diberi kepercayaan tersebut,
:mereka berusaha menyembah Dewa tertentu
:dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya
:hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.


== Contoh ==
== Beberapa Dewa dan Dewi dalam agama Hindu ==
* [[Agni]] (Dewa api)

* [[Agni]] (Dewa api)
* [[Aswin]] kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
* [[Aswin]] kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
* [[Brahma]] (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
* [[Brahma]] (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
Baris 41: Baris 66:
* [[Indra]] (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
* [[Indra]] (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
* [[Kuwera]] (Dewa kekayaan)
* [[Kuwera]] (Dewa kekayaan)
* [[Laksmi]] (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
* [[Laksmi]] (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, Dewi cinta, istri Dewa Visnu)
* [[Maruta]] (Dewa petir)
* [[Maruta]] (Dewa petir)
* [[Saraswati]] (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
* [[Saraswati]] (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
Baris 49: Baris 74:
* [[Waruna]] (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
* [[Waruna]] (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
* [[Wayu]] / [[Bayu]] (Dewa angin)
* [[Wayu]] / [[Bayu]] (Dewa angin)
* [[Wisnu]] (Dewa pemelihara, Dewa teratai)
* [[Wisnu]] (Dewa pemelihara alam semesta, Dewa pelindung alam semesta, Dewa cinta, Dewa dharma)
* [[Yama (Hindu)|Yama]] (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
* [[Yama (Hindu)|Yama]] (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
* [[Kartikeya]] (Dewa Pembunuh Iblis,Putra pertama Dewa Shiva
* [[Kartikeya]] (Dewa Pembunuh Iblis,Putra pertama Dewa Siwa


<center>
<center>
<gallery>
<gallery>
Berkas:Agni deva.JPG|'''[[Agni]]'''
Berkas:Agni deva.JPG|'''[[Agni]]'''
Berkas:Brahma 1820.jpg|'''[[Brahma]]'''
Berkas:Brahma deva.JPG|'''[[Brahma]]'''
Berkas: Saraswati Statue at Teku Pachali.JPG|'''[[Saraswati]]'''
Berkas:Goddess Saraswati by Raja Ravi Varma, 1896.jpg|'''[[Saraswati]]'''
Berkas:Lakshmi by Raja Ravi Varma.jpg|'''[[Laksmi]]'''
Berkas:NarayanaTirumala21.JPG|'''[[Laksmi]]'''
Berkas:Kartikeya 01.JPG|'''[[Kartikeya]]'''
Berkas:Kartikeya 01.JPG|'''[[Kartikeya]]'''
Berkas:Indra dikpala.JPG|'''[[Indra]]'''
Berkas:Indra dikpala.JPG|'''[[Indra]]'''
Berkas:SURYA GOD.JPG|'''[[Surya (dewa)|Surya]]'''
Berkas:Surya graha.JPG|'''[[Surya (dewa)|Surya]]'''
Berkas:Durga2.jpg|'''[[Durga]]'''
Berkas:Durga by Raja Ravi Varma.jpg|'''[[Durga]]'''
Berkas:Shyama Shakespeare Sarani Arnab Dutta 2010.JPG|'''[[Kali (dewi)|Kali]]'''
Berkas:Goddess Kalika.jpg|'''[[Kali (dewi)|Kali]]'''
</gallery>
</gallery>
</center>
</center>
Baris 71: Baris 96:
* [[Dewa]]
* [[Dewa]]
* [[Dewata]]
* [[Dewata]]
* [[Hindu]]
* [[Brahman]]
* [[Brahman]]

== Referensi ==
{{reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 84: Baris 111:
{{Hindu Makhluk}}
{{Hindu Makhluk}}


[[Kategori:Hindu]]
[[Kategori:Konsep Hindu]]
[[Kategori:Konsep Hindu]]
[[Kategori:Dewa| ]]
[[Kategori:Dewa| ]]

Revisi terkini sejak 10 Desember 2023 04.31

Arca perunggu yang menggambarkan Dewa Indra, "Pemimpin Para Dewa", dari Nepal pada abad ke-16. Dalam pustaka Weda Kuno, Dewa adalah makhluk gaib yang baik.[1]

Dewa ( (Dewanagari: देव; ,IASTDeva, देव) adalah kata dari bahasa Sanskerta yang berarti "terang", "mulia", "makhluk surgawi", "makhluk ilahi", "hal yang cemerlang",[1] dan dapat mengacu kepada suatu golongan makhluk gaib dalam agama Hindu.[2] Dewa merupakan istilah maskulin; padanan feminin untuk istilah tersebut ialah Dewi. Kata tersebut sepadan dengan istilah Latin "Deus" dan Yunani "Zeus".

Dalam sastra Weda Kuno, seluruh makhluk gaib dapat disebut "dewa"[3][4][5] dan asura.[6][7] Konsep tersebut akhirnya mengalami perkembangan dalam kesusastraan India Kuno, dan pada akhir periode Weda, makhluk gaib yang baik disebut Dewa-asura. Dalam sastra Hindu pasca-periode Weda, seperti Purana dan Itihasa, para dewa merupakan makhluk baik, sedangkan asura makhluk jahat. Dalam sejumlah karya sastra India Abad Pertengahan, para dewa juga disebut sebagai "sura", dan sifatnya bertolak belakang dengan saudara tiri mereka yang sama-sama sakti, yang disebut sebagai "asura".[8]

Para dewa, demikian pula para asura, yaksa (roh penunggu alam), dan raksasa (monster, setan), merupakan bagian dari mitologi India. Para dewa muncul dalam berbagai kisah-kisah kosmologis dalam agama Hindu.[9][10]

Dalam tradisi Hindu umumnya seperti Adwaita wedanta dan Agama Hindu Dharma, Dewa dipandang sebagai manifestasi Brahman dan enggan dipuja sebagai Tuhan tersendiri dan para dewa setara derajatnya dengan dewa lain. Namun dalam filsafat Hindu Dwaita, para dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham monoteisme terhadap Dewa tertentu (lihat: Waisnawa).

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Kata “dewa” (deva) berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).

Dalam kitab suci Regweda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Baruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.

Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Dalam kitab suci Bhagawadgita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Kresna bersabda:

sa tayā śraddhayā yuktas, tasyārādhanam īhate, labhate ca tatah kaman, mayaiva vihitān hi tān.

— Bhagawadgita (7:22)
Arti:

Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.

  • Agni (Dewa api)
  • Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
  • Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
  • Candra (Dewa bulan)
  • Durga (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
  • Ganesa (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
  • Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
  • Kuwera (Dewa kekayaan)
  • Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, Dewi cinta, istri Dewa Visnu)
  • Maruta (Dewa petir)
  • Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
  • Siwa (Dewa pelebur)
  • Sri (Dewi pangan)
  • Surya (Dewa matahari)
  • Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
  • Wayu / Bayu (Dewa angin)
  • Wisnu (Dewa pemelihara alam semesta, Dewa pelindung alam semesta, Dewa cinta, Dewa dharma)
  • Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
  • Kartikeya (Dewa Pembunuh Iblis,Putra pertama Dewa Siwa

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Klostermaier, Klaus K. (2007). "Part I. Hinduism: Sources and Worldview – The Many Gods and the One God of Hinduism". A Survey of Hinduism. India and South Asian Studies (edisi ke-3rd). Albany, New York: SUNY Press. hlm. 101–102. ISBN 9780791470824. LCCN 2006021542. The Hindu deva is not God—at the most deva could be loosely translated as a “divine being.” Etymologically it means "god", “shiny,” “exalted”; and thus we find that the term deva covers everything that has to do with the supernatural: all figures, forms, processes and emotions, melodies, books, and verse meters—whatever needs the explanation of a transcendent origin or status—are called devas or devatā. The functions of different parts of the body, symbols, and syllabes are explained as deva. In Vedic religion we find the term used in a relatively restricted way; but even there we are not entitled to equate it with god, but rather with supernatural powers in general. 
  2. ^ Monier Monier-Williams, A Sanskrit-English Dictionary” Etymologically and Philologically Arranged to cognate Indo-European Languages, Motilal Banarsidass, page 492
  3. ^ Encyclopaedia Britannica - Deva
  4. ^ Encyclopedia of Ancient Deities by Charles Russell Coulter, Patricia Turner. Pg.147
  5. ^ George Williams (2008), A Handbook of Hindu Mythology, Oxford University Press, ISBN 978-0195332612, pages 90, 112
  6. ^ Wash Edward Hale (1999), Ásura in Early Vedic Religion, Motilal Barnarsidass, ISBN 978-8120800618, pages 5-11, 22, 99-102
  7. ^ Monier Monier-Williams, A Sanskrit-English Dictionary” Etymologically and Philologically Arranged to cognate Indo-European Languages, Motilal Banarsidass, page 121
  8. ^ Encyclopædia Britannica
  9. ^ Don Handelman (2013), One God, Two Goddesses, Three Studies of South Indian Cosmology, Brill Academic, ISBN 978-9004256156, pages 23-29
  10. ^ Wendy Doniger (1988), Textual Sources for the Study of Hinduism, Manchester University Press, ISBN 978-0719018664, page 67

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]