Lompat ke isi

Bagaspati: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{bukan|Banaspati}}
Dalam [[Mahabharata]], '''Bagawan Bagaspati''' (alias '''Bambang Anggana Putra''' pada masa muda), adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana, dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Citragada, raja di [[kerajaan Magadha]]. Pada mulanya Bambang Anggana Putra berwujud ksatria tampan, tetapi kerena terkena kutukan Sanghyang Manikmaya tatkala akan memperistri Dewi Darmastuti wujudnya berubah menjadi [[rakshasa]]. Ia kemudian menjadi [[brahmana]] di pertapaan Argabelah dan bergelar Bagawan Bagaspati.
'''Bagawan Bagaspati''' (alias '''Bambang Anggana Putra''' pada masa muda), adalah nama tokoh [[pewayangan]] [[Jawa]] yang disisipkan ke dalam kisah [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' karya [[Byasa|Krishna Dwaipayana Wyasa]] dari [[India]]. Tokoh ini hanya muncul dalam kisah pewayangan, dan tidak ditemukan dalam naskah ''Mahabharata'' asli yang ber[[bahasa Sanskerta]] (terutama terjemahan [[Kisari Mohan Ganguli]] dan [[C. Rajagopalachari]]).<ref>{{citation| url=http://ancientvoice.wikidot.com/mbh-unique-noun-list-b |title=''Mahabharata'' Unique Noun List - B |publisher=Ancient Voice| author= Jijith N.R.}}</ref>


Dalam pewayangan dikisahkan bahwa Bagawan Bagaspati adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana, dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Citragada, raja di [[kerajaan Magadha]]. Pada mulanya Bambang Anggana Putra berwujud ksatria tampan, tetapi kerena terkena kutukan Sanghyang Manikmaya tatkala akan memperistri Dewi Darmastuti wujudnya berubah menjadi [[rakshasa]].
Bagaspati sangat sakti. Ia memiliki Ajian Candrabirawa, sehingga tidak bisa mati kecuali atas kemauannya sendiri. Ia menikah dengan Dewi Dharmastuti, seorang hapsari atau [[bidadari]], dan memiliki puteri bernama [[Pujawati]]. Bagaspati mempunyai watak sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan [[Tuhan]], rela berkorban dan sangat sayang pada puterinya. Ia bersahabat karib dengan Prabu Mandrapati, raja negara Mandara yang merupakan saudara seperguruan.


Menurut lakon "Lahirnya Gandamana", pada mulanya Bagaspati adalah seorang raja di Kerajaan Nusabelah. Ketika menyerang negeri [[Pancala]], Prabu Bagaspati dikalahkan oleh Prabu Mandrapati, raja negeri [[Mandaraka]], yang saat itu tengah bertamu ke Pancala. Setelah ditaklukkan, Bagaspati diminta untuk menjadi pertapa, dan kemudian ia menjadi [[brahmana]] di pertapaan Argabelah dengan gelar Begawan Bagaspati. Ia belakangan bersahabat karib dengan Prabu Mandrapati, yang kelak menjadi besannya.<ref>{{aut|Soegiyanto}}. (2000). ''Kisah dinasti Bharata: leluhur dan masa muda Pandawa-Kurawa.'' Jilid '''3''': 84-98. Surakarta: CV Widya Duta.</ref>
Akhir riwayatnya diceritakan, karena rasa cintanya dan demi kebahagiaan putrinya, Dewi Pujawati, Bagaspati rela mati dibunuh [[Salya|Narasoma]] ([[Salya]]), menantunya sendiri. Sebelum tewas, ia menyerahkan [[Aji Candrabirawa]] kepada Narasoma.

Bagaspati sangat sakti. Ia memiliki Ajian Candabirawa, sehingga tidak bisa mati kecuali atas kemauannya sendiri. Ia menikah dengan Dewi Dharmastuti, seorang hapsari atau [[bidadari]], dan memiliki putri bernama [[Pujawati]]. Bagaspati mempunyai watak sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan [[Tuhan]], rela berkorban dan sangat sayang pada puterinya.

Akhir riwayatnya diceritakan, karena rasa cintanya dan demi kebahagiaan putrinya, Dewi Pujawati, Bagaspati rela mati dibunuh [[Salya|Narasoma]] ([[Salya]]), menantunya sendiri. Sebelum tewas, ia menyerahkan Aji Candabirawa kepada Narasoma.<ref>{{aut|Hardjowirogo}}. (1968). ''Sedjarah wajang purwa.'' Cet. ke-V, hlm. 180. Jakarta: Balai Pustaka.</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Pujawati]]
* [[Pujawati]]
* [[Daftar tokoh wayang]]
* [[Daftar tokoh wayang]]

== Catatan kaki ==
{{reflist}}




{{tokoh wayang}}
{{tokoh wayang}}


[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Tokoh wayang]]

Revisi terkini sejak 29 Oktober 2023 07.03

Bagawan Bagaspati (alias Bambang Anggana Putra pada masa muda), adalah nama tokoh pewayangan Jawa yang disisipkan ke dalam kisah wiracarita Mahabharata karya Krishna Dwaipayana Wyasa dari India. Tokoh ini hanya muncul dalam kisah pewayangan, dan tidak ditemukan dalam naskah Mahabharata asli yang berbahasa Sanskerta (terutama terjemahan Kisari Mohan Ganguli dan C. Rajagopalachari).[1]

Dalam pewayangan dikisahkan bahwa Bagawan Bagaspati adalah putra Resi Jaladara dari Pertapaan Dewasana, dengan Dewi Anggini, keturunan Prabu Citragada, raja di kerajaan Magadha. Pada mulanya Bambang Anggana Putra berwujud ksatria tampan, tetapi kerena terkena kutukan Sanghyang Manikmaya tatkala akan memperistri Dewi Darmastuti wujudnya berubah menjadi rakshasa.

Menurut lakon "Lahirnya Gandamana", pada mulanya Bagaspati adalah seorang raja di Kerajaan Nusabelah. Ketika menyerang negeri Pancala, Prabu Bagaspati dikalahkan oleh Prabu Mandrapati, raja negeri Mandaraka, yang saat itu tengah bertamu ke Pancala. Setelah ditaklukkan, Bagaspati diminta untuk menjadi pertapa, dan kemudian ia menjadi brahmana di pertapaan Argabelah dengan gelar Begawan Bagaspati. Ia belakangan bersahabat karib dengan Prabu Mandrapati, yang kelak menjadi besannya.[2]

Bagaspati sangat sakti. Ia memiliki Ajian Candabirawa, sehingga tidak bisa mati kecuali atas kemauannya sendiri. Ia menikah dengan Dewi Dharmastuti, seorang hapsari atau bidadari, dan memiliki putri bernama Pujawati. Bagaspati mempunyai watak sabar, ikhlas, percaya akan kekuasaan Tuhan, rela berkorban dan sangat sayang pada puterinya.

Akhir riwayatnya diceritakan, karena rasa cintanya dan demi kebahagiaan putrinya, Dewi Pujawati, Bagaspati rela mati dibunuh Narasoma (Salya), menantunya sendiri. Sebelum tewas, ia menyerahkan Aji Candabirawa kepada Narasoma.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Jijith N.R., Mahabharata Unique Noun List - B, Ancient Voice 
  2. ^ Soegiyanto. (2000). Kisah dinasti Bharata: leluhur dan masa muda Pandawa-Kurawa. Jilid 3: 84-98. Surakarta: CV Widya Duta.
  3. ^ Hardjowirogo. (1968). Sedjarah wajang purwa. Cet. ke-V, hlm. 180. Jakarta: Balai Pustaka.