Lompat ke isi

Sunan Kalijaga: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
k Membatalkan 1 suntingan oleh 140.213.177.109 (bicara) ke revisi terakhir oleh Raden Salman (TW)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(290 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{vlindungi}}
{{bukan|Kereta api Kalijaga}}
{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =Asy-Syaikh
| name = Raden Said <br>
( Sunan Kalijaga )
| image = Sunan Kalijaga BW.png
| alt =
| caption = Ilustrasi Lukisan Sunan Kalijaga
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sunni]]
| known_for = [[Wali Songo]]
| predecessor = [[Syaikh Subakir]]
| successor =[[Sunan Muria]]
| birth_name = Said
| birth_date = <!-- {{birth date and age|YYYY|MM|DD|df=y}} or, if deceased, {{birth date|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
| birth_place = 1450 [[Tuban]], [[Majapahit]]
| death_date = 1592
| death_place = [[Kadilangu]], [[Demak]], [[Kesultanan Mataram]]
| children = {{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Sarah :
|1. Umar Said <br> ([[Sunan Muria]])
|2. Dewi Ruqayyah
|3. Dewi Sofiah
}}
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
|1. Ratu Pembayun <br> (Istri dari [[Sultan Trenggana]], dan Ibu dari [[Sunan Prawoto]] serta [[Ratu Kalinyamat]])
|2. Nyai Ageng Panenggak <br> (Istri Kyai Ageng Panenggak/Kyai Ageng Pakar/Pangeran Hadikusumo/Panembahan Agung bin Kyai Ageng Ngerang II/Kyai bodo ing Pajang Sumare Sela butuh sragen) Nyai Ageng Panenggak Ibu dari Panembahan Pangulu).
|3. [[Sunan Hadi]] <br> Berputra Pangeran Jayaprana (Sumare Kota Gede Yogyakarta) <br> Berputra Sunan Adilangu <br> Berputra Panembahan Seda Kepuh <br> Berputra Panembahan Natapraja ing Kadilangu.
|4. Raden Abdurrahman
|5. Raden Ayu Panengah <br> (Istri dari [[Ki Ageng Ngerang III]], dan Ibu dari [[Ki Panjawi]])
}}
| father = Tumenggung Wilwatikta
| mother = [[Dewi Nawang Arum]]
| spouse =
{{unbulleted list
| Dewi Sarah Binti [[Maulana Ishaq]]
| Dewi Sarokah Binti [[Sunan Gunung Jati]]
}}
}}
'''Sunan Kalijaga''' merupakan Waliyullah yang tergabung dalam anggota dewan [[Walisongo]].Raden Said pada masa muda berjuluk Brandal Lokajaya.


Beliau dikenal sebagai wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau [[Jawa]]. Selain menjadi [[Ulama]]' ia juga menjadi [[penasihat]] [[keraton]], [[seniman]], dan [[arsitek]] yang ulung.
[[Berkas:Sunan Kalijaga.jpg|thumb|Lukisan Sunan Kalijaga]]
'''[[Sunan]] Kalijaga''' atau '''Sunan Kalijogo''' adalah seorang [[tokoh]] [[Wali Songo]] yang sangat lekat dengan [[Muslim]] di Pulau [[Jawa]], karena kemampuannya memasukkan pengaruh [[Islam]] ke dalam tradisi [[Jawa]]. Makamnya berada di [[Kadilangu]], [[Demak]].


Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
== Riwayat ==
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan [[Majapahit]] (berakhir [[1478]]), [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]], bahkan juga [[Kerajaan Pajang]] yang lahir pada [[1546]] serta awal kehadiran [[Kerajaan Mataram]] dibawah pimpinan [[Panembahan Senopati]]. Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.


Oleh karena itulah, beliau menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
=== Kelahiran ===
'''Sunan Kalijaga''' diperkirakan lahir pada tahun [[1450]] dengan nama '''Raden Said'''. Dia adalah putra adipati [[Tuban]] yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain '''Lokajaya''', '''Syekh Malaya''', '''Pangeran Tuban''', dan '''Raden Abdurrahman'''. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari [[Kalijaga, Harjamukti, Cirebon|Desa Kalijaga]] di [[Kota Cirebon|Cirebon]]. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau ''jaga kali''.


Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam ''Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam''.
=== Silsilah ===

Mengenai asal usulnya, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ia juga masih keturunan [[Bangsa Arab|Arab]]. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang [[Jawa]] asli. Van Den Berg menyatakan bahwa '''Sunan Kalijaga''' adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada [[Muhammad|Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam]]. Sementara itu menurut [[Babad Tuban]] menyatakan bahwa [[Aria Teja]] alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan ini ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan [[Ibnu Abbas]], paman [[Rasulullah|Muhammad]]. Sunan Kalijaga mempunyai tiga anak salah satunya adalah Umar Said atau [[Sunan Muria]].
Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.

Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.

[[Metode dakwah]] tersebut sangat efektif. Sebagian besar [[adipati]] di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati [[Pandanaran]], [[Kartasura]], [[Kebumen]], [[Banyumas]], serta [[Pajang]].Makamnya berada di [[Kadilangu]], [[Demak]].

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan [[Majapahit]] (berakhir [[1478]]), [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Cirebon]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]], bahkan juga [[Kerajaan Pajang]] yang lahir pada [[1546]] serta awal kehadiran [[Kerajaan Mataram]] dibawah pimpinan [[Panembahan Senopati]].

== Rekam Jejak ==
=== Menjadi Murid Sunan Bonang ===
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.

Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah [[Sunan Bonang]]. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang [[Sunan Bonang]] tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa [[Allah S.W.T]] tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh [[Sunan Bonang]].

Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh [[Sunan Bonang]]. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.


=== Pernikahan ===
=== Pernikahan ===
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan '''Dewi Saroh binti Maulana Ishak''', dan mempunyai 3 putra: '''R. Umar Said''' ([[Sunan Muria]]), '''Dewi Rakayuh''' dan '''Dewi Sofiah'''. Maulana Ishak memiliki anak bernama [[Sunan Giri]] dan Dewi Saroh. Mereka adalah kakak beradik.
Berdasarkan naskah Pustaka Darah Agung, Sunan Kalijaga diketahui menikah dengan Dewi Sarah binti [[Maulana Ishaq]], dan mempunyai 3 putra :
# [[Sunan Muria]],
# Dewi Ruqayyah,
# Dewi Sofiah

Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri [[Sunan Gunung Jati]] dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :

# Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan [[Trenggono]]
# Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
# Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
# Raden Abdurrahman.
# Raden Ayu Penengah (Ibu dari [[Ki Panjawi]].

=== Penerus Dakwah ===
Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.

Yang ingin mengoreksi di persilshkan


=== Berda'wah ===
== Pemakaman ==
Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).


Beliau dimakamkan di Daerah [[Kadilangu]], Kabupaten [[Demak]]. Makam ini hingga sekarang, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.
Menurut cerita, Sebelum menjadi [[Walisongo]], Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi. Dan hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah [[Sunan Bonang]]. Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang [[Sunan Bonang]] tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa [[Allah]] tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh [[Sunan Bonang]]. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, [[[Sunan Bonang]] datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh [[Sunan Bonang]]. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.


Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, [[Sunan Bonang]]. Paham keagamaannya cenderung "[[sufisme|sufistik]] berbasis [[salaf]]" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.


== Warisan Budaya ==
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu [[suluk]] ciptaannya yang populer adalah ''Ilir-ilir'' dan ''Gundul-gundul Pacul''. Dialah menggagas baju takwa, perayaan [[sekaten]]an, garebeg maulud, serta lakon [[carangan]] ''Layang Kalimasada'' dan ''Petruk Dadi Ratu'' ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :
* Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu [[suluk]] ciptaannya yang populer adalah ''[[Ilir-ilir]]'' dan ''[[Gundul-gundul Pacul]]''.
* Dialah Penggagas [[baju takwa]], perayaan [[sekaten]]an, [[garebeg maulud]], serta lakon [[carangan]] ''Layang Kalimasada'' dan ''Petruk Dadi Ratu'' ("Petruk Jadi Ratu").
* Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
* Ia ikut pula merancang pembangunan [[Masjid Agung Cirebon]] dan [[Masjid Agung Demak]]. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.


== Pusat Inspirasi ==
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati [[Pandanaran]], [[Kartasura]], [[Kebumen]], [[Banyumas]], serta [[Pajang]].
Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :


* Dalam film ''[[Sunan Kalijaga (film)|Sunan Kalijaga]]'' (1983), Sunan Kalijaga diperankan oleh [[Deddy Mizwar]].
== Wafat ==
* Dalam film ''Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar'' (1985), Sunan Kalijaga diperankan oleh [[Deddy Mizwar]].
Ketika wafat, ia dimakamkan di Desa [[Kadilangu]], dekat kota [[Demak]] (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia


== Referensi ==
===Situs web===
{{reflist}}
===Buku===
*Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
*Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
*Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
*Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p.&nbsp;10. ISBN 0-333-57689-6.
*Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
*[https://lathifahs52892.blogspot.com/2018/12/resensi-buku-judul-buku-sufisme-sunan.html?m=1 Sufisme Sunan Kalijaga]
{{reflist}}
{{Walisongo}}
{{Walisongo}}


[[Kategori:Walisongo|Kalijaga]]
[[Kategori:Wali Sanga]]
[[Kategori:Kelahiran 1450|Kalijaga]]
[[Kategori:Kelahiran 1450|Kalijaga]]
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Tuban]]
[[Kategori:Tokoh Tuban]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Sunan|Kalijaga]]

Revisi terkini sejak 7 September 2024 14.45

Asy-Syaikh

Raden Said
( Sunan Kalijaga )
Ilustrasi Lukisan Sunan Kalijaga
Informasi pribadi
Lahir
Said

Meninggal1592
AgamaIslam
Pasangan
Anak
Pernikahan dengan Dewi Sarah :
  • 1. Umar Said
    (Sunan Muria)
  • 2. Dewi Ruqayyah
  • 3. Dewi Sofiah
Pernikahan dengan Dewi Sarokah :
  • 1. Ratu Pembayun
    (Istri dari Sultan Trenggana, dan Ibu dari Sunan Prawoto serta Ratu Kalinyamat)
  • 2. Nyai Ageng Panenggak
    (Istri Kyai Ageng Panenggak/Kyai Ageng Pakar/Pangeran Hadikusumo/Panembahan Agung bin Kyai Ageng Ngerang II/Kyai bodo ing Pajang Sumare Sela butuh sragen) Nyai Ageng Panenggak Ibu dari Panembahan Pangulu).
  • 3. Sunan Hadi
    Berputra Pangeran Jayaprana (Sumare Kota Gede Yogyakarta)
    Berputra Sunan Adilangu
    Berputra Panembahan Seda Kepuh
    Berputra Panembahan Natapraja ing Kadilangu.
  • 4. Raden Abdurrahman
  • 5. Raden Ayu Panengah
    (Istri dari Ki Ageng Ngerang III, dan Ibu dari Ki Panjawi)
Orang tua
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Songo
Pemimpin Muslim
PendahuluSyaikh Subakir
PenerusSunan Muria

Sunan Kalijaga merupakan Waliyullah yang tergabung dalam anggota dewan Walisongo.Raden Said pada masa muda berjuluk Brandal Lokajaya.

Beliau dikenal sebagai wali yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain menjadi Ulama' ia juga menjadi penasihat keraton, seniman, dan arsitek yang ulung.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap, mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Oleh karena itulah, beliau menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang penuh dengan ide-ide kreatif dalam berdakwah, salah satunya dengan media wayang kulit. Kesenian wayang kulit yang awalnya berisi kisah-kisah Hindu, diganti oleh Sunan Kalijaga menjadi kisah-kisah yang berisikan ajaran Islam. Salah satu contohnya yaitu Jamus Kalimasada, sebagaimana dijelaskan Siti Wahidoh dalam Buku Intisari Sejarah Kebudayaan Islam.

Pada masa itu, ketika hendak mengadakan pentas atau pagelaran wayang, Sunan Kalijaga memberi wejangan atau nasihat keislaman kepada para penonton. Berikutnya, mereka diajak mengucap dua kalimat syahadat. Dengan demikian, mereka telah menyatakan diri masuk Islam sembari lambat laun belajar mengenai ibadah-ibadah Islam.

Sunan Kalijaga pun dapat memikat hati masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah hingga Islam cepat menyebar. Sunan Kalijaga berhasil melakukan dakwah tanpa tekanan dan paksaan.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.Makamnya berada di Kadilangu, Demak.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati.

Rekam Jejak

[sunting | sunting sumber]

Menjadi Murid Sunan Bonang

[sunting | sunting sumber]

Menurut cerita, Sebelum menjadi Walisongo, Raden Said adalah seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi di kerajaannya, merampok orang-orang yang kaya. Hasil curiannya, dan rampokanya itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.

Suatu hari, saat Raden Said berada di hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu jika dilihat seperti tongkat emas, ia merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia menasihati Raden Said bahwa Allah S.W.T tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.

Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke sungai. Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.

Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Pernikahan

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan naskah Pustaka Darah Agung, Sunan Kalijaga diketahui menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishaq, dan mempunyai 3 putra :

  1. Sunan Muria,
  2. Dewi Ruqayyah,
  3. Dewi Sofiah

Sunan Kalijaga juga memiliki istri bernama Dewi Sarokah, yang merupakan puteri Sunan Gunung Jati dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :

  1. Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Sultan Trenggono
  2. Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
  3. Sunan Hadi, kelak menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala Perdikan Kadilangu.
  4. Raden Abdurrahman.
  5. Raden Ayu Penengah (Ibu dari Ki Panjawi.

Penerus Dakwah

[sunting | sunting sumber]

Setelah Sunan Kalijaga Wafat, Perjuangan dakwah dilanjutkan oleh putranya sendiri yakni Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak.

Yang ingin mengoreksi di persilshkan

Pemakaman

[sunting | sunting sumber]

Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M).

Beliau dimakamkan di Daerah Kadilangu, Kabupaten Demak. Makam ini hingga sekarang, ramai diziarahi orang - orang dari seluruh indonesia.

Haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu, Demak.

Warisan Budaya

[sunting | sunting sumber]

Berikut adalah daftar warisan budaya dari Sunan Kalijaga, yaitu :

  • Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.
  • Dialah Penggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Ratu").
  • Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
  • Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Pusat Inspirasi

[sunting | sunting sumber]

Kisah perjalanan hidup Sunan Kalijaga juga sudah dibuatkan Film, diantaranya :

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Situs web

[sunting | sunting sumber]
  • Soekirno, Ade (1994). Sunan Kalijaga: asal-usul mesjid agung demak: cerita rakyat Jawa Tengah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 9795534629.
  • Nasuhi, Hamid (2017). "Shakhṣīyat Sunan Kalijaga fī taqālīd Mataram al-Islāmīyah". Studia Islamika. Vol. 24 no. 1. Republic of Indonesia: Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. ISSN 2355-6145.
  • Chodjim, Achmad (2013). Sunan Kalijaga: Mistik dan Makrifat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. ISBN 9789790242920.
  • Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition. London: MacMillan. p. 10. ISBN 0-333-57689-6.
  • Sunyoto, Agus (2014). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. 6th edition. Depok: Pustaka IIMaN. ISBN 978-602-8648-09-7
  • Sufisme Sunan Kalijaga