Lompat ke isi

Hasan Mutawakkil 'Alallah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Elfarouq.id (bicara | kontrib)
k Membatalkan 1 suntingan oleh Handydannu (bicara) ke revisi terakhir oleh AABot()
Tag: Pembatalan
 
(57 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{More citations needed|date=Mei 2024}}
{{Infobox_President
{{Infobox officeholder
|honorific-prefix = [[Kyai|K.]] [[Haji (gelar)|H.]] Muhammad
|honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/keagamaan/profesi) -->
|name = {{PAGENAME}}, S.H., M.M.
|image = Hasan Mutawakkil 'Alallah.jpg
|name = Hasan Mutawakkil &#39;Alallah
|honorific-suffix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/profesi) -->
|image_size=200px
|image = Kiaimutawakkil.jpg
|office = Kholifah [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]]
|imagesize =
|order = 4
|caption = KH. Moh. Hasan Mutawakkil 'Alallah, S.H., M.M. sebagai Ketua Umum MUI Jawa Timur, tahun 2020
|term_start = [[13 Juni]] [[1991]]
|office = Kholifah [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]]
|term_end = Sekarang
|order = 4
|predecessor = KH. Hasan Saifourridzall
|state =
|birth_date = {{birth date|1959|4|22}}
|term_start = [[13 Juni]] [[1991]]
|birth_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Probolinggo]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
|term_end =
|nationality = [[Indonesia]]
|spouse = [[Ning Lub]]
|predecessor = [[Kyai Saifourridzal]]
|successor =
|children = Ning Vina <br /> Ning Rini<br /> Ning Deyiez<br /> Ning Gefi
|birth_date = {{Birth date and age|1959|4|22|mf=y}}
|profession = Ketua PWNU Jatim <br /> Presiden Komisaris TV9 Surabaya<ref>{{cite news | first = Kompas | last = Tof | title = TV9 Diresmikan Mendiknas | url = http://regional.kompas.com/read/2010/02/01/05525922/TV9.Diresmikan.Mendiknas | publisher = PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). | date = Senin, 1 Februari 2010 | accessdate = 2016-01-13}}</ref> <br /> Owner [[Madura Channel]] TV
|birth_place = <!-- hindari ikon bendera --> [[Probolinggo]], [[Jawa Timur]], Indonesia
|religion = [[Islam]]
|nationality = <!-- Hanya untuk warga negara; atau pihak asing; hindari ikon bendera -->
|signature = gg
|alma_mater = {{ubl|[[Universitas Islam Indonesia]]|[[Universitas Al-Azhar]]|[[Universitas Leiden]]}}
|website = [http://www.pzhgenggong.or.id]
|occupation = {{hlist|[[Ulama]]|[[Pengusaha]]}}
|profession = Pengasuh dan Ketua Yayasan [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]]<br />Ketua Yayasan Hafshawaty <br />Ketua(Tanfidziyah) Pengurus Wilayah [[Nahdlatul Ulama]] [[Jawa Timur]]<br /> Presiden Komisaris [[TV9 Nusantara]]<ref>{{cite news|first = Kompas|last = Tof|title = TV9 Diresmikan Mendiknas|url = http://regional.kompas.com/read/2010/02/01/05525922/TV9.Diresmikan.Mendiknas|publisher = TANASZAHA Online|date = Senin, 1 Februari 2010|accessdate = 2016-01-13|archive-date = 2023-06-09|archive-url = https://web.archive.org/web/20230609102055/https://regional.kompas.com/read/2010/02/01/05525922/TV9.Diresmikan.Mendiknas|dead-url = no}}</ref>
|religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
|website = {{url|pzhgenggong.or.id}}
}}
}}

'''K. H. Muhammad Hasan Mutawakkil 'Alallah, S.H., M.M.''' (lahir di [[Genggong]], 22 April 1959; umur 55 tahun) adalah seorang pengusaha, tokoh pendakwah sekaligus kholifah ke empat dari [[pesantren Zainul Hasan Genggong]], Probolinggo, Jawa Timur dan ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama' (PWNU Jawa Timur). Ia lahir dari keluarga Pesantren pasangan KH. Hasan Saifourridzall dan Nyai Himami Hafshawaty.
'''Kiai Hasan Mutawakkil''' selengkapnya ''Sri Raja Niti Nata Kusuma'' '''KH. Moh. Hasan Mutawakkil 'Alallah, S.H., M.M.''' lahir di [[Genggong]], {{Birth date and age|1959|4|22|mf=y}} adalah seorang pengusaha, tokoh pendakwah sekaligus kholifah ke empat dari [[pesantren Zainul Hasan Genggong]], Probolinggo, Jawa Timur, Ketua Umum Majelis Ulama' Indonesia Jawa Timur dan ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama' (PWNU Jawa Timur) ini adalah Pemilik Stasiun Televisi [[TV9 Nusantara]] Yang berkedudukan Di Kota Surabaya. Ia lahir dari keluarga Pesantren pasangan KH. Hasan Saifourridzall dan Nyai Hj. Himami Hafshawaty.

Ia Juga dianggap salah satu pemikir sekaligus praktisi di bidang manajemen pendidikan Islam yang telah mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan Pesantren Zainul Hasan Atas Bedirinya dua Universitas sekaligus dalam satu naungan Pesantren Genggong yaitu [[Universitas Zainul Hasan]] dan [[Universitas Hafshawaty Zainul Hasan]].


== Biografi ==
== Biografi ==


Hasan Mutawakil dilahirkan di Genggong, 22 April 1959. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di Genggong. Kemudian sempat melanjutkan pesantren di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Namun di pesantren yang diasuh KH Imam itu, tidak lama hanya sembilan bulan saja. Atas saran kedua orang tuanya itu, ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah pada Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Pondok Pesantren Lirboyo dari tahun 1979-1981. Saat di Lirboyo, Kediri, ia sangat terkesan pada KH Marzuki, KH Mahrus Ali dalam prinsip-prinsip perjuangannya. Saat di Lirboyo, ia sudah menyenangi pelajaran Nahwu, Sharaf, Balaghah (ilmu alat), Ilmu Fiqh, Tafsir dan Hadits.
Hasan Mutawakil menyelesaikan pendidikan dasar di Genggong. Kemudian sempat melanjutkan pesantren di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Namun di pesantren yang diasuh KH Imam itu, tidak lama hanya sembilan bulan saja. Atas saran kedua orang tuanya itu, ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah pada Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di [[Pondok Pesantren Lirboyo]] dari tahun 1979-1981. Saat di [[Lirboyo, Mojoroto, Kediri|Lirboyo, Kediri]], ia terkesan pada KH Marzuki, KH Mahrus Ali dalam prinsip-prinsip perjuangannya. Saat di Lirboyo, ia sudah menyukai pelajaran Nahwu, Sharaf, Balaghah (ilmu alat), Ilmu Fiqh, Tafsir dan Hadits.

Selepas itu, ia sempat menempuh pendidikan pada Fakultas Syari’ah di Universitas Tribakti, Kediri sampai tingkat III. Lulus dari tingkat III (sarjana muda), KH Mutawakil rupa-rupanya punya keinginan untuk mencari pengalaman, apalagi sejak kecil ia hanya menimba pendidikan pesantren. Sehingga ketika dewasa ia ingin menimba pendidikan kampus. Pilihannya pada waktu itu akhirnya jatuh pada Kota Pelajar yakni Jogjakarta.
=== Pendidikan Tinggi ===
Sesampai di Jogja, ia kemudian menempuh ujian masuk persamaan di Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta dan diterima. Namun di UII ia tidak bertahan lama, di tengah kuliahnya ia mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar di Kairo (Mesir). Setelah menempuh ujian beasiswa ternyata, ia lulus untuk dapat menempuh pendidikan di Universitas terpopuler di belahan negara Timur Tengah itu.
Selepas itu, ia sempat menempuh pendidikan pada Fakultas Syari’ah di Universitas Tribakti, Kediri sampai tingkat III. Lulus dari tingkat III (sarjana muda), KH Mutawakil rupa-rupanya punya keinginan untuk mencari pengalaman, apalagi sejak kecil ia hanya menimba pendidikan pesantren. Sehingga ketika dewasa ia ingin menimba pendidikan kampus. Pilihannya pada waktu itu akhirnya jatuh pada Kota Pelajar yakni [[Yogyakarta]].
Sebenarnya saat menempuh kuliah di Al Azhar Kairo, ia sudah mulai senang menggemari pelajaran studi. Menurutnya pelajaran yang di Kairo ada beberapa pengembangan aktualisasi,masalah dan pengembangan pandangan yang menurut berbagai persepektif. Selain itu ada kelebihan dari pengajarnya dan adanya praktek langsung di lapangan baik dengan berbahasa Arab maupun Inggris.
Sesampai di Jogja, ia kemudian menempuh ujian masuk persamaan di [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) di Yogyakarta dan diterima. Namun di UII ia tidak bertahan lama, di tengah kuliahnya ia mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke [[Universitas Al-Azhar]] di Kairo (Mesir). Setelah menempuh ujian beasiswa ternyata, ia lulus untuk dapat menempuh pendidikan di Universitas populer di belahan negara Timur Tengah itu.
Saat menempuh kuliah di Al Azhar, Mesir pada tahun 1983, ia berkesempatan untuk mencari pengalaman study tour ke luar negeri. Misal, ke Frankrut (Jerman)<ref>{{cite news | first = Amarullah | last = Amril | title = Air Mata Kiai NU Saat Ramadan di Frankfurt | url = http://nasional.news.viva.co.id/news/read/170367-air-mata-kiai-nu-ramadan-di-frankfurt | publisher = VIVA.CO.ID. | date = Rabu, 11 Agustus 2010 | accessdate = 2016-01-13}}</ref> , Polandia, Belgia dan Belanda. Saat itu, ia mengambil inisiatif untuk study banding dengan biaya sendiri. Karena pada waktu itu, KH Mutawakil tidak mempunyai biaya yang cukup, ia kemudian mencari tambahan dana dengan bekerja apa saja, termasuk menjadi pelayan restoran di beberapa negara yang ia kunjungi.
Sebenarnya saat menempuh kuliah di [[Universitas Al-Azhar]] Kairo, ia sudah mulai senang menggemari pelajaran. Menurutnya, pelajaran yang ada di Kairo ada beberapa pengembangan aktualisasi,masalah dan pengembangan pandangan yang menurut berbagai persepektif. Selain itu, terdapat nilai lebih dari pengajarnya dan adanya praktik langsung di lapangan baik dengan berbahasa Arab maupun Inggris.
Dari studi banding itu, ia mendapat pengalaman berharga. ”Saya melihat hubungan antara hubungan kerja antara buruh dan majikan, ternyata ahlak Islam ternyata ada di Barat.
Saat menempuh kuliah di [[Universitas Al-Azhar]], Mesir pada tahun 1983, ia berkesempatan untuk mencari pengalaman study tour ke [[Frankfurt am Main]] (Jerman),<ref>{{cite news|first = Amarullah|last = Amril|title = Air Mata Kiai NU Saat Ramadan di Frankfurt|url = http://nasional.news.viva.co.id/news/read/170367-air-mata-kiai-nu-ramadan-di-frankfurt|publisher = VIVA.CO.ID.|date = Rabu, 11 Agustus 2010|accessdate = 2016-01-13|archive-date = 2017-06-29|archive-url = https://web.archive.org/web/20170629215739/http://nasional.news.viva.co.id/news/read/170367-air-mata-kiai-nu-ramadan-di-frankfurt|dead-url = no}}</ref> [[Polandia]], [[Belgia]] dan [[Belanda]]. Saat itu, ia mengambil inisiatif untuk study banding dengan biaya sendiri. Karena pada waktu itu, KH Mutawakil tidak mempunyai biaya yang cukup, ia kemudian mencari tambahan dana dengan bekerja apa saja, termasuk menjadi pelayan restoran di beberapa negara yang ia kunjungi.
Dari studi banding itu, ia mendapat pengalaman berharga. ”Saya melihat hubungan antara hubungan kerja antara buruh dan majikan, ternyata akhlak Islam ternyata ada di Barat.
Di tengah keasyikannya menuntut ilmu ternyata ia dijemput pulang oleh sang ayahanda, yakni KH. Saifourridzal pada tahun 1985. Setelah dijemput pulang, ia langsung mengajar di Pesantren Zainul Hasan. Tak berapa lama setelah ia pulang, ibunda dan ayandanya pulang ke haribaan Allah SWT.
Di tengah keasyikannya menuntut ilmu ternyata ia dijemput pulang oleh sang ayahanda, yakni KH. Saifourridzal pada tahun 1985. Setelah dijemput pulang, ia langsung mengajar di Pesantren Zainul Hasan. Tak berapa lama setelah ia pulang, ibunda dan ayandanya pulang ke haribaan Allah SWT.

== Gelar dan kehormatan ==
== Gelar dan kehormatan ==
=== Gelar ===
=== Kehormatan Akademik ===
=== Sri Raja Niti Nata Kusuma ===
=== Sri Raja Niti Nata Kusuma ===
Pada peringatan hari lahir (harlah) Majelis Ta’lim Al-Ahadi ke-64 digelar di halaman Pesantren Zainul Hasan Genggong, Ahad (10/1) siang bertepatan dengan 30 Rabiul Awal 1437 hijriah. 23 raja dan sultan yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara yang tergabung dalam Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI) didepan para jamaah Majelis Ta’lim Al-Ahadi. Para raja dan sultan memberikan sejumlah penghormatan dan penghargaan kepada para pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong. Secara bergantian, penghargaan berupa cendera mata, tali asih dan tali hati itu disematkan kepada KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, KH Moh Hasan Saiful Islam, dan Nyai Hj Diana Susilowaty.
Pada peringatan hari lahir (harlah) Majelis Ta’lim Al-Ahadi ke-64 digelar di halaman Pesantren Zainul Hasan Genggong, Ahad (10/1) siang bertepatan dengan 30 Rabiul Awal 1437 hijriah. 23 raja dan sultan yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara yang tergabung dalam Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI) didepan para jamaah Majelis Ta’lim Al-Ahadi. Para raja dan sultan memberikan sejumlah penghormatan dan penghargaan kepada para pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong. Secara bergantian, penghargaan berupa cendera mata, tali asih dan tali hati itu disematkan kepada KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, KH Moh Hasan Saiful Islam, dan Nyai Hj Diana Susilowaty.


Penyematan penghargaan tersebut dilakukan bersamaan dengan penganugerahan gelar kebangsawanan kepada tiga pengasuh Pesantren Zainul Hasan tersebut. Penobatan dipandu oleh Ketua AKKI Yang Mulia Lulu Gede Parma.
Penyematan penghargaan tersebut dilakukan bersamaan dengan penganugerahan gelar kebangsawanan kepada tiga pengasuh Pesantren Zainul Hasan tersebut. Penobatan dipandu oleh Ketua AKKI Yang Mulia Lulu Gede Parma


===Man of the year Jawa timur 2021===
KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah dianugerahi gelar Sri Raja Niti Nata Kusuma, Penganugerahan gelar kebangsawanan tersebut diharapkan menjadi salah satu momentum yang baik untuk menjalin silaturahim yang abadi antara ulama dan raja-sultan. Lebih-lebih, penganugerahan ini merupakan yang pertama kali dilakukan sejak berpuluh-puluh tahun terakhir.


Seperti diketahui, bertepatan pada Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari lalu, KH. Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua Umum MUI Jawa Timur, mendapatkan anugerah sebagai Man Of The Year Jawa Timur 2021 oleh Times Indonesia. Melalui seluler, Pengasuh dan Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo tersebut mengungkapkan syukurnya.
Ketua AKKI Yang Mulia Lulu Gede Parma menuturkan, gelar kebangsawanan itu diberikan sebagai bentuk ucapan terima kasih para raja sultan kepada Ulama. “Para ulama sejak dahulu telah sering mengarahkan dan membimbing raja dan sultan, bahkan hingga sampai mengislamkan mereka para raja dan sultan,” katanya.


“Saya tentu menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan media atas anugerah tersebut. Kami hanya dari awal menguatkan niat bahwa saya ingin berkhidmat di MUI untuk ummat. Posisi MUI itu ada dua peran sebagai shodiqul hukumah (mitra peremintah) dan khadimul ummah (pelayan ummat). Karena itu sudah sewajarnya kami ingin terus mendampingi umat, termasuk selama pandemi Covid-19,” ujarnya setelah menerima penganugerahan ATI 2022.
“Kami ucapkan selamat atas gelar yang telah dianugerahkan. Semoga bisa membawa kekuatan baru. Kerajaan dan Pesantren makin kuat dan kokoh untuk membentengi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dari kejahatan orang-orang yang ingin memecah belah ummat. Aamiiin,” pungkasnya.

Ketua Umum MUI Jatim tersebut juga menambahkan harapan atas keberadaan MUI Jatim bagi kemaslahatan masyarakat.

“Mengemban Amanah dalam MUI Jatim, bagi kami adalah penguatan tugas menjaga jiwa di masa pandemic. Hal ini bukan sebatas tugas keagamaan tapi juga tugas kebangsaan dan kemasyarakatan, utamanya juga tugas keulamaan. Oleh sebab itu, mohon kami juga didukung dalam menjaga peran kami untuk umat dan pemerintah. Semoga Allah SWT merahmati dan melindungi bangsa dan negara kita. Aamin Ya Rabbal Alamiin,” pungkasnya.

Penghargaan yang diterima oleh Ketum MUI Jatim tersebut, diapresiasi banyak pihak. Diantaranya Dr. Husnul Maram, M.H.I., Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan Ketua DPD Perempuan Tani (Pertani) HKTI Jatim, Dr. Lia Istifhama.

“Beliau (Kiai Mutawakkil) memang sangat layak mendapatkan penganugerahan tersebut. Karena beliau adalah Kyai Besar, Tokoh Agama Islam, Kyai Moderat yang bisa memberikan pengayoman kepada semua umat di Jatim dan Tokoh yang bisa diterima oleh semua Masyarakat khususnya di Jawa Timur dan umumnya di negeri Indonesia tercinta,” jelasnya.

Senada dengannya, ning Lia mengapresiasi anugerah yang diterima Kiai Mutawakkil.

“Penghargaan yang diterima oleh Kiai Mutawakkil merupakan salah satu potret ketokohan yang menjadi penguat hamonisasi, terutama antara pemerintah dengan masyarakat. Melalui kelembagaan MUI, Kiai telah turut serta mensosialisasikan kebijakan pemerintah (Gubernur Khofifah) yang bertujuan membangun kemaslahatan untuk masyarakat,” terangnya.


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
* Umar,Arief. dkk. (1989). ''Pesantren Zainul Hasan Genggong; 150 tahun menebar ilmu di jalan Allah'', Yayasan Pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong. Probolinggo
* Yaqin, Ainul. dkk. (2005). ''Kiai Hasan Saifourridzall'', Probolinggo: Genggong press


[[Kategori:Alumni Universitas Al-Azhar]]
{{kotak mulai}}
[[Kategori:Wirausahawan Indonesia]]
{{s-off}}
[[Kategori:Wirausahawan Jawa]]
{{kotak suksesi petahana|jabatan=Ketua tanfidziah PWNU Jatim|tahun=0000–sekarang|pendahulu=Ali Musa|pengganti=sedang menjabat}}<br />
{{Kotak_mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=''Kholifah/Pimpinan''<br />[[Pesantren Zainul Hasan Genggong|PZH Genggong]]|pendahulu=''K. H. Hasan Saifourridzal''|pengganti=Belum ada|tahun=}}
{{Kotak selesai}}
{{Islam-bio-stub}}
[[Kategori:Cendekiawan Muslim]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]

[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
== Pranala luar ==
[[Kategori:Tokoh dari Probolinggo]]
* (Indonesia) [http://pzhgenggong.or.id/latar-belakang Latar belakang] Situs Resmi Pesantren Zainul Hasan Genggong
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]
* (Indonesia) [http://tanaszaha.blogspot.co.id/Artikel Tanaszaha] Situs Berita Ikatan Alumni dan Santri Zainul Hasan Genggong
[[Kategori:Pesantren Zainul Hasan Genggong|PZH Genggong]]

Revisi terkini sejak 13 Agustus 2024 16.04

Hasan Mutawakkil 'Alallah
KH. Moh. Hasan Mutawakkil 'Alallah, S.H., M.M. sebagai Ketua Umum MUI Jawa Timur, tahun 2020
[[Kholifah Pesantren Zainul Hasan Genggong]] 4
Mulai menjabat
13 Juni 1991
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir22 April 1959 (umur 65)
Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia
Alma mater
Pekerjaan
ProfesiPengasuh dan Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong
Ketua Yayasan Hafshawaty
Ketua(Tanfidziyah) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur
Presiden Komisaris TV9 Nusantara[1]
Situs webpzhgenggong.or.id
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kiai Hasan Mutawakkil selengkapnya Sri Raja Niti Nata Kusuma KH. Moh. Hasan Mutawakkil 'Alallah, S.H., M.M. lahir di Genggong, 22 April 1959 (umur 65) adalah seorang pengusaha, tokoh pendakwah sekaligus kholifah ke empat dari pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, Ketua Umum Majelis Ulama' Indonesia Jawa Timur dan ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama' (PWNU Jawa Timur) ini adalah Pemilik Stasiun Televisi TV9 Nusantara Yang berkedudukan Di Kota Surabaya. Ia lahir dari keluarga Pesantren pasangan KH. Hasan Saifourridzall dan Nyai Hj. Himami Hafshawaty.

Ia Juga dianggap salah satu pemikir sekaligus praktisi di bidang manajemen pendidikan Islam yang telah mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan Pesantren Zainul Hasan Atas Bedirinya dua Universitas sekaligus dalam satu naungan Pesantren Genggong yaitu Universitas Zainul Hasan dan Universitas Hafshawaty Zainul Hasan.

Hasan Mutawakil menyelesaikan pendidikan dasar di Genggong. Kemudian sempat melanjutkan pesantren di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Namun di pesantren yang diasuh KH Imam itu, tidak lama hanya sembilan bulan saja. Atas saran kedua orang tuanya itu, ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah pada Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di Pondok Pesantren Lirboyo dari tahun 1979-1981. Saat di Lirboyo, Kediri, ia terkesan pada KH Marzuki, KH Mahrus Ali dalam prinsip-prinsip perjuangannya. Saat di Lirboyo, ia sudah menyukai pelajaran Nahwu, Sharaf, Balaghah (ilmu alat), Ilmu Fiqh, Tafsir dan Hadits.

Pendidikan Tinggi

[sunting | sunting sumber]

Selepas itu, ia sempat menempuh pendidikan pada Fakultas Syari’ah di Universitas Tribakti, Kediri sampai tingkat III. Lulus dari tingkat III (sarjana muda), KH Mutawakil rupa-rupanya punya keinginan untuk mencari pengalaman, apalagi sejak kecil ia hanya menimba pendidikan pesantren. Sehingga ketika dewasa ia ingin menimba pendidikan kampus. Pilihannya pada waktu itu akhirnya jatuh pada Kota Pelajar yakni Yogyakarta. Sesampai di Jogja, ia kemudian menempuh ujian masuk persamaan di Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta dan diterima. Namun di UII ia tidak bertahan lama, di tengah kuliahnya ia mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar di Kairo (Mesir). Setelah menempuh ujian beasiswa ternyata, ia lulus untuk dapat menempuh pendidikan di Universitas populer di belahan negara Timur Tengah itu. Sebenarnya saat menempuh kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, ia sudah mulai senang menggemari pelajaran. Menurutnya, pelajaran yang ada di Kairo ada beberapa pengembangan aktualisasi,masalah dan pengembangan pandangan yang menurut berbagai persepektif. Selain itu, terdapat nilai lebih dari pengajarnya dan adanya praktik langsung di lapangan baik dengan berbahasa Arab maupun Inggris. Saat menempuh kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir pada tahun 1983, ia berkesempatan untuk mencari pengalaman study tour ke Frankfurt am Main (Jerman),[2] Polandia, Belgia dan Belanda. Saat itu, ia mengambil inisiatif untuk study banding dengan biaya sendiri. Karena pada waktu itu, KH Mutawakil tidak mempunyai biaya yang cukup, ia kemudian mencari tambahan dana dengan bekerja apa saja, termasuk menjadi pelayan restoran di beberapa negara yang ia kunjungi. Dari studi banding itu, ia mendapat pengalaman berharga. ”Saya melihat hubungan antara hubungan kerja antara buruh dan majikan, ternyata akhlak Islam ternyata ada di Barat. Di tengah keasyikannya menuntut ilmu ternyata ia dijemput pulang oleh sang ayahanda, yakni KH. Saifourridzal pada tahun 1985. Setelah dijemput pulang, ia langsung mengajar di Pesantren Zainul Hasan. Tak berapa lama setelah ia pulang, ibunda dan ayandanya pulang ke haribaan Allah SWT.

Gelar dan kehormatan

[sunting | sunting sumber]

Sri Raja Niti Nata Kusuma

[sunting | sunting sumber]

Pada peringatan hari lahir (harlah) Majelis Ta’lim Al-Ahadi ke-64 digelar di halaman Pesantren Zainul Hasan Genggong, Ahad (10/1) siang bertepatan dengan 30 Rabiul Awal 1437 hijriah. 23 raja dan sultan yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara yang tergabung dalam Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI) didepan para jamaah Majelis Ta’lim Al-Ahadi. Para raja dan sultan memberikan sejumlah penghormatan dan penghargaan kepada para pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong. Secara bergantian, penghargaan berupa cendera mata, tali asih dan tali hati itu disematkan kepada KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, KH Moh Hasan Saiful Islam, dan Nyai Hj Diana Susilowaty.

Penyematan penghargaan tersebut dilakukan bersamaan dengan penganugerahan gelar kebangsawanan kepada tiga pengasuh Pesantren Zainul Hasan tersebut. Penobatan dipandu oleh Ketua AKKI Yang Mulia Lulu Gede Parma

Man of the year Jawa timur 2021

[sunting | sunting sumber]

Seperti diketahui, bertepatan pada Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari lalu, KH. Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua Umum MUI Jawa Timur, mendapatkan anugerah sebagai Man Of The Year Jawa Timur 2021 oleh Times Indonesia. Melalui seluler, Pengasuh dan Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo tersebut mengungkapkan syukurnya.

“Saya tentu menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan media atas anugerah tersebut. Kami hanya dari awal menguatkan niat bahwa saya ingin berkhidmat di MUI untuk ummat. Posisi MUI itu ada dua peran sebagai shodiqul hukumah (mitra peremintah) dan khadimul ummah (pelayan ummat). Karena itu sudah sewajarnya kami ingin terus mendampingi umat, termasuk selama pandemi Covid-19,” ujarnya setelah menerima penganugerahan ATI 2022.

Ketua Umum MUI Jatim tersebut juga menambahkan harapan atas keberadaan MUI Jatim bagi kemaslahatan masyarakat.

“Mengemban Amanah dalam MUI Jatim, bagi kami adalah penguatan tugas menjaga jiwa di masa pandemic. Hal ini bukan sebatas tugas keagamaan tapi juga tugas kebangsaan dan kemasyarakatan, utamanya juga tugas keulamaan. Oleh sebab itu, mohon kami juga didukung dalam menjaga peran kami untuk umat dan pemerintah. Semoga Allah SWT merahmati dan melindungi bangsa dan negara kita. Aamin Ya Rabbal Alamiin,” pungkasnya.

Penghargaan yang diterima oleh Ketum MUI Jatim tersebut, diapresiasi banyak pihak. Diantaranya Dr. Husnul Maram, M.H.I., Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan Ketua DPD Perempuan Tani (Pertani) HKTI Jatim, Dr. Lia Istifhama.

“Beliau (Kiai Mutawakkil) memang sangat layak mendapatkan penganugerahan tersebut. Karena beliau adalah Kyai Besar, Tokoh Agama Islam, Kyai Moderat yang bisa memberikan pengayoman kepada semua umat di Jatim dan Tokoh yang bisa diterima oleh semua Masyarakat khususnya di Jawa Timur dan umumnya di negeri Indonesia tercinta,” jelasnya.

Senada dengannya, ning Lia mengapresiasi anugerah yang diterima Kiai Mutawakkil.

“Penghargaan yang diterima oleh Kiai Mutawakkil merupakan salah satu potret ketokohan yang menjadi penguat hamonisasi, terutama antara pemerintah dengan masyarakat. Melalui kelembagaan MUI, Kiai telah turut serta mensosialisasikan kebijakan pemerintah (Gubernur Khofifah) yang bertujuan membangun kemaslahatan untuk masyarakat,” terangnya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Tof, Kompas (Senin, 1 Februari 2010). "TV9 Diresmikan Mendiknas". TANASZAHA Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-09. Diakses tanggal 2016-01-13. 
  2. ^ Amril, Amarullah (Rabu, 11 Agustus 2010). "Air Mata Kiai NU Saat Ramadan di Frankfurt". VIVA.CO.ID. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-29. Diakses tanggal 2016-01-13.