Lompat ke isi

Kerajaan Selebar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
mengembangkan artikel
 
(12 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Kerajaan Selebar''' adalah sebuah [[kesultanan]] yang pernah berkuasa di wilayah [[Bengkulu]] sejak abad ke-12 hingga abad ke-17 Masehi. Wilayah kekuasaan Kerajaan Selebar mencakup wilayah [[Selebar, Bengkulu|Kecamatan Selebar]]. Kerajaan Selebar awalnya berada dalam pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit hingga abad ke-15. Pada pertengahan abad ke-16, Kerajaan Selebar mulai berada dalam pengaruh kekuasaan [[Kesultanan Banten]].
'''Kerajaan Selebar''' adalah Kerajaan yang berada di Wilayah [[Bengkulu]] Kerajaan Selebar berasal dari [[Kerajaan Jenggalu]] yang didirikan oleh seorang pemberani dan bijaksana yang namanya tidak disebut. Ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Kerajaan Selebar dibina oleh Rangga Janu, salah satu Kerabat [[Majapahit|Mojopahit]]. Menurut sejarah dengan runtuhnya Kerajaan Mojopahit karena penaklukan [[Kerajaan Demak]] antara [[1518-1521]] oleh [[Adipati Unus]], beberapa bangsawan Mojopahit yang juga pedagang menuju Bengkulu.<ref>[http://bengkuluekspress.com/sejarah-bengkulu-1500-1990-karya-prof-dr-haji-abdullah-siddik-bagian-1-2] 13 desember 2017</ref>


Kerajaan Selebar mengadakan hubungan [[politik]] dan [[perdagangan]] dengan Kesultanan Banten. Selain itu, Kerajaan Selebar mengadakan hubungan perdagangan dengan [[Inggris]] dan [[Belanda]]. Hubungan politik antara Kerajaan Selebar dan Kesultanan Banten mengakibatkan terjadinya penyebaran [[Islam di Bengkulu]] dan penggunaan [[Abjad Jawi|tulisan Arab Melayu]] di Bengkulu.
== Sejarah ==
Menurut suatu riwayat Kerajaan Selebar berasal dari [[Kerajaan Jenggalu]] yang didirikan oleh seorang pemberani dan bijaksana yang namanya tidak disebut. Ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Kerajaan Selebar dibina oleh Rangga Janu, salah satu Kerabat Mojopahit. Menurut sejarah dengan runtuhnya [[Majapahit|Kerajaan Mojopahit]] karena penaklukan Kerajaan Demak antara 1518-1521 oleh Adipati Unus, beberapa bangsawan Mojopahit yang juga pedagang menuju Bengkulu.<ref>[http://bengkuluekspress.com/sejarah-bengkulu-1500-1990-karya-prof-dr-haji-abdullah-siddik-bagian-1-2]</ref>


Kerajaan Selebar mengalami keruntuhan setelah [[Pemerintah Hindia Belanda]] yang berkuasa di Kerajaan Selebar menghilangkan seluruh kekuasaan Raja Selebar pada tahun 1862.
Pada abad inilah diperkirakan kedatangan Rangga Janu dan adiknya Rangga Beru ke daerah Bia Paku di wilayah Kerajaan Jenggalu, dan bermukim. Kemudian menyusul adiknya Rio (Ario) bina yang pandai memikat hati raja, sehingga ia dijadikan kepala daerah Bia Paku dan diberi gelar Rio Kajang Sebidang. Setelah Raja Jenggalo meninggal, rakyat memilih Rangga Janu sebagai penggantinya karena tindak tanduknya yang bijaksana. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1565. Beliau lah yang memindahkan kedudukan pemerintahannya ke Bandar Selebar yang letaknya lebih strategis dan menguntungkan niaga di teluk Selebar yang aman dari gelombang ganas Samudera Hindia. Dengan ini mulailah dikenal Kerajaan Selebar dengan rajanya Rangga Janu, bergelar Depati Payung Negara. Pada tahun [[1668]] M ([[1079]] H) Depati Bangsa Radin, putra Depati Payung Negara, dari Selebar berkunjung ke Banten menghadap Sultan Agung Tirtayasa (Sultan Abdullah Abdulfatah, 1651-1682). Ia mendapat surat dari Sultan Banten yang tertulis di atas loyang pengakuan sebagai Raja Kerajaan Selebar dengan gelar Pangeran Natadirja. Seterusnya menurut riwayat, Pangeran Natadirja inilah yang kawin dengan Putri Kemayan, anak perempuan dari Sultan Agung Tirtayasa, disertai 12 tentara Banten yang turut serta kembali ke Selebar.<ref> [http://kupasbengkulu.com/ratu-agung-raja-diatas-angin/] 13 Desember 2017 </ref>


== Wilayah Kekuasaan ==
== Pendirian ==
Kerajaan Selebar merupakan salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di [[Sumatra|Pulau Sumatra]].<ref>{{Cite book|last=Madjid, M. D., dkk.|date=2022|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/70660/1/Ensiklopedia%20kesultanan.pdf|title=Ensiklopedia Kesultanan di Nusantara|location=Jakarta Pusat|publisher=Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia|editor-last=Darmadi, D., dkk.|pages=6|url-status=live}}</ref> Penyebutan Kerajaan Selebar ditemukan di dalam ''Tambo Bengkulu''.<ref name=":1">{{Cite book|date=4 Desember 1998|url=https://www.google.co.id/books/edition/Permainan_Tradisional_Indonesia/TVdDCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kerajaan+Selebar&pg=PA119&printsec=frontcover|title=Permainan Tradisional Indonesia|publisher=Direktorat Permuseuman|editor-last=Siregar, T. R., dan Hamzuri|pages=119|url-status=live}}</ref> Pendirian Kerajaan Selebar diperkirakan pada abad ke-12 Masehi.<ref name=":0">{{Cite book|last=Soeprapto|date=1989|url=https://www.google.co.id/books/edition/10_tahun_menjebol_isolasi_Bengkulu/UFziAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kerajaan+Selebar+Bengkulu&pg=PA32&printsec=frontcover|title=10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu|publisher=Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu|pages=32|url-status=live}}</ref> Kerajaan Selebar didirikan sebagai pewaris sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Jenggalu.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=33}} Pada pertengahan abad ke-16 Masehi, wilayah Kerajaan Selebar di sekitar sungai Jenggalu mulai masuk dalam pengaruh kekuasaan Kesultanan Banten.<ref name=":0" /> Kerajaan Selebar termasuk salah satu kerajaan kecil di wilayah [[Bengkulu]]. Keberadaan Kerajaan Selebar masih ada hingga kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Bengkulu.{{Sfn|Seno|2012|p=16}}
Selebar meliputi dusun-dusun yang terbentang mulai dari [[Sungai Lempuing]] sampai ke [[Sungai Ngalam]], dan rakyatnya terdiri dari [[Suku Lembak]] dan [[Serawai]] yang berkebun lada.<ref> [http://www.kerajaannusantara.com/id/news/361-Penelusuran-Jejak-Sejarah-Kerajaan-di-Bengkulu] 13 Desember 2017 </ref>


== Tuanku Bangsa Radin ==
== Wilayah kekuasaan ==
Kerajaan Selebar adalah salah satu kerajaan berbentuk negara suku.{{Sfn|Seno|2012|p=15}} Ketika didirikan, wilayah kekuasaan Kerajaan Selebar mencakup bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Jenggalu yang berpusat di sekitar Jenggalu. Lokasi wilayahnya berada di sebelah selatan Kerajaan Sungai Serut.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=33}} Wilayah kekuasaan Kerajaan Selebar meliputi wilayah [[Selebar, Bengkulu|Kecamatan Selebar]].<ref name=":1" />
[[Pangeran Nata Dirja]] atau [[Tuanku Bangsa Radin]] adalah raja dari kerajaan Selebar yang letaknya tidak jauh dari sungai Jenggalu. Pangeran Nata Dirja adalah raja yang bijaksana, selalu memikirkan kepentingan rakyatnya dan sangat menghormati tamu. Asalkan tamu itu memperlihatkan niat baik dan menjaga tata krama dan adat kesopanan, tamu yang memiliki pemahaman “Di mana Bumi dipijak di situ Langit dijunjung”.<ref> [http://www.kerajaannusantara.com/id/news/361-Penelusuran-Jejak-Sejarah-Kerajaan-di-Bengkulu] 13 Desember 2017 </ref>


== Hubungan luar negeri ==
Saat kerajaan Belanda mengirim kapal dagangnya melalui [[Sungai Jenggalu]], Pangeran Nata Dirja menyambutnya dengan baik karena utusan dagang itu hendak mengikat kerjasama yang saling menguntungkan.<ref> [http://kupasbengkulu.com/ratu-agung-raja-diatas-angin/] 13 Desember 2017 </ref>
Pangeran Nata Dirja menyambut dengan baik dan penuh keramahan. Utusan dagang kerajaan Belanda membeli hasil bumi rakyat Selebar, seperti [[Lada]] dan hasil bumi lainnya dengan harga yang cukup baik. Bandar Selebar di muara Sungai Jenggalu makin ramai dengan perdagangan hasil bumi dan membuat rakyat Selebar makin makmur di bawah pimpinan Pangeran Nata Dirja.


=== Politik luar negeri ===
Tak jauh dari kerajaan selebar ada dua kerajaan tetangga yaitu [[Kerajaan Sungai Hitam]] dan [[Kerajaan Sungai Lemau]], kedua kerajaan itu mengadakan hubungan dagang dengan Kerajaan Inggris. Tampaknya Inggrispun ingin memperluas pengaruhnya dan mengirimkan utusannya ke kerajaan Selebar.
Kerajaan Selebar merupakan salah satu dari 15 kerajaan kecil di Bengkulu yang berada dalam pengaruh kekuasaan [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]] hingga akhir abad ke-15.<ref name=":0" /> Pada tahun 1668, Depati Bangso Radin sebagai penguasa di Kerajaan Selebar meminta perlindungan kepada Sultan Banten. Kondisi perlindungan ini ditandai dengan pengiriman jenang yang merupakan utusan Sultan Banten ke Kerajaan Selebar untuk mengumpulkan lada.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=33}} Jenang diutus setiap tahun oleh Sultan Banten. Selain mengumpulkan lada, jenang bertugas menetapkan kepala dusun di Kerajaan Selebar yang disebut proatin. Setiap perselisihan yang terjadi oleh para kepala dusun juga diselesaikan oleh jenang.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=83}}


=== Perdagangan ===
Pangeran Natadirja adalah raja yang bijaksana, selalu memikirkan kepentingan rakyatnya dan sangat menghormati tamu. Asalkan tamu itu memperlihatkan niat baik dan menjaga tata krama dan adat kesopanan, tamu yang memiliki pemahaman “Di mana Bumi dipijak di situ Langit dijunjung”.
Sebelum kedatangan bangsa-bangsa dari Eropa, Kerajaan Selebar telah mengadakan hubungan luar negeri melalui [[perdagangan]]. Kerajaan Selebar telah mengadakan perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan lainnya dengan Kesultanan Banten.<ref>{{Cite book|date=1993|url=https://www.google.co.id/books/edition/Pengobatan_Tradisional_Pada_Masyarakat_P/oz2oCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kerajaan+Selebar&pg=PA6&printsec=frontcover|title=Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|pages=6|url-status=live}}</ref> Wilayah Banten menerima pasokan rempah-rempah berupa pala dan cengkih dari Kerajaan Selebar.<ref>{{Cite book|last=Ratno, dkk.|date=2013|url=https://www.google.co.id/books/edition/Peta_Budaya_Indonesia/qUbJDAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kerajaan+Selebar&pg=PA58&printsec=frontcover|title=Peta Budaya Indonesia|publisher=PT Balai Pustaka|pages=58|url-status=live}}</ref>


Pada tahun 1624, Kesultanan Banten menjalin hubungan persahabatan dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]]. Karena itu, pedagang Belanda dapat melakukan perdagangan lada di Kerajaan Selebar.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=83}} Pada tahun yang sama, pedagang Belanda dari [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] tiba di Kerajaan Selebar. Tujuan kedatangan mereka untuk meninjau perdagangan lada dan hasil bumi lainnya di Kerajaan Selebar.<ref>{{Cite book|last=Dalip|first=Achmaddin|date=1984|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sejarah_perlawanan_terhadap_imperialisme/y8oLAAAAIAAJ?hl=id&gbpv=1&bsq=Kerajaan+Selebar&dq=Kerajaan+Selebar&printsec=frontcover|title=Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu|publisher=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|pages=41|url-status=live}}</ref> Pada tanggal 5 Juli 1660, Kerajaan Selebar mengadakan perjanjian perdagangan lada dengan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]].{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=83}}
Saat Kerajaan [[Belanda]] mengirim kapal dagangnya melalui Sungai Jenggalu, Pangeran Natadirja menyambutnya dengan baik karena utusan dagang itu hendak mengikat kerjasama yang saling menguntungkan.<ref> [http://kupasbengkulu.com/ratu-agung-raja-diatas-angin/] 13 Desember 2017 </ref>


Pada tanggal 12 Juli 1685, Kerajaan Selebar membuat perjanjian dengan [[Inggris]] yang mengizinkan [[Perusahaan Hindia Timur Britania Raya]] mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan di wilayah Kerajaan Selebar. Inggris akhirnya membangun Benteng York pada tahun 1685 di muara sungai Serut.<ref>{{Cite book|last=Suryana|first=Dayat|date=16 Oktober 2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Provinsi_Provinsi_Di_Indonesia/LMlyDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kerajaan+Selebar&pg=PA111&printsec=frontcover|title=Provinsi di Indonesia|publisher=CreateSpace Independent Publishing Platform|pages=112|url-status=live}}</ref> Setelah Kerajaan Selebar mengadakan perjanjian dagang dengan [[Perusahaan Hindia Timur Britania Raya]], tiba seorang jenang bernama Kiai Arya Sutra pada tahun 1685. Ia datang dengan kapal milik Belanda sebagai utusan Sultan Banten. Kiai Arya Sutra meminta agar seluruh kerajaan di wilayah Bengkulu untuk memutuskan hubungan dagang dengan Inggris. Namun Raja Selebar menolak permintaan ini karena telah mengadakan perjanjian dengan [[Perusahaan Hindia Timur Britania Raya]]. Kondisi ini membuat utusan dari Kesultanan Banten tidak lagi mendatangi Kerajaan Selebar.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=33-34}}
[[Pangeran Natadirja]] menyambut dengan baik dan penuh keramahan. Utusan dagang Kerajaan Belanda membeli hasil bumi rakyat Selebar, seperti Lada dan hasil bumi lainnya dengan harga yang cukup baik. Bandar Selebar di muara Sungai Jenggalu makin ramai dengan perdagangan hasil bumi dan membuat rakyat Selebar makin makmur di bawah pimpinan Pangeran Natadirja.


== Masa Keruntuhannya ==
== Pengaruh ==
Tak jauh dari Kerajaan Selebar ada dua kerajaan tetangga yaitu [[Kerajaan Sungai Hitam]] dan [[Kerajaan Sungai Lemau]], kedua kerajaan itu mengadakan hubungan dagang dengan Kerajaan Inggris. Tampaknya Inggris pun ingin memperluas pengaruhnya dan mengirimkan utusannya ke Kerajaan Selebar.


=== Penyebaran Islam ke Bengkulu ===
Awalnya [[Pangeran Natadirja]] menyambut dengan baik, namun utusan dagang kerajaan Inggris berlaku sombong dan tak menghormati adat serta berlaku sewenang-wenang dengan memaksakan aturan-aturan yang merugikan rakyat Kerajaan Selebar. Selain aturan tanam paksa, pihak [[Inggris]] pun memaksa Raja Selebar memutuskan hubungan dagang dengan Kerajaan Belanda yang sudah terjalin baik.
Kerajaan Selebar menjadi salah satu jalur penyebaran Islam ke Bengkulu. Islam mulai menyebar di Bengkulu dari Banten setelah Kerajaan Selebar mulai menjalin hubungan persahabatan dengan Kesultanan Banten pada masa Sultan Hasanuddin. Penyebaran Islam berlangsung secara damai.{{Sfn|Rohimin, dkk.|2017|p=15-16}} [[Da'i]]-da'i didatangkan dai Kesultanan Banten sebagai bentuk hubungan [[kerja sama]] antara Kerajaan Selebar dan Kesultanan Banten.<ref>{{Cite book|last=Japarudin|date=Agustus 2021|url=http://repository.iainbengkulu.ac.id/6416/1/Islam%20dan%20Budaya%20Lokal%20%28Sumber%20Elektronik%29.pdf#|title=Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Tabut|location=Bantul|publisher=Penerbit Samudra Biru|isbn=978-623-261-248-8|editor-last=Fitria|editor-first=Rini|pages=51|url-status=live}}</ref>


[[Abjad Jawi|Tulisan Arab Melayu]] mulai berkembang dan digunakan oleh masyarakat di Kerajaan Selebar ketika para pedagang Muslim mulai berdatangan ke wilayahnya. Perkembangannya terutama ketika Kesultanan Aceh dan Kesultanan Banten mengalami [[masa keemasan]].<ref>{{Cite book|date=1977|url=https://www.google.co.id/books/edition/Adat_Istiadat_daerah_Bengkulu/8ci1CgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Kerajaan+Selebar&pg=PA31&printsec=frontcover|title=Adat Istiadat Daerah Bengkulu|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|pages=31|url-status=live}}</ref>
Raja Selebar menolak kerjasama dengan Inggris dan tetap menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Belanda. Penolakan itu membuat Inggris marah dan merencanakan sesuatu yang jahat pada Pangeran Natadirja.<ref>[http://www.bengkulukota.go.id/selayang-pandang_sejarah_pg-215.html] 13 desember 2017</ref>


== Keruntuhan ==
Hingga pada suatu saat, datang lagi utusan Kerajaan Inggris ke Kerajaan Selebar, mereka datang dengan membawa banyak hadiah untuk Raja Selebar. Mereka datang juga dengan penuh kesopanan dan bermaksud mengundang Raja Selebar untuk menghadiri sebuah acara di Benteng York. Benteng York adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Inggris di sebuah bukit kecil tak jauh dari pantai Bengkulu.
Pada tahun 1862, [[Pemerintah Hindia Belanda]] mengakhiri kekuasaan Pangeran Nata Diraja atas Kerajaan Selebar.{{Sfn|Seno|2012|p=27}} Puing-puing bekas istana Kerajaan Selebar dapat ditemukan di sejauh 2 km dari [[Pelabuhan Pulau Baai]].<ref>{{Cite book|date=1990|url=https://www.google.co.id/books/edition/Ensiklopedi_Indonesia_seri_geografi/Uw0mAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&bsq=Kerajaan+Selebar&dq=Kerajaan+Selebar&printsec=frontcover|title=Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Volume 6|publisher=Ichtiar Baru van Hoeve|pages=81|url-status=live}}</ref>


== Referensi ==
Karena utusan Kerajaan Inggris datang dengan sopan, maka Raja Selebar berkenan memenuhi undangan Kerajaan Inggris. Maka dengan diiringi beberapa orang pengawal dan hulubalang datanglah Raja Selebar ke [[Benteng York]].<ref>[http://www.bengkulukota.go.id/selayang-pandang_sejarah_pg-215.html] 13 desember 2017</ref>


=== Catatan kaki ===
Disambutlah rombongan raja Selebar oleh Wakil Gubernur Inggris yang berkuasa di [[Bengkulu]]. Raja Selebar dan rombongannya dijamu makanan mewah oleh penguasa Inggris. Namun dibalik semua jamuan dan sambutan ramah itu, penguasa Inggris menyimpan niat jahat, mereka sangat sakit hati karena Raja Selebar menolak kerja sama dengan penguasa Inggris. Lalu tanpa sepengetahuan Raja Selebar dan rombongan, seluruh pintu ditutup, kemudian masukkanlah sepasukan [[tentara Inggris]], menangkap raja Selebar.
{{Reflist}}


=== Daftar pustaka ===
Akhirnya, Raja Selebar yang bijaksana dan dicintai rakyat itu tewas ditangan [[penjajah Inggris]].


* {{Cite book|last=Rohimin, dkk.|date=2017|url=http://repository.iainbengkulu.ac.id/5112/1/MASUK%20DAN%20BERKEMBANGNYA%20ISLAM%20DI%20BENGKULU.pdf#|title=Masuk dan Berkembangnya Islam di Provinsi Bengkulu|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar dan IAIN Bengkulu Press|isbn=978-602-229-801-4|editor-last=Sirajuddin|ref={{sfnref|Rohimin, dkk.|2017}}|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Seno|date=2012|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/10884/1/bunga%20rampai%20sejarah%20bengkulu.pdf|title=Bunga Rampai Sejarah Bengkulu: Bengkulu dari Masa Kolonial hingga Era Otonomi Daerah|location=Padang|publisher=BPSNT Padang Press|isbn=978-602-8742-53-5|editor-last=Nur|editor-first=Muhammad|pages=1-158|chapter=Perjuangan Rakyat dalam Mernpertahankan Kemerdekaan Indonesia di Provinsi Bengkulu (1945-1950)|ref={{sfnref|Seno|2012}}|url-status=live}}
{{Kerajaan di Sumatra}}



== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Kerajaan di Sumatra}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Bengkulu]]
[[Kategori:Bengkulu]]

Revisi terkini sejak 10 Juli 2024 13.31

Kerajaan Selebar adalah sebuah kesultanan yang pernah berkuasa di wilayah Bengkulu sejak abad ke-12 hingga abad ke-17 Masehi. Wilayah kekuasaan Kerajaan Selebar mencakup wilayah Kecamatan Selebar. Kerajaan Selebar awalnya berada dalam pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit hingga abad ke-15. Pada pertengahan abad ke-16, Kerajaan Selebar mulai berada dalam pengaruh kekuasaan Kesultanan Banten.

Kerajaan Selebar mengadakan hubungan politik dan perdagangan dengan Kesultanan Banten. Selain itu, Kerajaan Selebar mengadakan hubungan perdagangan dengan Inggris dan Belanda. Hubungan politik antara Kerajaan Selebar dan Kesultanan Banten mengakibatkan terjadinya penyebaran Islam di Bengkulu dan penggunaan tulisan Arab Melayu di Bengkulu.

Kerajaan Selebar mengalami keruntuhan setelah Pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa di Kerajaan Selebar menghilangkan seluruh kekuasaan Raja Selebar pada tahun 1862.

Pendirian

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Selebar merupakan salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di Pulau Sumatra.[1] Penyebutan Kerajaan Selebar ditemukan di dalam Tambo Bengkulu.[2] Pendirian Kerajaan Selebar diperkirakan pada abad ke-12 Masehi.[3] Kerajaan Selebar didirikan sebagai pewaris sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Jenggalu.[4] Pada pertengahan abad ke-16 Masehi, wilayah Kerajaan Selebar di sekitar sungai Jenggalu mulai masuk dalam pengaruh kekuasaan Kesultanan Banten.[3] Kerajaan Selebar termasuk salah satu kerajaan kecil di wilayah Bengkulu. Keberadaan Kerajaan Selebar masih ada hingga kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Bengkulu.[5]

Wilayah kekuasaan

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Selebar adalah salah satu kerajaan berbentuk negara suku.[6] Ketika didirikan, wilayah kekuasaan Kerajaan Selebar mencakup bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Jenggalu yang berpusat di sekitar Jenggalu. Lokasi wilayahnya berada di sebelah selatan Kerajaan Sungai Serut.[4] Wilayah kekuasaan Kerajaan Selebar meliputi wilayah Kecamatan Selebar.[2]

Hubungan luar negeri

[sunting | sunting sumber]

Politik luar negeri

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Selebar merupakan salah satu dari 15 kerajaan kecil di Bengkulu yang berada dalam pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit hingga akhir abad ke-15.[3] Pada tahun 1668, Depati Bangso Radin sebagai penguasa di Kerajaan Selebar meminta perlindungan kepada Sultan Banten. Kondisi perlindungan ini ditandai dengan pengiriman jenang yang merupakan utusan Sultan Banten ke Kerajaan Selebar untuk mengumpulkan lada.[4] Jenang diutus setiap tahun oleh Sultan Banten. Selain mengumpulkan lada, jenang bertugas menetapkan kepala dusun di Kerajaan Selebar yang disebut proatin. Setiap perselisihan yang terjadi oleh para kepala dusun juga diselesaikan oleh jenang.[7]

Perdagangan

[sunting | sunting sumber]

Sebelum kedatangan bangsa-bangsa dari Eropa, Kerajaan Selebar telah mengadakan hubungan luar negeri melalui perdagangan. Kerajaan Selebar telah mengadakan perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan lainnya dengan Kesultanan Banten.[8] Wilayah Banten menerima pasokan rempah-rempah berupa pala dan cengkih dari Kerajaan Selebar.[9]

Pada tahun 1624, Kesultanan Banten menjalin hubungan persahabatan dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda. Karena itu, pedagang Belanda dapat melakukan perdagangan lada di Kerajaan Selebar.[7] Pada tahun yang sama, pedagang Belanda dari Perusahaan Hindia Timur Belanda tiba di Kerajaan Selebar. Tujuan kedatangan mereka untuk meninjau perdagangan lada dan hasil bumi lainnya di Kerajaan Selebar.[10] Pada tanggal 5 Juli 1660, Kerajaan Selebar mengadakan perjanjian perdagangan lada dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda.[7]

Pada tanggal 12 Juli 1685, Kerajaan Selebar membuat perjanjian dengan Inggris yang mengizinkan Perusahaan Hindia Timur Britania Raya mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan di wilayah Kerajaan Selebar. Inggris akhirnya membangun Benteng York pada tahun 1685 di muara sungai Serut.[11] Setelah Kerajaan Selebar mengadakan perjanjian dagang dengan Perusahaan Hindia Timur Britania Raya, tiba seorang jenang bernama Kiai Arya Sutra pada tahun 1685. Ia datang dengan kapal milik Belanda sebagai utusan Sultan Banten. Kiai Arya Sutra meminta agar seluruh kerajaan di wilayah Bengkulu untuk memutuskan hubungan dagang dengan Inggris. Namun Raja Selebar menolak permintaan ini karena telah mengadakan perjanjian dengan Perusahaan Hindia Timur Britania Raya. Kondisi ini membuat utusan dari Kesultanan Banten tidak lagi mendatangi Kerajaan Selebar.[12]

Penyebaran Islam ke Bengkulu

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Selebar menjadi salah satu jalur penyebaran Islam ke Bengkulu. Islam mulai menyebar di Bengkulu dari Banten setelah Kerajaan Selebar mulai menjalin hubungan persahabatan dengan Kesultanan Banten pada masa Sultan Hasanuddin. Penyebaran Islam berlangsung secara damai.[13] Da'i-da'i didatangkan dai Kesultanan Banten sebagai bentuk hubungan kerja sama antara Kerajaan Selebar dan Kesultanan Banten.[14]

Tulisan Arab Melayu mulai berkembang dan digunakan oleh masyarakat di Kerajaan Selebar ketika para pedagang Muslim mulai berdatangan ke wilayahnya. Perkembangannya terutama ketika Kesultanan Aceh dan Kesultanan Banten mengalami masa keemasan.[15]

Keruntuhan

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1862, Pemerintah Hindia Belanda mengakhiri kekuasaan Pangeran Nata Diraja atas Kerajaan Selebar.[16] Puing-puing bekas istana Kerajaan Selebar dapat ditemukan di sejauh 2 km dari Pelabuhan Pulau Baai.[17]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Madjid, M. D., dkk. (2022). Darmadi, D., dkk., ed. Ensiklopedia Kesultanan di Nusantara (PDF). Jakarta Pusat: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia. hlm. 6. 
  2. ^ a b Siregar, T. R., dan Hamzuri, ed. (4 Desember 1998). Permainan Tradisional Indonesia. Direktorat Permuseuman. hlm. 119. 
  3. ^ a b c Soeprapto (1989). 10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu. Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu. hlm. 32. 
  4. ^ a b c Rohimin, dkk. 2017, hlm. 33.
  5. ^ Seno 2012, hlm. 16.
  6. ^ Seno 2012, hlm. 15.
  7. ^ a b c Rohimin, dkk. 2017, hlm. 83.
  8. ^ Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. hlm. 6. 
  9. ^ Ratno, dkk. (2013). Peta Budaya Indonesia. PT Balai Pustaka. hlm. 58. 
  10. ^ Dalip, Achmaddin (1984). Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 41. 
  11. ^ Suryana, Dayat (16 Oktober 2012). Provinsi di Indonesia. CreateSpace Independent Publishing Platform. hlm. 112. 
  12. ^ Rohimin, dkk. 2017, hlm. 33-34.
  13. ^ Rohimin, dkk. 2017, hlm. 15-16.
  14. ^ Japarudin (Agustus 2021). Fitria, Rini, ed. Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Tabut (PDF). Bantul: Penerbit Samudra Biru. hlm. 51. ISBN 978-623-261-248-8. 
  15. ^ Adat Istiadat Daerah Bengkulu. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1977. hlm. 31. 
  16. ^ Seno 2012, hlm. 27.
  17. ^ Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Volume 6. Ichtiar Baru van Hoeve. 1990. hlm. 81. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]