Lompat ke isi

Balaputradewa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Wadaihangit (bicara | kontrib)
k Menambahkan foto ke infobox #WPWP
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{infobox royalty
{{Maharaja Sriwijaya}}
| title = Srī Mahārāja Balaputradewa <br> ( Menurut [[Prasasti Nalanda]] )
'''Sri Maharaja Balaputradewa''' adalah anggota [[Wangsa Sailendra]] yang menjadi raja [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]].
| image = Balaputradewa.jpg
| succession = Maharaja [[Sriwijaya]] ke-11
| reign = 860 - 900
| predecessor = [[Tara Dharmasetu|Sri Kahulunan]]
| successor = [[Sri Udayaditya Warmadewa]]
| birth_name = Balaputradewa
| spouse =
| issue =
| house = [[Sailendra]]
| father = [[Samaragrawira]]
| mother = [[Tara Dharmasetu|Tara]]
| religion = [[Buddha]]
| succession2 =
| reign2 =
| predecessor2 =
| successor2 =
}}
'''Sri Maharaja Balaputradewa''' merupakan Maharaja [[Sriwijaya]] ke-11 yang berasal dari [[Wangsa Sailendra]].

Namanya dikenal dalam [[Prasasti Nalanda]] dan juga [[Naskah Wangsakerta]].


== Asal-Usul ==
== Asal-Usul ==
Baris 7: Baris 27:
Ayah Balaputradewa bernama [[Samaragrawira]], sedangkan ibunya bernama [[Dewi Tara]] putri [[Dharmasetu|Sri Dharmasetu]] dari [[Dinasti Chandra|Wangsa Soma]]. Prasasti Nalanda sendiri menunjukkan adanya persahabatan antara Balaputradewa dengan Dewapaladewa raja dari [[India]], yaitu dengan ditandai pembangunan [[wihara]] yang diprakarsai oleh Balaputradewa di wilayah [[Benggala]].
Ayah Balaputradewa bernama [[Samaragrawira]], sedangkan ibunya bernama [[Dewi Tara]] putri [[Dharmasetu|Sri Dharmasetu]] dari [[Dinasti Chandra|Wangsa Soma]]. Prasasti Nalanda sendiri menunjukkan adanya persahabatan antara Balaputradewa dengan Dewapaladewa raja dari [[India]], yaitu dengan ditandai pembangunan [[wihara]] yang diprakarsai oleh Balaputradewa di wilayah [[Benggala]].


== Menyingkir dari Jawa ==
== Perpindahan Ibukota Sriwijaya ==
=== Menurut Casparis ===
Teori yang sangat populer, yang dikembangkan oleh De Casparis, menyebutkan bahwa [[Samaragrawira]] identik dengan [[Samaratungga]] raja [[Jawa]]. Sepeninggal [[Samaratungga]] terjadi perebutan takhta di antara kedua anaknya, yaitu Balaputradewa melawan [[Pramodawardhani]]. Pada tahun [[856]] Balaputradewa dikalahkan oleh [[Rakai Pikatan]] suami [[Pramodawardhani]] sehingga menyingkir ke [[pulau Sumatra]].
Teori yang sangat populer, yang dikembangkan oleh De Casparis, menyebutkan bahwa [[Samaragrawira]] identik dengan [[Samaratungga]] raja [[Jawa]]. Sepeninggal [[Samaratungga]] terjadi perebutan takhta di antara kedua anaknya, yaitu Balaputradewa melawan [[Pramodawardhani]]. Pada tahun [[856]] Balaputradewa dikalahkan oleh [[Rakai Pikatan]] suami [[Pramodawardhani]] sehingga menyingkir ke [[pulau Sumatra]].


(Pendapat Casparis terbantahkan oleh penemuan prasasti Wukiran dan kajian ulang prasasti Wantil oleh Boechari)

=== Menurut Slamet Muljana ===
Teori ini dibantah oleh [[Slamet Muljana]] karena menurut prasasti malang, [[Samaratungga]] hanya memiliki seorang anak perempuan bernama [[Pramodawardhani]]. Menurutnya, Balaputradewa lebih tepat disebut sebagai adik [[Samaratungga]]. Dengan kata lain, [[Samaratungga]] adalah putra sulung [[Samaragrawira]], sedangkan Balaputradewa adalah putra bungsunya.
Teori ini dibantah oleh [[Slamet Muljana]] karena menurut prasasti malang, [[Samaratungga]] hanya memiliki seorang anak perempuan bernama [[Pramodawardhani]]. Menurutnya, Balaputradewa lebih tepat disebut sebagai adik [[Samaratungga]]. Dengan kata lain, [[Samaratungga]] adalah putra sulung [[Samaragrawira]], sedangkan Balaputradewa adalah putra bungsunya.


Pengusiran Balaputradewa umumnya didasarkan pada prasasti Wantil bahwa telah terjadi perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias [[Rakai Pikatan]]) melawan seorang musuh yang membangun benteng pertahanan berupa timbunan batu. Dalam prasasti itu ditemukan istilah ''Walaputra'' yang dianggap identik dengan Balaputradewa.
Pengusiran Balaputradewa umumnya didasarkan pada prasasti Wantil bahwa telah terjadi perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias [[Rakai Pikatan]]) melawan seorang musuh yang membangun benteng pertahanan berupa timbunan batu. Dalam prasasti itu ditemukan istilah ''Walaputra'' yang dianggap identik dengan Balaputradewa.


(Pendapat Slamet Muljana terbantahkan oleh Naskah Wangsakerta karya Pangeran Wangsakerta)
Teori populer ini dibantah oleh Pusponegoro dan Notosutanto bahwa, istilah ''Walaputra'' bukan identik dengan Balaputradewa. Justru istilah ''Walaputra'' bermakna “putra bungsu”, yaitu [[Rakai Kayuwangi]] yang dipuji berhasil mengalahkan musuh kerajaan. Adapun [[Rakai Kayuwangi]] adalah putra bungsu [[Rakai Pikatan]] yang berhasil mengalahkan musuh ayahnya.


=== Menurut Boechari ===
Benteng timbunan batu yang diduga sebagai markas pemberontakan Balaputradewa identik dengan bukit Ratu Baka. Namun prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah itu ternyata tidak ada yang menyebut nama Balaputradewa, melainkan menyebut '''Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni'''. Jadi, musuh [[Rakai Pikatan]] yang berhasil dikalahkan oleh [[Rakai Kayuwangi]] sang ''Walaputra'' ternyata bernama Mpu Kumbhayoni, bukan Balaputradewa.
Benteng timbunan batu yang menjadi markas Balaputradewa identik dengan Situs Ratu Boko. Drs. Boechari menemukan beberapa prasasti di sekitar situs tersebut, namun bukan atas nama Balaputradewa, melainkan atas nama Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]] yang mengaku sebagai keturunan pendiri kerajaan (yaitu [[Sanjaya]]).


Boechari berpendapat bahwa, musuh Rakai Pikatan bukan Balaputradewa, melainkan Rakai Walaing. Istilah ''Walaputra'' dalam prasasti Wantil menurutnya bukan bermakna Balaputradewa, melainkan bermakna “anak bungsu”, yaitu julukan untuk [[Rakai Kayuwangi]] selaku pahlawan penumpas Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]].
Menurut prasasti-prasasti itu, tokoh [[Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni]] mengaku sebagai keturunan pendiri [[Kerajaan Medang]] (yaitu [[Sanjaya]]). Jadi sangat mungkin apabila ia memberontak terhadap [[Rakai Pikatan]] sebagai sesama keturunan [[Sanjaya]].


Bukti lain menunjukkan adanya kerusakan pada sebagian prasasti yang mencatat urutan silsilah Rakai Walaing. Kerusakan ini seolah sengaja dilakukan oleh Rakai Pikatan sebagai sesama keturunan Sanjaya yang bersaing memperebutkan takhta Medang.
Kiranya teori populer bahwa Balaputradewa menyingkir ke [[pulau Sumatra]] karena didesak oleh [[Rakai Pikatan]] adalah keliru. Mungkin ia meninggalkan [[pulau Jawa]] bukan karena kalah perang, melainkan karena sejak awal ia memang tidak memiliki hak atas takhta [[Jawa]], mengingat ia hanyalah adik [[Maharaja]] [[Samaratungga]], bukan putranya.

Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu [[Balaputradewa]] mungkin keliru. Karena [[Balaputradewa]] mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia pindah ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif dengan meneruskan memerintah di Ibukota Sriwijaya di Sumatera.


== Menjadi Raja Sriwijaya ==
== Menjadi Raja Sriwijaya ==
Prasasti Nalanda menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu nama kuno untuk [[pulau Sumatra]]. Karena pada zaman itu [[pulau Sumatra]] identik dengan [[Kerajaan Sriwijaya]], maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja [[Sriwijaya]].
Prasasti Nalanda menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu nama kuno untuk [[pulau Sumatra]]. Karena pada zaman itu [[pulau Sumatra]] identik dengan [[Kerajaan Sriwijaya]], maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja [[Sriwijaya]].


Berdasarkan analisis [[prasasti Nalanda]], dapat diketahui kalau Balaputradewa menjadi Raja Sriwijaya karena mewarisi tahta dari Ibunya yang bernama [[Tara Dharmasetu|Tara]] sekaligus sebagai penerus [[Wangsa Sailendra]] dari ayahnya yang bernama [[Samaragrawira]].
Pendapat yang paling populer menyebutkan Balaputradewa mewarisi takhta [[Kerajaan Sriwijaya]] dari kakeknya (pihak ibu), yaitu [[Dharmasetu|Sri Dharmasetu]]. Namun, ternyata nama Sri Dharmasetu terdapat dalam [[prasasti Kelurak]] sebagai bawahan [[Dharanindra]] yang ditugasi menjaga bangunan [[Candi Kelurak]].


== Referensi ==
Jadi, [[Dharanindra]] berbesan dengan pegawai bawahannya, bernama Sri Dharmasetu melalui perkawinan antara [[Samaragrawira]] dengan [[Dewi Tara]]. Dharmasetu menurut [[prasasti Kelurak]] adalah orang [[Jawa]]. Jadi, teori populer bahwa ia merupakan raja [[Kerajaan Sriwijaya]] adalah keliru.
* [[Ayatrohaedi]]. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya

Balaputradewa berhasil menjadi raja [[Kerajaan Sriwijaya]] bukan karena mewarisi takhta Sri Dharmasetu, tetapi karena pada saat itu [[pulau Sumatra]] telah menjadi daerah kekuasaan [[Wangsa Sailendra]], sama halnya dengan [[pulau Jawa]].

Berdasarkan analisis prasasti Ligor, [[Kerajaan Sriwijaya]] dikuasai [[Wangsa Sailendra]] sejak zaman [[Maharaja Wisnu]]. Sebagai anggota [[Wangsa Sailendra]], Balaputradewa berhasil menjadi raja di Sumatra, sedangkan kakaknya, yaitu [[Samaratungga]] menjadi raja di Jawa.

== Kepustakaan ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS


{{s-start}}
[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]
{{Succession box|jabatan=Maharaja [[Sriwijaya]] ke-11{{br}}'''<small>({{nowrap|Menurut [[Prasasti Nalanda]]}})</small><br>([[Wangsa Sailendra]])|tahun=860 - 900|pendahulu=[[Tara Dharmasetu|Sri Kahulunan]]|pengganti=[[Sri Udayaditya Warmadewa]]}}
{{End}}

[[Kategori:Raja Sriwijaya]]
[[Kategori:Wangsa Sailendra]]
[[Kategori:Wangsa Sailendra]]
[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]

Revisi terkini sejak 15 Juli 2024 05.24

Balaputradewa
Srī Mahārāja Balaputradewa
( Menurut Prasasti Nalanda )
Maharaja Sriwijaya ke-11
Berkuasa860 - 900
PendahuluSri Kahulunan
PenerusSri Udayaditya Warmadewa
KelahiranBalaputradewa
WangsaSailendra
AyahSamaragrawira
IbuTara
AgamaBuddha

Sri Maharaja Balaputradewa merupakan Maharaja Sriwijaya ke-11 yang berasal dari Wangsa Sailendra.

Namanya dikenal dalam Prasasti Nalanda dan juga Naskah Wangsakerta.

Asal-Usul

[sunting | sunting sumber]

Menurut prasasti Nalanda, Balaputradewa adalah cucu seorang raja Jawa yang dijuluki Wirawairimathana (penumpas musuh perwira). Julukan kakeknya ini mirip dengan Wairiwarawimardana alias Dharanindra dalam prasasti Kelurak. Dengan kata lain, Balaputradewa merupakan cucu Dharanindra.

Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira, sedangkan ibunya bernama Dewi Tara putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma. Prasasti Nalanda sendiri menunjukkan adanya persahabatan antara Balaputradewa dengan Dewapaladewa raja dari India, yaitu dengan ditandai pembangunan wihara yang diprakarsai oleh Balaputradewa di wilayah Benggala.

Perpindahan Ibukota Sriwijaya

[sunting | sunting sumber]
[sunting | sunting sumber]

Teori yang sangat populer, yang dikembangkan oleh De Casparis, menyebutkan bahwa Samaragrawira identik dengan Samaratungga raja Jawa. Sepeninggal Samaratungga terjadi perebutan takhta di antara kedua anaknya, yaitu Balaputradewa melawan Pramodawardhani. Pada tahun 856 Balaputradewa dikalahkan oleh Rakai Pikatan suami Pramodawardhani sehingga menyingkir ke pulau Sumatra.

(Pendapat Casparis terbantahkan oleh penemuan prasasti Wukiran dan kajian ulang prasasti Wantil oleh Boechari)

[sunting | sunting sumber]

Teori ini dibantah oleh Slamet Muljana karena menurut prasasti malang, Samaratungga hanya memiliki seorang anak perempuan bernama Pramodawardhani. Menurutnya, Balaputradewa lebih tepat disebut sebagai adik Samaratungga. Dengan kata lain, Samaratungga adalah putra sulung Samaragrawira, sedangkan Balaputradewa adalah putra bungsunya.

Pengusiran Balaputradewa umumnya didasarkan pada prasasti Wantil bahwa telah terjadi perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias Rakai Pikatan) melawan seorang musuh yang membangun benteng pertahanan berupa timbunan batu. Dalam prasasti itu ditemukan istilah Walaputra yang dianggap identik dengan Balaputradewa.

(Pendapat Slamet Muljana terbantahkan oleh Naskah Wangsakerta karya Pangeran Wangsakerta)

[sunting | sunting sumber]

Benteng timbunan batu yang menjadi markas Balaputradewa identik dengan Situs Ratu Boko. Drs. Boechari menemukan beberapa prasasti di sekitar situs tersebut, namun bukan atas nama Balaputradewa, melainkan atas nama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni yang mengaku sebagai keturunan pendiri kerajaan (yaitu Sanjaya).

Boechari berpendapat bahwa, musuh Rakai Pikatan bukan Balaputradewa, melainkan Rakai Walaing. Istilah Walaputra dalam prasasti Wantil menurutnya bukan bermakna Balaputradewa, melainkan bermakna “anak bungsu”, yaitu julukan untuk Rakai Kayuwangi selaku pahlawan penumpas Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.

Bukti lain menunjukkan adanya kerusakan pada sebagian prasasti yang mencatat urutan silsilah Rakai Walaing. Kerusakan ini seolah sengaja dilakukan oleh Rakai Pikatan sebagai sesama keturunan Sanjaya yang bersaing memperebutkan takhta Medang.

Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu Balaputradewa mungkin keliru. Karena Balaputradewa mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia pindah ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif dengan meneruskan memerintah di Ibukota Sriwijaya di Sumatera.

Menjadi Raja Sriwijaya

[sunting | sunting sumber]

Prasasti Nalanda menyebut Balaputradewa sebagai raja Suwarnadwipa, yaitu nama kuno untuk pulau Sumatra. Karena pada zaman itu pulau Sumatra identik dengan Kerajaan Sriwijaya, maka para sejarawan sepakat bahwa Balaputradewa adalah raja Sriwijaya.

Berdasarkan analisis prasasti Nalanda, dapat diketahui kalau Balaputradewa menjadi Raja Sriwijaya karena mewarisi tahta dari Ibunya yang bernama Tara sekaligus sebagai penerus Wangsa Sailendra dari ayahnya yang bernama Samaragrawira.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya
  • Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  • Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
Didahului oleh:
Sri Kahulunan
Maharaja Sriwijaya ke-11
(Menurut Prasasti Nalanda)
(Wangsa Sailendra)
860 - 900
Diteruskan oleh:
Sri Udayaditya Warmadewa