Lompat ke isi

Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pineapplethen (bicara | kontrib)
Tuanku tambusai dia berkewarganegaraan Malaysia, hingga hari ini keturunan beliau bermukim di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia dan semuanya Warga Negara Malaysia.https://www.riau.go.id/home/content/2023/03/03/15088-gubernur-riau-dan-keluarga-rokan-hulu-ziarah-ke-makam-pahlawan-nasional-tuanku-tambusai
k Mengembalikan suntingan oleh DjMinang (bicara) ke revisi terakhir oleh Wadaihangit
Tag: Pengembalian
 
(19 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox orang}}
{{Infobox religious biography|honorific-prefix=Muhammad Saleh <br> Sultan Zainal Abidin <br> Syekh Al Wasil Syamsudin|institute=|honorific-suffix=|native_name=|native_name_lang=|image=Tuanku Tambusai.jpg|alt=|caption=|religion=[[Islam]]|church=<!-- or: |churches = -->|ordained=|school=|lineage=|sect=|subsect=|temple=|order=|death_date=12 November 1882 (umur 98)|name=Tuanku Tambusai|founder=|philosophy=|known_for=|education=|other_names=-''De Padrische Tijger van Rokan'' atau Harimau Paderi dari Rokan|dharma_names=<!-- or: | dharma_name = -->|monastic_name=|pen_name=|posthumous_name=|nationality={{MYS}}|flourished=|home_town=|birth_name=|birth_date={{Birth date|1784|11|5}}|birth_place=[[Tambusai, Rokan Hulu]], [[Riau]]|denomination=|death_place=[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]|location=|teacher=<!-- or | guru = -->|resting_place_coordinates=<!-- {{coord|latitude|longitude|type:landmark|display=inline,title}} -->|spouse=|partner=|children=|parents=|mother=|father=|reincarnation_of=|title=|period=|consecration=|predecessor=|successor=|reason=|rank=|death_cause=|resting_place=|students=<!-- or | disciples = -->|works=<!-- or | literary_works = -->|ordination=|initiation=|initiation_date=|initiation_place=|initiator=|profession=|previous_post=|present_post=|post=|website=<!-- {{URL|example.com}} -->|signature=|background=<!-- optional header background color -->|module=|ethnicity=[[Suku Minangkabau|Minangkabau]]}}'''Tuanku Tambusai''' ({{lahirmati|[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|5|11|1784|[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia|Malaya Britania]]|12|11|1882}}) adalah salah seorang tokoh [[Paderi]] terkemuka.


'' 'Tuanku Tambusai''' ({{lahirmati|[[Tambusai, Rokan Hulu|Tambusai]], [[Rokan Hulu]], [[Riau]]|5|11|1784|[[Negeri Sembilan]], [[Malaysia|Malaya Britania]]|12|11|1882}}
== Latar belakang ==
Tuanku Tambusai lahir di [[Dalu-dalu]] dalu dalu adalah desa yang berbatasan dengan Sumatra Utara, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. yang didirikan di tepi sungai Sosah, anak [[sungai Rokan]]. Tuanku Tambusai memiliki nama kecil Muhammad Saleh, yang setelah pulang haji, dipanggilkan orang Tuanku Haji Muhammad Saleh.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatra Barat (1803-1838), Balai Pusataka, 1964</ref>


== Latar belakang ==
Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan [[Minangkabau]], Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah (rambah adalah kecamatan yang berbatasan dengan bangun purba) dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh Raja Tambusai ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh. Sesuai dengan tradisi Minangkabau yang matrilineal, suku ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai.<ref>Mahidin Said, Rokan: Tuanku Tambusai Berjuang, Sri Dharma N.V</ref>
Tuanku Tambusai lahir di [[Dalu-dalu|Daludalu]], sebuah desa yang buberbatasan dengan Sumatera Utara, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. yang didirikan di tepi sungai Sosah, anak [[sungai Rokan]]. Tuanku Tambusai memiliki nama kecil '''Muhammad Saleh''', yang setelah pulang haji, ia dikenal sebagai '''Tuanku Haji Muhammad Saleh'''.<ref>Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), Balai Pusataka, 1964</ref>


Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan, Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah (Rambah adalah kecamatan yang berbatasan dengan bangun purba) dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh [[Kerajaan Tambusai|Raja Tambusai]] ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh.suku ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai.<ref>Mahidin Said, Rokan: Tuanku Tambusai Berjuang, Sri Dharma N.V</ref>
Beliau adalah [[Kerajaan Rokan IV Koto|Sultan Rokan IV Koto]] ke-14, sekaligus sultan terakhir dengan nama gelar Sultan Zainal Abidin.


Sewaktu kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.<ref>{{cite book |last=Soedarmanta|first=J. B.|title=Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia}}</ref>
Sewaktu kecil Muhammad Saleh/Hamonangan Harahap telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.<ref>{{cite book |last=Soedarmanta|first=J. B.|title=Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia}}</ref>


== Gerakan Paderi ==
== Gerakan Paderi ==
Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] dan [[Rao, Pasaman|Rao]] di [[Sumatra Barat]]. Disana ia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya. Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>
Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] dan [[Rao, Pasaman|Rao]] di [[Sumatera Barat]]. Disana ia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya. Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>


== Melawan Belanda ==
== Melawan Belanda ==
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Benteng Dalu-Dalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah [[Natal, Mandailing Natal|Natal]] pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah [[haji]] dan juga diminta oleh [[Tuanku Imam Bonjol]] untuk mempelajari perkembangan [[Islam]] di Tanah [[Arab]].<ref>Nain, Sjafnir Aboe, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref>
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Benteng Daludalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah [[Natal, Mandailing Natal|Natal]] pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Daludalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah [[haji]] dan juga diminta oleh [[Tuanku Imam Bonjol]] untuk mempelajari perkembangan [[Islam]] di Tanah [[Arab]].<ref>Nain, Sjafnir Aboe, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref>


Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di [[Kota Kediri|Kediri]] pada tanggal 12 November 1882, beliau oleh masyarakat [[Kota Kediri|Kediri]] dikenal dengan nama Syekh Al Wasil Syamsudin (Mbah Wasil).
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, Fort Amerongen sebuah benteng milik Belanda dapat dihancurkan. [[Bonjol, Koto Besar, Dharmasraya|Bonjol]] yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Daludalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di [[Negeri Sembilan]] (sekarang [[Malaysia]]) pada tanggal 12 November 1882, Tuanku Tambusai pun meneruskan hidup di kampung bernama Rasah, [[Seremban (Daerah)|Seremban]], [[Negeri Sembilan]], (sekarang [[Malaysia]]) dan meninggal disana.


Karena jasa-jasanya menentang kolonial [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>{{Cite web |url=https://ditulis.id/peletakan-prasasti-kepahlawanan-tuanku-tambusai/ |title=Prasasti Kepahlawanan Tuanku Tambusai |access-date=2010-04-16 }}</ref>
Karena jasa-jasanya yang pernah menentang kolonial [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>{{Cite web |url=https://ditulis.id/peletakan-prasasti-kepahlawanan-tuanku-tambusai/ |title=Prasasti Kepahlawanan Tuanku Tambusai |access-date=2010-04-16 }}</ref>


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==
Baris 28: Baris 28:
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Tambusai]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Tambusai]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Islam Malaysia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Tambusai]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Tambusai]]
[[Kategori:Ulama Riau|Tambusai]]
[[Kategori:Ulama Riau|Tambusai]]




{{Indo-bio-stub}}
{{Malaysia-bio-stub}}

Revisi terkini sejak 22 September 2024 01.07

Infobox orangTuanku Tambusai

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran5 November 1784 Edit nilai pada Wikidata
Tambusai Edit nilai pada Wikidata
Kematian12 November 1882 Edit nilai pada Wikidata (98 tahun)
Negeri Sembilan Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
Kelompok etnikOrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Penghargaan


'Tuanku Tambusai' (5 November 1784 – 12 November 1882

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Tuanku Tambusai lahir di Daludalu, sebuah desa yang buberbatasan dengan Sumatera Utara, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau. yang didirikan di tepi sungai Sosah, anak sungai Rokan. Tuanku Tambusai memiliki nama kecil Muhammad Saleh, yang setelah pulang haji, ia dikenal sebagai Tuanku Haji Muhammad Saleh.[1]

Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan, Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah (Rambah adalah kecamatan yang berbatasan dengan bangun purba) dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh Raja Tambusai ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh.suku ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai.[2]

Sewaktu kecil Muhammad Saleh/Hamonangan Harahap telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.[3]

Gerakan Paderi

[sunting | sunting sumber]

Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke Bonjol dan Rao di Sumatera Barat. Disana ia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya. Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam.[4]

Melawan Belanda

[sunting | sunting sumber]

Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Benteng Daludalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah Natal pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Daludalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah haji dan juga diminta oleh Tuanku Imam Bonjol untuk mempelajari perkembangan Islam di Tanah Arab.[5]

Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari Batavia. Berkat kecerdikannya, Fort Amerongen sebuah benteng milik Belanda dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (regent Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “De Padrische Tijger van Rokan” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Daludalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di Negeri Sembilan (sekarang Malaysia) pada tanggal 12 November 1882, Tuanku Tambusai pun meneruskan hidup di kampung bernama Rasah, Seremban, Negeri Sembilan, (sekarang Malaysia) dan meninggal disana.

Karena jasa-jasanya yang pernah menentang kolonial Hindia Belanda, pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.[6]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Muhammad Radjab, Perang Paderi di Sumatera Barat (1803-1838), Balai Pusataka, 1964
  2. ^ Mahidin Said, Rokan: Tuanku Tambusai Berjuang, Sri Dharma N.V
  3. ^ Soedarmanta, J. B. Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. 
  4. ^ Dobbin, Christine. Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847. 
  5. ^ Nain, Sjafnir Aboe, (2004), Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.
  6. ^ "Prasasti Kepahlawanan Tuanku Tambusai". Diakses tanggal 2010-04-16.