Lompat ke isi

Muktazilah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(62 revisi perantara oleh 40 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Islam}}
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Aliran Mu’taziliyah''' (memisahkan diri) muncul di [[Basra]], [[Irak]], di abad 2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan [[Wasil bin Atha']] (700-750 M) berpisah dari gurunya Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. [[Wasil bin Atha']] berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin bukan kafir yang berarti ia [[fasik]]. Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin.
'''Muktazilah''' ({{lang-ar|المعتزلة|translit=al-muʿtazilah}}; singular: {{lang-ar|معتزلي|translit=muʿtazilī|lit=memisahkan diri}}) adalah sebuah aliran teologi yang muncul di [[Basrah]], [[Irak]], pada abad 2 H. Mereka adalah pengikut [[Wasil bin Atha']] (wafat: 131 H) dan [[Amr bin Ubaid]] (wafat: 144 H).<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=1441 H/2020 M|title=Mulia Dengan Manhaj Salaf|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=544|url-status=live}}</ref> Kelahirannya bermula dari tindakan [[Wasil bin Atha']] (700-750 M) berpisah dari gurunya, yaitu Imam [[Hasan al-Bashri]] karena perbedaan pendapat. [[Hasan al-Bashri]] berpendapat mukmin yang melakukan dosa besar masih berstatus mukmin. Sementara [[Wasil bin Atha']] berpendapat bahwa muslim yang berdosa besar bukanlah mukmin tapi juga bukan kafir.


== Ajaran utama ==
== Ajaran utama ==
Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama Sunni karena aliran ini beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan tradisi. Oleh karena itu, penganut aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur'an secara lebih bebas dibanding kebanyakan umat muslim.
Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama [[Sunni]] karena aliran ini beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan ''nash''/[[wahyu]].<ref>{{Cite web|last=Setiawan|first=Bram|date=2022-04-13|title=Muktazilah, Aliran Islam yang Mengutamakan Akal dalam Teologi|url=https://ramadan.tempo.co/read/1581464/muktazilah-aliran-islam-yang-mengutamakan-akal-dalam-teologi|website=Tempo|language=id|access-date=2023-11-14}}</ref> Oleh karena itu, penganut aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Alquran secara lebih bebas dibanding kebanyakan umat muslim.
Mu’taziliyah memiliki 5 ajaran utama, yakni :
Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ''ushul al-khamsah'', yakni:


# [[Tauhid]]. Mereka berpendapat :
# [[Tauhid]]. Mereka berpendapat:
#* Sifat Allah ialah dzatNya itu sendiri.
#* Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
#* [[al-Qur'an]] ialah makhluk.
#* [[Alquran]] adalah makhluk.
#* [[Allah]] di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.
#* [[Allah]] di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.
# Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
# Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
# Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
# Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
# Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan [[Wasil bin Atha']] yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
# Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan [[Wasil bin Atha']] yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada di antara mukmin dengan kafir.
# Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
# Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/[[fikih]].


Aliran Mu’taziliyah berpendapat dalam masalah [[qada]] dan [[qadar]], bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.
Aliran Muktazilah berpendapat dalam masalah [[qada]] dan [[qadar]], bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.


==Sejarah==
== Sejarah ==
Pemikiran dari Muktazilah diawali dari pendapat Washil bin Atha al-Ghazal dan Amr bin Ubaid bin Bab. Keduanya terlibat perdebatan dengan Hasan al-Bashri mengenai status dari pelaku dosa besar.<ref>{{Cite book|last=Nasution|first=Harun|date=1986|url=https://books.google.co.id/books/about/Teologi_Islam.html?id=9IM8nQEACAAJ&redir_esc=y|title=Teologi Islam: aliran-aliran sejarah analisa perbandingan|location=Jakarta|publisher=Universitas Indonesia Press|isbn=979-8034-79-1|edition=lima|pages=38|url-status=live}}</ref> Kedua tokoh ini merupakan temannya. Perdebatan ini terjadi di dalam suatu majelis yang dipimpin oleh Hasan al-Bashri di Masjid Bashrah. Kedua tokoh ini menjawab bahwa pelaku dosa besar bukanlah dalam status mukmin maupun kafir.<ref>{{Cite book|last=Muhaimin|first=H.M.|date=1999|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=563606#|title=Ilmu kalam : sejarah dan aliran-aliran|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=979-9075-75-0|url-status=live}}</ref> Karenanya, Hasan al-Bashri mengeluarkan mereka dari majelisnya. Keduanya kemudian mengasingkan diri di salah satu pojok Masjid Bashrah. Keduanya kemudian mempunyai pengikut yang disebut sebagai Muktazilah. Penamaan ini didasari oleh perbedaan pendapat kedua tokoh ini yang sangat berbeda dibandingkan dengan pendapat umat Islam pada masa itu.<ref>{{Cite book|last=Al-'Aqil|first=Muhammad bin A. W.|date=2018|title=Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafi'i|location=Jakarta|publisher=Pustaka Imam Syafi'i|editor-last=Bamuallim, M., dan al-Faiz, M. S.,|pages=558|translator-last=Idris, N., dan Zuhri, S.|url-status=live}}</ref> [[Wasil bin Atha']] membentuk jemaah baru di sudut lain mesjid. Imam [[Hasan al-Basri]] berkata "Ia telah i'tizal (mengasingkan diri) dari kita. Jadi mu'tazilah adalah orang yang mengasingkan diri dari Imam [[Hasan al-Basri]], sesuai dengan perkataan dia tersebut. Aliran Muktazilah juga merupakan aliran Islam yang paling ekstrim dalam mengadopsi kebudayaan [[helenistik]].<ref>{{Cite web|title=Greek philosophy: impact on Islamic philosophy - Routledge Encyclopedia of Philosophy|url=https://www.rep.routledge.com/articles/thematic/greek-philosophy-impact-on-islamic-philosophy/v-1|website=www.rep.routledge.com|language=en|access-date=2023-11-14}}</ref>
Pada saat Imam [[Hasan al-Basri]] sedang mengajar di mesjid, ada seseorang bertanya tentang para pendosa, apakah masih beriman atau telah kafir. Beliaupun diam sejenak untuk berfikir. Saat itulah [[Wasil bin Atha']] menjawab bahwa para pendosa berada di antara mu'min dan kafir. Kemudian ia membentuk jemaah baru di sudut lain mesjid. Imam [[Hasan al-Basri]] berkata "Ia telah i'tizal(mengasingkan diri) dari kita. Jadi mu'tazilah adalah orang yang mengasingkan diri dari Imam [[Hasan al-Basri]], sesuai dengan perkataan beliau tersebut

== Tokoh Mu’taziliyah ==
Tokoh-tokoh Mu’taziliyah yang terkenal ialah :


== Tokoh Muktazilah ==
Tokoh-tokoh Muktazilah yang terkenal adalah:
# [[Wasil bin Atha']], lahir di [[Madinah]], pelopor ajaran ini.
# [[Wasil bin Atha']], lahir di [[Madinah]], pelopor ajaran ini.
# [[Abu Huzail al-Allaf]] (751-849 M), penyusun 5 ajaran pokoq Mu’taziliyah.
# [[Abu Huzail al-Allaf]] (751-849 M), penyusun 5 ajaran pokok Muktazilah.
# an-Nazzam, murid Abu Huzail al-Allaf.
# an-Nazzam, murid Abu Huzail al-Allaf.
# [[Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab]]/[[al-Jubba’i]] (849-915 M).
# [[Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab]]/[[al-Jubba’i]] (849-915 M).
# [[Harun Ar-Rasyid]], khalifah Abbasiyah.
# [[Al-Ma'mun]].

Meski kini Muktazilah tiada lagi, namun pemikiran rasionalnya sering digali cendekiawan muslim dan non-muslim.


== Referensi ==
Meski kini Mu’taziliyah tiada lagi, namun pemikiran rasionalnya sering digali cendekiawan Muslim dan nonmuslim.
<references />


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.youtube.com/playlist?p=PL39E88D35BCB301A0 The Mutazilla & Rational Theology]
* [http://swaramuslim.net/ISLAM/more.php?id=2376_0_4_0_M Mu'tazilah:Kelompok Sesat Pemuja Akal]


{{Mu'tazilah}}
[[Kategori:Mazhab]]


[[Kategori:Ilmu kalam]]
[[ar:معتزلة]]
[[Kategori:Teologi Islam]]
[[az:Mötəzililər]]
[[Kategori:Cabang Islam]]
[[ca:Mutazilisme]]
[[de:Muʿtazila]]
[[en:Mu'tazili]]
[[es:Mu'tazili]]
[[fa:معتزله]]
[[fi:Mu'taziliitit]]
[[fr:Mutazilisme]]
[[he:מועתזילה]]
[[it:Mutazilismo]]
[[ms:Muktazilah]]
[[pl:Mutazylizm]]
[[ps:معتزله]]
[[ru:Мутазилиты]]
[[sk:Mu’tazila]]
[[sv:Mu'taziliter]]
[[ta:மோட்டசீலா]]
[[tr:Mutezile]]
[[uk:Мутазиліти]]

Revisi terkini sejak 21 September 2024 22.02

Muktazilah (bahasa Arab: المعتزلة, translit. al-muʿtazilah; singular: bahasa Arab: معتزلي, translit. muʿtazilī, har. 'memisahkan diri') adalah sebuah aliran teologi yang muncul di Basrah, Irak, pada abad 2 H. Mereka adalah pengikut Wasil bin Atha' (wafat: 131 H) dan Amr bin Ubaid (wafat: 144 H).[1] Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha' (700-750 M) berpisah dari gurunya, yaitu Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. Hasan al-Bashri berpendapat mukmin yang melakukan dosa besar masih berstatus mukmin. Sementara Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim yang berdosa besar bukanlah mukmin tapi juga bukan kafir.

Ajaran utama

[sunting | sunting sumber]

Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama Sunni karena aliran ini beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan nash/wahyu.[2] Oleh karena itu, penganut aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Alquran secara lebih bebas dibanding kebanyakan umat muslim. Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul al-khamsah, yakni:

  1. Tauhid. Mereka berpendapat:
    • Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
    • Alquran adalah makhluk.
    • Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia bukanlah Ia.
  2. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada manusia sesuai perbuatannya.
  3. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
  4. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya berpisah dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada di antara mukmin dengan kafir.
  5. Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.

Aliran Muktazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.

Pemikiran dari Muktazilah diawali dari pendapat Washil bin Atha al-Ghazal dan Amr bin Ubaid bin Bab. Keduanya terlibat perdebatan dengan Hasan al-Bashri mengenai status dari pelaku dosa besar.[3] Kedua tokoh ini merupakan temannya. Perdebatan ini terjadi di dalam suatu majelis yang dipimpin oleh Hasan al-Bashri di Masjid Bashrah. Kedua tokoh ini menjawab bahwa pelaku dosa besar bukanlah dalam status mukmin maupun kafir.[4] Karenanya, Hasan al-Bashri mengeluarkan mereka dari majelisnya. Keduanya kemudian mengasingkan diri di salah satu pojok Masjid Bashrah. Keduanya kemudian mempunyai pengikut yang disebut sebagai Muktazilah. Penamaan ini didasari oleh perbedaan pendapat kedua tokoh ini yang sangat berbeda dibandingkan dengan pendapat umat Islam pada masa itu.[5] Wasil bin Atha' membentuk jemaah baru di sudut lain mesjid. Imam Hasan al-Basri berkata "Ia telah i'tizal (mengasingkan diri) dari kita. Jadi mu'tazilah adalah orang yang mengasingkan diri dari Imam Hasan al-Basri, sesuai dengan perkataan dia tersebut. Aliran Muktazilah juga merupakan aliran Islam yang paling ekstrim dalam mengadopsi kebudayaan helenistik.[6]

Tokoh Muktazilah

[sunting | sunting sumber]

Tokoh-tokoh Muktazilah yang terkenal adalah:

  1. Wasil bin Atha', lahir di Madinah, pelopor ajaran ini.
  2. Abu Huzail al-Allaf (751-849 M), penyusun 5 ajaran pokok Muktazilah.
  3. an-Nazzam, murid Abu Huzail al-Allaf.
  4. Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab/al-Jubba’i (849-915 M).
  5. Harun Ar-Rasyid, khalifah Abbasiyah.
  6. Al-Ma'mun.

Meski kini Muktazilah tiada lagi, namun pemikiran rasionalnya sering digali cendekiawan muslim dan non-muslim.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Jawas, Yazid bin Abdul Qodir (1441 H/2020 M). Mulia Dengan Manhaj Salaf. Bogor: Pustaka At-Taqwa. hlm. 544. ISBN 9789791661133. 
  2. ^ Setiawan, Bram (2022-04-13). "Muktazilah, Aliran Islam yang Mengutamakan Akal dalam Teologi". Tempo. Diakses tanggal 2023-11-14. 
  3. ^ Nasution, Harun (1986). Teologi Islam: aliran-aliran sejarah analisa perbandingan (edisi ke-lima). Jakarta: Universitas Indonesia Press. hlm. 38. ISBN 979-8034-79-1. 
  4. ^ Muhaimin, H.M. (1999). Ilmu kalam : sejarah dan aliran-aliran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ISBN 979-9075-75-0. 
  5. ^ Al-'Aqil, Muhammad bin A. W. (2018). Bamuallim, M., dan al-Faiz, M. S.,, ed. Manhaj Aqidah Imam Asy-Syafi'i. Diterjemahkan oleh Idris, N., dan Zuhri, S. Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i. hlm. 558. 
  6. ^ "Greek philosophy: impact on Islamic philosophy - Routledge Encyclopedia of Philosophy". www.rep.routledge.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-14. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]