Samanhudi: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Amangkubumi (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(44 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox person |
{{Infobox person |
||
|name=Samanhudi |
| name = Samanhudi |
||
| image = Samanhudi 1962 Indonesia stamp.jpg |
|||
|image= |
|||
|alt= |
| alt = |
||
|caption=K.H. Samanhudi |
| caption = K.H. Samanhudi |
||
|birth_name= |
| birth_name = Sudarno Nadi |
||
|birth_date={{birth date|1868|df=yes}} |
| birth_date = {{birth date|1868|10|8|df=yes}} |
||
|birth_place=[[Laweyan]], [[Surakarta]], [[ |
| birth_place = [[Laweyan]],[[Surakarta]] [[Kasunanan Surakarta]], [[Hindia Belanda]] |
||
|death_date={{death date|1956|12|28| |
| death_date = {{death date and age|1956|12|28|1868|10|8|df=yes}} |
||
|death_place=[[ |
| death_place = [[Klaten]], [[Surakarta]], [[Indonesia]] |
||
|occupation=Pendiri Sarekat Dagang Islam |
| occupation = Pendiri Sarekat Dagang Islam |
||
|spouse |
| spouse = [[Suginah]]<br/>[[Marbingah]] |
||
|religion=Islam |
| religion = Islam |
||
}} |
}} |
||
'''Samanhudi''' atau sering disebut '''Kyai Haji Samanhudi''' (lahir di [[Laweyan]], [[Surakarta]], [[ |
'''Samanhudi''' atau sering disebut '''Kyai Haji Samanhudi''' (lahir di [[Laweyan]], [[Surakarta]], [[Kasunanan Surakarta]], [[1868]]; meninggal di [[Klaten]], [[Surakarta]], [[28 Desember]] [[1956]]) adalah pendiri [[Sarekat Dagang Islam]], sebuah organisasi massa di [[Indonesia]] yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha [[batik]] di [[Surakarta]]. Nama kecilnya ialah '''Sudarno Nadi'''.<ref>''Ensiklopedia Pahlawan Nasional''. Kuncoro Hadi & Sustianingsih. Istana Media, Yogyakarta, 2015.</ref> |
||
Pondok Pesantren yang pernah ia datangi untuk menimba ilmu didalamnya adalah: |
|||
⚫ | Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa [[Hindia Belanda]] antara pedagang [[pribumi]] yang mayoritas beragama [[Islam]] dengan pedagang [[Tionghoa]] pada tahun [[1911]]. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai [[organisasi]] sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun |
||
# Pontren KM Sayuthy (Ciawigebang), |
|||
# Pontren KH Abdur Rozak (Cipancur),paman ia, |
|||
# Pontren Sarajaya (Kab Cirebon), |
|||
# Pontren (di Kab Tegal, Jateng), |
|||
# Pontren Ciwaringin (Kab. Cirebon) dan |
|||
# Pontren KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya. ) |
|||
Catatan: Ia sangat tadzim terhadap guru-gurunya. Terlebih terhadap Asysyahid K.H. Zainal Mushtofa (Pahlawan Nasional). Ia banyak bercerita tentang heroisme perjuangan gurunya yang satu ini ketika berjuang melawan penjajah Jepang hingga beliau gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa di depan regu tembak serdadu Jepang ketika makbaroh gurunya ini telah dipindahkan ke Taman Pahlawan Sukamanah, Tasikmalaya. |
|||
⚫ | |||
⚫ | Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa [[Hindia Belanda]] antara pedagang [[pribumi]] yang mayoritas beragama [[Islam]] dengan pedagang [[Tionghoa]] pada tahun [[1911|1905]]. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai [[organisasi]] sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1905, ia mendirikan [[Sarekat Dagang Islam]] untuk mewujudkan cita-citanya. |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Dalam budaya populer == |
|||
* Dalam film ''[[Tjokroaminoto: Guru Bangsa]]'' (2015), Samanhudi diperankan oleh [[Rukman Rosadi]]. |
|||
== Referensi == |
|||
{{Reflist}} |
|||
⚫ | |||
{{lifetime|1868|1956|}} |
{{lifetime|1868|1956|}} |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]] |
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]] |
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]] |
||
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
|||
[[Kategori:Wirausahawan Jawa]] |
|||
[[Kategori:Syarikat Islam Indonesia]] |
|||
⚫ | |||
[[en:Samanhoedi]] |
|||
[[jv:Samanhudi]] |
|||
[[ms:Haji Samanhudi]] |
Revisi terkini sejak 3 September 2024 04.24
Samanhudi | |
---|---|
Lahir | Sudarno Nadi 8 Oktober 1868 Laweyan,Surakarta Kasunanan Surakarta, Hindia Belanda |
Meninggal | 28 Desember 1956 Klaten, Surakarta, Indonesia | (umur 88)
Pekerjaan | Pendiri Sarekat Dagang Islam |
Suami/istri | Suginah Marbingah |
Samanhudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi (lahir di Laweyan, Surakarta, Kasunanan Surakarta, 1868; meninggal di Klaten, Surakarta, 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.[1]
Pondok Pesantren yang pernah ia datangi untuk menimba ilmu didalamnya adalah:
- Pontren KM Sayuthy (Ciawigebang),
- Pontren KH Abdur Rozak (Cipancur),paman ia,
- Pontren Sarajaya (Kab Cirebon),
- Pontren (di Kab Tegal, Jateng),
- Pontren Ciwaringin (Kab. Cirebon) dan
- Pontren KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya. )
Catatan: Ia sangat tadzim terhadap guru-gurunya. Terlebih terhadap Asysyahid K.H. Zainal Mushtofa (Pahlawan Nasional). Ia banyak bercerita tentang heroisme perjuangan gurunya yang satu ini ketika berjuang melawan penjajah Jepang hingga beliau gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa di depan regu tembak serdadu Jepang ketika makbaroh gurunya ini telah dipindahkan ke Taman Pahlawan Sukamanah, Tasikmalaya.
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa pada tahun 1905. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1905, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.
Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.
Dalam budaya populer
[sunting | sunting sumber]- Dalam film Tjokroaminoto: Guru Bangsa (2015), Samanhudi diperankan oleh Rukman Rosadi.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Ensiklopedia Pahlawan Nasional. Kuncoro Hadi & Sustianingsih. Istana Media, Yogyakarta, 2015.