Lompat ke isi

Legenda Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
terjemahan
Baris 1: Baris 1:
The '''Minangkabau legend''' told the story of the origin of the name "[[Minangkabau people|Minangkabau]]". It is thought to be a conjunction of two words, ''minang'' ("victorious") and ''kabau'' ("buffalo").
<span data-segmentid="4" class="cx-segment">'''Legenda Minangkabau''' menceritakan kisah asal usul nama "[[Orang Minangkabau|Minangkabau]]".</span> <span data-segmentid="6" class="cx-segment">Namo Minangkabau dianggap sebagai gabungan dua kata, ''minang'' ("menang") dan ''kabau'' ("kerbau").</span>


The legend told the story of a territorial dispute between the local West Sumatran people and a neighbouring invading prince. The invading prince and his troops were somehow traditionally associated with [[Javanese people|Javanese]] [[Majapahit]] kingdom.<ref>{{cite news | title = Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau | work = Sindo News | date = 11 March 2017 | url = https://daerah.sindonews.com/read/1187263/29/invasi-majapahit-ke-pagaruyung-dan-pertarungan-dua-kerbau-1489158517 | language = Indonesian}}</ref> To avoid a battle, the local leader proposed a fight to the death between two water buffalo to settle the dispute. The prince agreed and set forward his largest, meanest, most aggressive buffalo. The locals set forth a hungry baby buffalo with its small horns ground to be as sharp as knives. Seeing the adult buffalo across the field, the baby ran forward, hoping for milk. The big buffalo saw no threat in the baby buffalo and paid no attention to it, looking around for a worthy opponent. But when the baby thrust his head under the big bull's belly, looking for an udder, the sharpened horns punctured and killed the bull, and the local people won the contest and the dispute, and thus named their tribe "Minangkabau" after the victorious buffalo to mark this important event.<ref name="Cerita Rakyat Nusantara">{{cite web |url=http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/307-Asal-Mula-Nama-Nagari-Minangkabau# |title=Asal Mula Nama Nagari Minangkabau |author=Samsuni |date= |work= |publisher=Cerita Rakyat Nusantara |accessdate=6 May 2012}}</ref>
<span data-segmentid="7" class="cx-segment">Legenda ini menceritakan tentang perselisihan wilayah antara <span data-segmentid="11" class="cx-segment">p<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk</span></span> di wilayah Sumatra Barat sekarang dengan "penguasa dari negeri seberang" yang hendak menjajah.</span> Penguasa <span data-segmentid="8" class="cx-segment">yang dimaksud berikut pasukan yang dibawanya entah bagaimana dikaitkan dengan [[Kerajaan Majapahit]] di [[Pulau Jawa]].<ref>{{Cite news|title=Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau|work=Sindo News|date=11 March 2017|url=https://daerah.sindonews.com/read/1187263/29/invasi-majapahit-ke-pagaruyung-dan-pertarungan-dua-kerbau-1489158517|language=Indonesian}}</ref></span> <span data-segmentid="11" class="cx-segment">P<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk</span> setempat mengusulkan adu kerbau sampai mati alih-alih perang.</span> <span data-segmentid="12" class="cx-segment">Panglima setuju dan menurunkan kerbau terbesar, paling berani, dan paling agresif.</span> Adapun p<span data-segmentid="13" class="cx-segment">enduduk setempat mengeluarkan bayi kerbau yang lapar dengan tanduknya yang diasah setajam pisau.</span> <span data-segmentid="14" class="cx-segment">Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, bayi kerbau segera menyeruduk ke perut kerbau, berharap mendapat susu.</span> <span data-segmentid="15" class="cx-segment">Kerbau besar tidak melihat itu sebagai ancaman dan masih mencari-cari lawan yang layak.</span> <span data-segmentid="16" class="cx-segment">Namun, ketika bayi kerbau mencari ambing, tanduk yang tajam menusuk dan membunuh kerbau dewasa. Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau". <ref name="Cerita Rakyat Nusantara2">{{Cite web|url=http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/307-Asal-Mula-Nama-Nagari-Minangkabau#|title=Asal Mula Nama Nagari Minangkabau|last=Samsuni|date=|website=|publisher=Cerita Rakyat Nusantara|access-date=6 May 2012}}</ref></span>


<span data-segmentid="17" class="cx-segment">Moral dari kisah ini yakni penggunaan [[Hikmat|kecerdikan]] dan [[strategi]] untuk menghindari perang dan kekerasan.</span> <span data-segmentid="20" class="cx-segment">Legenda Minangkabau diceritakan untuk menggambarkan kecerdasan dan kemenangan orang Minangkabau.</span>
The moral of the story set an example of the use of [[wisdom]] and [[strategy]] to avoid war and violence. It also celebrated the intelligence and victory of Minangkabau people.


== <span data-segmentid="21" class="cx-segment">Simbolisme kerbau</span> ==
== Buffalo symbolism ==
<span data-segmentid="22" class="cx-segment">''Kabau'' atau [[kerbau]] adalah hewan peliharaan yang penting dalam budaya Minangkabau.</span> <span data-segmentid="24" class="cx-segment">Kerbau dapat digunakan untuk membajak sawah serta mengjasilkan susu (''[[dadiah]]'') dan daging.</span> <span data-segmentid="26" class="cx-segment">Pentingnya kerbau sebagai simbol budaya dapat pula dijumpai dalam budaya [[Indonesia]] lainnya, seperti [[Suku Toraja|Toraja]] .</span>
''Kerbau'' or [[water buffalo]] is an important domesticated animal in Minangkabau culture. It can be employed to work the paddy fields in [[rice]] agriculture as well as provides milk and meat. The importance of buffalo as cultural symbol is also can be found in other [[Indonesia]]n traditions, such as [[Toraja]]n culture.


<span data-segmentid="29" class="cx-segment">Kerbau, terutama [[Tanduk|tanduknya]] menjadi simbol budaya penting di Minangkabau.</span> <span data-segmentid="31" class="cx-segment">Lengkungan bubungan atap pada rumah-rumah tradisional di Sumatra Barat, yang disebut [[Rumah Gadang|rumah gadang]] (secara harfiah "rumah besar") menjulang ke atas dan meruncing di ujungnya, mengingatkan bentuk tanduk kerbau.</span> Selain itu, tutup kepala perempuan <span data-segmentid="34" class="cx-segment">Minangkabau yang disebut [[Tengkuluk tanduk|tikuluak]] dilipat dan dibentuk sedemian rupa membentuk tanduk kerbau.</span>
Buffalo, especially its [[horn (anatomy)|horn]]s are important cultural symbol in Minangkabau culture. The roofline of traditional houses in West Sumatra, called [[Rumah Gadang]] ([[Minangkabau language|Minangkabau]], "big house"), curves upward from the middle and end in points, in imitation of the water buffalo's upward-curving horns. The fabrics of Minangkabau women's headdresses are also folded and formed to imitate the buffalo's horn.


== <span data-segmentid="35" class="cx-segment">Catatan sejarah</span> ==
== Historical record ==
The first mention of the name Minangkabau as '''Minanga Tamwan''', is in the late 7th century [[Kedukan Bukit inscription]], describing [[Sri Jayanasa of Srivijaya|Sri Jayanasa]]'s sacred journey from Minanga Tamwan accompanied with 20,000 soldiers heading to Matajap and conquering several areas in the southern of Sumatra.<ref>R. Ng. Poerbatjaraka, Riwajat Indonesia. Djilid I, 1952, Jakarta: Yayasan Pembangunan</ref>
<span data-segmentid="36" class="cx-segment">Adapun menurut catatan sejarah, nama Minangkabau pertama kali disebut sebagai '''Minanga Tamwan'''. Nama ini tercatat pada [[prasasti Kedukan Bukit]] yang berasal dari abas ke-7. Prasasti itu menceritakan perjalanan suci [[Dapunta Hyang|Sri Jayanasa]] dari Minanga Tamwan disertai dengan 20.000 tentara menuju Matajap dan menaklukkan beberapa daerah di selatan Sumatra. <ref>R. Ng. Poerbatjaraka, Riwajat Indonesia. Djilid I, 1952, Jakarta: Yayasan Pembangunan</ref></span>


== <span data-segmentid="39" class="cx-segment">Referensi</span> ==
== References ==
{{reflist}}
{{reflist}}
[[Kategori:Legenda Minangkabau]]

Revisi per 23 Mei 2019 06.41

Legenda Minangkabau menceritakan kisah asal usul nama "Minangkabau". Namo Minangkabau dianggap sebagai gabungan dua kata, minang ("menang") dan kabau ("kerbau").

Legenda ini menceritakan tentang perselisihan wilayah antara penduduk di wilayah Sumatra Barat sekarang dengan "penguasa dari negeri seberang" yang hendak menjajah. Penguasa yang dimaksud berikut pasukan yang dibawanya entah bagaimana dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa.[1] Penduduk setempat mengusulkan adu kerbau sampai mati alih-alih perang. Panglima setuju dan menurunkan kerbau terbesar, paling berani, dan paling agresif. Adapun penduduk setempat mengeluarkan bayi kerbau yang lapar dengan tanduknya yang diasah setajam pisau. Melihat kerbau dewasa melintasi ladang, bayi kerbau segera menyeruduk ke perut kerbau, berharap mendapat susu. Kerbau besar tidak melihat itu sebagai ancaman dan masih mencari-cari lawan yang layak. Namun, ketika bayi kerbau mencari ambing, tanduk yang tajam menusuk dan membunuh kerbau dewasa. Penduduk setempat memenangkan adu kerbau, dan mengabadikannya dengan menamakan suku bangsa mereka "Minangkabau". [2]

Moral dari kisah ini yakni penggunaan kecerdikan dan strategi untuk menghindari perang dan kekerasan. Legenda Minangkabau diceritakan untuk menggambarkan kecerdasan dan kemenangan orang Minangkabau.

Simbolisme kerbau

Kabau atau kerbau adalah hewan peliharaan yang penting dalam budaya Minangkabau. Kerbau dapat digunakan untuk membajak sawah serta mengjasilkan susu (dadiah) dan daging. Pentingnya kerbau sebagai simbol budaya dapat pula dijumpai dalam budaya Indonesia lainnya, seperti Toraja .

Kerbau, terutama tanduknya menjadi simbol budaya penting di Minangkabau. Lengkungan bubungan atap pada rumah-rumah tradisional di Sumatra Barat, yang disebut rumah gadang (secara harfiah "rumah besar") menjulang ke atas dan meruncing di ujungnya, mengingatkan bentuk tanduk kerbau. Selain itu, tutup kepala perempuan Minangkabau yang disebut tikuluak dilipat dan dibentuk sedemian rupa membentuk tanduk kerbau.

Catatan sejarah

Adapun menurut catatan sejarah, nama Minangkabau pertama kali disebut sebagai Minanga Tamwan. Nama ini tercatat pada prasasti Kedukan Bukit yang berasal dari abas ke-7. Prasasti itu menceritakan perjalanan suci Sri Jayanasa dari Minanga Tamwan disertai dengan 20.000 tentara menuju Matajap dan menaklukkan beberapa daerah di selatan Sumatra. [3]

Referensi

  1. ^ "Invasi Majapahit ke Pagaruyung dan Pertarungan Dua Kerbau". Sindo News (dalam bahasa Indonesian). 11 March 2017. 
  2. ^ Samsuni. "Asal Mula Nama Nagari Minangkabau". Cerita Rakyat Nusantara. Diakses tanggal 6 May 2012. 
  3. ^ R. Ng. Poerbatjaraka, Riwajat Indonesia. Djilid I, 1952, Jakarta: Yayasan Pembangunan