Lompat ke isi

Arsitektur Islam: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k jaman --> zaman
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: di zaman → pada zaman (WP:BAHASA)
Baris 19: Baris 19:
== Sejarah Awal ==
== Sejarah Awal ==
[[Berkas:Pergamon Museum Berlin P3.jpg|jmpl|salah satu bagian dari era Umayyah [[Mshatta Facade]], sekarang disimpan di museum Pergamon di Berlin, diambil dari Kerajaan [[Amman]]]]
[[Berkas:Pergamon Museum Berlin P3.jpg|jmpl|salah satu bagian dari era Umayyah [[Mshatta Facade]], sekarang disimpan di museum Pergamon di Berlin, diambil dari Kerajaan [[Amman]]]]
Ada beberapa bangunan di zaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di [[Arab Saudi]].
Ada beberapa bangunan pada zaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di [[Arab Saudi]].
Khilafah [[Rashidun]] (632–661) adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur Islam.
Khilafah [[Rashidun]] (632–661) adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur Islam.



Revisi per 30 November 2021 04.02

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekuler maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah masjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

Definisi & Kaidah

Arsitektur Islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik dan metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah sesuatu yang tampak secara jelas oleh pancaindra. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan fasade yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara jelas melalui beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai peninggalan wali songo. Bentuk fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah bangunan sepetri penggunaan kubah, ornamen kaligrafi, dan sebagainya. Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak pancaindra tetapi dapat dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain arsitektur islam tersebut, seperti bagaimana membuat penghuni/ pengguna bangunan lebih nyaman dan aman ketika berada di dalam bangunan sehingga menjadikan penghuni merasa bersyukur. Contoh lain hasil desain ruang2 dalam sebuah rumah, bisa menjadikan komunikasi orang tua dan anak lebih dekat, sehingga membuat mereka rajin beribadah.

Kaidah Arsitektur Islam

  1. Di dalam dan luar bangunan tidak terdapat gambar/ornamen makhluk hidup secara utuh.
  2. Di dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada Tuhan Yang Maha Indah.
  3. Hasil desain bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan.
  4. Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga akhlak dan prilaku.
  5. Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.
  6. Keberadaan bangunan diusahakan tidak merugikan tetangga disekitar.
  7. Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.
  8. Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Tuhan, seperti warna-warna alam.

Sejarah Awal

salah satu bagian dari era Umayyah Mshatta Facade, sekarang disimpan di museum Pergamon di Berlin, diambil dari Kerajaan Amman

Ada beberapa bangunan pada zaman Nabi Muhammad yang menjadi penanda munculnya arsitektur Islam, salah satu contohnya adalah masjid Juatha di Arab Saudi. Khilafah Rashidun (632–661) adalah pemimpin Islam pertama yang mulai mempopulerkan arsitektur Islam.

Khalifah Umayyah (661–750) mengkombinasikan beberapa elemen dari arsitektur Byzantium dan arsitektur Sassanid. Arsitektur Umayyah memperkenalkan bentuk baru yang mengkombinasikan gaya barat dan timur.[1] Model pelengkung yang berbentuk sepatu kuda mulai muncul pertama kali pada masa dinasti Umayyah, lalu kemudian berkembang pesat di Andalusia.[2] Arsitektur Umayyah memunculkan penggunaan berbagai jenis dekorasi, termasuk diantaranya adapalah penggunaan berbagai macam mosaik, cat dinding, patung dan relief dengan motif Islam.[3] Pada masa Umayyah, diperkenalkan sebuah ruang transept yang membagi ruang solat berdasarkan axis terpendek.[4] mereka juga menambahkan mihrab ke dalam desain masjid.[4] Masjid di Madinah dibangun oleh al-Walid I menjadi masjid pertama yang memiliki mihrab, sebuah ruang tambahan menghadap kiblat yang menjadi tempat imam memimpin shalat atau khatib memberikan ceramah. Mihrab kini seolah menjadi standar dari desain sebuah masjid di seluruh dunia.[4]

Arsitektur Abbasiah dimasa Khalifah Abbasiah (750–1513) sangat kuat dipengaruhi oleh arsitektur Sassanid, dan arsitektur dari Asia tengah. masjid Abbasiah memiliki sebuah courtyard. Awal mula arsitektur Abbasiah dapat ditemui di masjid al-Mansur yang dibangun di Baghdad. Masjid Agung Samarra dibangun oleh al-Mutawakkil berukuran 256 x 139 meter (840 ft × 456 ft). Masjid ini memiliki atap datar dari kayu yang disangga oleh tiang-tiang. Masjid ini memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca.[5] Masjid Samarra memiliki menara spiral, satu-satunya yang ada di Iraq.[5] Sebuah masjid di Balkh atau sekarang terdapat di wilayah Afghanistan berukuran 20 x 20 meter (66 ft × 66 ft), yang memiliki sembilan kubah.[6]

langit-langit bergaya Moorish di Alhambra

Konstruksi Masjid Agung Córdoba (sekarang menjadi sebuah katedral bernama Mezquita) dimulai pada tahun 785 sekaligus sebagai penanda berdirinya era arsitektur Moorish di Iberian peninsula dan Afrika utara. Masjid ini memiliki bentuk pelengkung yang menjulang. Arsitektur Moorish mencapai masa jayanya pada saat konstruksi Alhambra, sebuah istana dan benteng yang megah di Granada, Ruang interiornya terbuka sehingga memungkinkan angin bergerak masuk dan didominasi warna merah, biru dan emas. Dindingnya diberi hiasan bermotif dedaunan yang saat itu sedang menjadi tren, Kaligrafi Arab, dan pola arabesque, Dindingnya dilapisi keramik. Bangunan lainnya yang bertahan hingga kini antara lain bangunan Bab Mardum di Toledo, atau gerbang lengkung Medina Azahara. Arsitektur Moorish berakar dari kebudayaan Arab dan berkembang pada masa kekhalifahan Umayyah di Levant tahun 660 dengan ibu kotanya Damascus yang memiliki banyak arsitektur Islam Arab yang bercirikan pola-pola geometris.

Pengaruh dan Gaya

Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Masjid Raya Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika Ustman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi masjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga menjadi model untuk pembangunan masjid-masjid Islam selanjutnya selama kekaisaran Ustman, misalnya masjid Sulaiman, dan masjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola dalam, terutama, masjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali sekitar abad ke-17.

Arsitektur Persia

Masjid Shah di Isfahan, Iran

Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran Persia pada sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Banyak kota, misalnya Baghdad, dibangun dengan contoh kota lama persia misalnya Firouzabad. Bahkan, sekarang bisa diketahui bahwa dua arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansur untuk merancang kota pada masa awal adalah warisan dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang zoroaster persia, dan seorang Yahudi dari Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Masjid gaya persia bisa dilihat dari ciri khasnya yaitu pilar batu bata, taman yang luas dan lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan persia yang ketika itu dalam masa jayanya.

Arsitektur Moor

Pembangunan masjid raya di Cordoba pada tahun 785 menandakan bergeliatnya arsitektur islam di peninsula Iberia dan Afrika Utara. Masjid dengan gaya Moor sangat mencolok dengan interior lengkungannya yang penuh dekorasi. Arsitektur moor meraih masa puncaknya dengan dibangunnya Alhambra, istana sekaligus benteng di Granada, dengan interior yang memiliki ruangan terbuka yang luas dan memungkinkan udara mengalir secara lancar, dan didominasi dengan pemakaian warna merah, biru dan emas.

Arsitektur Islam di Indonesia

Masjid bercorak khas Minangkabau di Fort de Kock (kini Bukittinggi) di sekitar tahun 1900
  1. ^ Petersen 2002, hlm. 295.
  2. ^ Ali 1999, hlm. 35.
  3. ^ Petersen 2002, hlm. 296.
  4. ^ a b c Ettinghausen, Grabar & Jenkins 2001, hlm. 24.
  5. ^ a b Bloom & Blair 2009, hlm. 80.
  6. ^ Bloom & Blair 2009, hlm. 82.