Buya: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Buya''' atau '''abuya''' adalah kata sapaan |
'''Buya''' atau '''abuya''' adalah kata sapaan kekeluargaan untuk orang tua laki-laki, sama dengan sapaan "[[ayah]]".<ref name="a">{{cite web |author = [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]] |title = KBBI Daring |website = kbbi.kemdikbud.go.id |url = https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Muharam |year = 2016 |edition = 5 |location = Jakarta|ref = harv|access-date=2018-07-19}}</ref> Kata ini berasal dari [[bahasa Arab]] yang bermakna "ayahku", dengan kata dasar "''abun''" dan "''ya''". Di Sumatra, khususnya Minangkabau, gelar ini dapat pula merujuk kepada orang yang alim dalam ilmu agama.<ref name="Online 2018">{{cite web|url=http://www.nu.or.id/post/read/35434/saya-gus-dur-dan-para-kiai|title=Saya, Gus Dur, dan Para Kiai|last=Ferdiansyah|first=Hengky|date=2018-07-18|website=NU Online|language=ms|archive-url=https://web.archive.org/web/20180718181836/http://www.nu.or.id/post/read/35434/saya-gus-dur-dan-para-kiai|archive-date=2018-07-18|dead-url=no|access-date=2018-07-18}}</ref><ref name="Hidayatullah.com 2016">{{cite web|last=Musnandar|first=Aries | title= |
||
Pak Tuo Syafiie Ma’arif, Bukan Buya| website=Hidayatullah.com | date=2016-11-08 | url=https://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2016/11/08/104618/pak-tuo-syafiie-maarif-bukan-buya.html | archive-url=https://web.archive.org/web/20170621055418/https://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2016/11/08/104618/pak-tuo-syafiie-maarif-bukan-buya.html | archive-date=2017-06-21 | dead-url=no | language=id | access-date=2018-07-18}}</ref> Seseorang dipanggil buya terutama disebabkan pemahamannya yang mendalam terkait pengetahuan agama.<ref name="Hidayatullah.com 2016"/> Istilah buya kerap diasosiakan dengan [[kiai]] di Jawa.<ref name="Hidayatullah.com 2016"/> Namun, posisi buya di Minang tidak sesakral kiai.<ref name="Online 2018"/> Di Jawa seorang santri sangat takut kepada kiainya, bahkan ketika kiai menjelaskan kitab, sangat jarang ditemukan santri yang mau mengkritik kiainya.<ref name="Online 2018"/> |
Pak Tuo Syafiie Ma’arif, Bukan Buya| website=Hidayatullah.com | date=2016-11-08 | url=https://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2016/11/08/104618/pak-tuo-syafiie-maarif-bukan-buya.html | archive-url=https://web.archive.org/web/20170621055418/https://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2016/11/08/104618/pak-tuo-syafiie-maarif-bukan-buya.html | archive-date=2017-06-21 | dead-url=no | language=id | access-date=2018-07-18}}</ref> Seseorang dipanggil buya terutama disebabkan pemahamannya yang mendalam terkait pengetahuan agama.<ref name="Hidayatullah.com 2016"/> Istilah buya kerap diasosiakan dengan [[kiai]] di Jawa.<ref name="Hidayatullah.com 2016"/> Namun, posisi buya di Minang tidak sesakral kiai.<ref name="Online 2018"/> Di Jawa seorang santri sangat takut kepada kiainya, bahkan ketika kiai menjelaskan kitab, sangat jarang ditemukan santri yang mau mengkritik kiainya.<ref name="Online 2018"/> |
||
Revisi per 10 September 2020 08.29
Buya atau abuya adalah kata sapaan kekeluargaan untuk orang tua laki-laki, sama dengan sapaan "ayah".[1] Kata ini berasal dari bahasa Arab yang bermakna "ayahku", dengan kata dasar "abun" dan "ya". Di Sumatra, khususnya Minangkabau, gelar ini dapat pula merujuk kepada orang yang alim dalam ilmu agama.[2][3] Seseorang dipanggil buya terutama disebabkan pemahamannya yang mendalam terkait pengetahuan agama.[3] Istilah buya kerap diasosiakan dengan kiai di Jawa.[3] Namun, posisi buya di Minang tidak sesakral kiai.[2] Di Jawa seorang santri sangat takut kepada kiainya, bahkan ketika kiai menjelaskan kitab, sangat jarang ditemukan santri yang mau mengkritik kiainya.[2]
Penyandang gelar
Catatan akhir
- ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016). "KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id (edisi ke-5). Jakarta. Diakses tanggal 2018-07-19.
- ^ a b c Ferdiansyah, Hengky (2018-07-18). "Saya, Gus Dur, dan Para Kiai". NU Online (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-18. Diakses tanggal 2018-07-18.
- ^ a b c Musnandar, Aries (2016-11-08). "Pak Tuo Syafiie Ma'arif, Bukan Buya". Hidayatullah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-21. Diakses tanggal 2018-07-18.