Lompat ke isi

Anaximenes: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Meer thuba (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan spam pranala kemungkinan perlu dirapikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: pranala
k Membatalkan 1 suntingan by Meer thuba (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Anaximenes.jpg|jmpl|ka|180px|Anaximenes dari Miletos]]
[[Berkas:Anaximenes.jpg|jmpl|ka|180px|Anaximenes dari Miletos]]
Mirip dengan Thales dan Anaximandros, Anaximenes adalah hewan yang berasal dari Kota Miletos .[ 1 ] Anaximenes tinggal bersama kedua orang ini selama hidupnya ; _ dibandingkan dengan Anaximandros , dia lebih sederhana .[1]Ia disebutkan dalam Barthian Filsafat tradisional bersama Thales dan Anaximander sebagai anggota Mazhab Miletos . _ _ _ _[2][3] Anaximenes adalah putra , istri, dan asisten Anaximandros .[4][5] Seperti dua karya Miletos lainnya , ia berbicara tentang filsafat alam, atau apa yang menjadi prinsip dasar ( arche ) dari segala situasi.[2]
'''Anaximenes''' adalah seorang [[filsuf]] yang berasal dari Kota [[Miletos]], sama seperti [[Thales]] dan [[Anaximandros]].<ref name="Bertens"/> Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros.<ref name="Bertens">K. Bertens. 1990. ''Sejarah Filsafat Yunani''. Yogyakart: Kanisius. Hal. 31-33.</ref><ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.</ref> Ia disebut dalam tradisi [[filsafat Barat]], bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota [[Mazhab Miletos]].<ref name="Simon"/><ref name="P">{{en}}P. Diamandopoulos. 1972. "Anaximenes". In ''The Encyclopedia of Philosophy Volume 1''. Paul Edwards (Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.</ref> Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros.<ref name="Guthrie">{{en}}W.K.C. Guthrie. 1985. ''A History of Greek Philosophy Volume 1''. London: Cambridge University Press.</ref><ref name="Long">{{en}}Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology". In ''The Cambridge Companion to Early Philosophy''. A.A. Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-65.</ref> Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang [[filsafat]] alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (''arche'') segala sesuatu.<ref name="Simon"/>


Anaximenes menjelaskan bahwa udara adalah awal mula dunia . _ _ _ _Oleh karena itu , udara juga berfungsi sebagai kompas kehidupan bagi manusia yang sangat membutuhkan dalam keadaan nafas . _ _ _Baginya, jiwa adalah udara, api adalah udara yang encer, dan udara, jika dispadatkan , akan menjadi udara; jika dispadatkan lagi , menjadi tanah, dan akhirnya, menjadi batu.
Anaximenes berkeyakinan bahwa yang menjadi asal mula [[dunia]] adalah [[udara]]. Sebab, udaralah yang meliputi seluruh alam dan udara pula yang menjadi dasar hidup bagi [[manusia]] yang amat diperlukan untuk bernafas. Baginya, [[jiwa]] adalah udara, [[api]] adalah udara yang encer, dan udara jika dipadatkan akan menjadi [[air]]; jika dipadatkan lagi menjadi [[tanah]] dan akhirnya menjadi [[batu]].

Kunjungi juga ; https://informationidceo.blogspot.com/2022/10/september-2022-merek-mobil-terlaris-di.html


== Riwayat Hidup ==
== Riwayat Hidup ==
Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui.<ref name="Bertens">K. Bertens. 1990. ''Sejarah Filsafat Yunani''. Yogyakart: Kanisius. Hal. 31-33.</ref> Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM.<ref name="P">{{en}}P. Diamandopoulos. 1972. "Anaximenes". In ''The Encyclopedia of Philosophy Volume 1''. Paul Edwards (Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.</ref> Ia diketahui lebih muda dari [[Anaximandros]].<ref name="Bertens"/> Ia menulis satu buku dan dari buku tersebut hanya satu [[fragmen]] yang masih tersimpan hingga kini.<ref name="Bertens"/>
Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui.<ref name="Bertens"/> Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM.<ref name="P"/> Ia diketahui lebih muda dari [[Anaximandros]].<ref name="Bertens"/> Ia menulis satu buku dan dari buku tersebut hanya satu [[fragmen]] yang masih tersimpan hingga kini.<ref name="Bertens"/>


== Pemikiran ==
== Pemikiran ==
=== Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu ===
=== Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu ===
{{wikify}}
{{wikify}}
Salah satu kesulitan untuk menerima [[filsafat]] Anaximandros tentang ''[[:en:Apeiron|to apeiron]]'' yang [[Metafisika|metafisik]] adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang [[Metafisika|metafisik]] dengan yang [[fisik]].<ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.</ref> Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara.<ref name="Bertens"/><ref name="Simon"/><ref name="P"/>
Salah satu kesulitan untuk menerima [[filsafat]] Anaximandros tentang ''[[:en:Apeiron|to apeiron]]'' yang [[Metafisika|metafisik]] adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang [[Metafisika|metafisik]] dengan yang [[fisik]].<ref name="Simon"/> Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara.<ref name="Bertens"/><ref name="Simon"/><ref name="P"/>


Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu.<ref name="Simon"/> Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.<ref name="Simon"/> Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain.<ref name="Bertens"/><ref name="P"/><ref name="Guthrie">{{en}}W.K.C. Guthrie. 1985. ''A History of Greek Philosophy Volume 1''. London: Cambridge University Press.</ref> Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran" (''condensation'' and ''rarefaction''.<ref name="Bertens"/><ref name="P"/><ref name="Long">{{en}}Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology". In ''The Cambridge Companion to Early Philosophy''. A.A. Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-65.</ref> Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu.<ref name="Bertens"/><ref name="Ancient"/> Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api.<ref name="Bertens"/><ref name="Ancient"/> Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.<ref name="Ancient">{{en}}Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In ''The Blackwell Guide to Ancient Philosophy''. Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.</ref>
Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu.<ref name="Simon"/> Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.<ref name="Simon"/> Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain.<ref name="Bertens"/><ref name="P"/><ref name="Guthrie"/> Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran" (''condensation'' and ''rarefaction''.<ref name="Bertens"/><ref name="P"/><ref name="Long"/> Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu.<ref name="Bertens"/><ref name="Ancient"/> Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api.<ref name="Bertens"/><ref name="Ancient"/> Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.<ref name="Ancient">{{en}}Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In ''The Blackwell Guide to Ancient Philosophy''. Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.</ref>


=== Tentang Alam Semesta ===
=== Tentang Alam Semesta ===

Revisi per 14 Oktober 2022 17.37

Anaximenes dari Miletos

Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari Kota Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros.[1] Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros.[1][2] Ia disebut dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos.[2][3] Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros.[4][5] Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.[2]

Anaximenes berkeyakinan bahwa yang menjadi asal mula dunia adalah udara. Sebab, udaralah yang meliputi seluruh alam dan udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat diperlukan untuk bernafas. Baginya, jiwa adalah udara, api adalah udara yang encer, dan udara jika dipadatkan akan menjadi air; jika dipadatkan lagi menjadi tanah dan akhirnya menjadi batu.

Riwayat Hidup

Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui.[1] Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM.[3] Ia diketahui lebih muda dari Anaximandros.[1] Ia menulis satu buku dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.[1]

Pemikiran

Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu

Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang metafisik dengan yang fisik.[2] Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara.[1][2][3]

Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu.[2] Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.[2] Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain.[1][3][4] Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran" (condensation and rarefaction.[1][3][5] Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu.[1][6] Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api.[1][6] Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.[6]

Tentang Alam Semesta

Pembentukan alam semesta menurut Anaximenes adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya.[1] Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja.[1][6] Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara.[1][5] Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi.[1] Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi.[3] Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi.[3] Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka bersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi.[1][3] Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.[3]

Tentang Jiwa

Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja.[1] Buktinya, manusia perlu bernapas untuk mempertahankan hidupnya.[1] Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya.[6] Karena hal itu berguna untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh.[6] Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara.[1] Tema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani.[1] Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam pemikiran filsafatnya.[1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart: Kanisius. Hal. 31-33.
  2. ^ a b c d e f g Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.
  3. ^ a b c d e f g h i (Inggris)P. Diamandopoulos. 1972. "Anaximenes". In The Encyclopedia of Philosophy Volume 1. Paul Edwards (Ed.). New York: Macmillan Publishing & The Free Press.
  4. ^ a b (Inggris)W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek Philosophy Volume 1. London: Cambridge University Press.
  5. ^ a b c (Inggris)Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of Cosmology". In The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A. Long (Ed.). London: Cambridge University Press. P. 45-65.
  6. ^ a b c d e f (Inggris)Richard McKirahan. 2003. "Presocratic Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher Shields (Ed.). Malden: Blackwell Publishing.