Lompat ke isi

Iredentisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 114.79.5.184 (bicara) ke revisi terakhir oleh Arya-Bot
Tag: Pengembalian
k #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Greater Indonesia Locator.svg|ka|jmpl|300px|Iredentisme Melayu]]
[[Berkas:Greater Indonesia Locator.svg|ka|jmpl|300px|Iredentisme Melayu]]
'''Iredentisme''' (dari [[bahasa Italia]] ''irredento'', "penebusan"), adalah konsep [[politik]] di mana suatu negara berhasrat untuk meng[[aneksasi]] wilayah yang dikuasai oleh [[negara]] lain atas dasar persamaan [[etnis]], keterkaitan sejarah dan budaya, baik aktual maupun hanya dugaan. Konsep ini sering dikemukakan oleh penganut [[pan-nasionalisme]] untuk menyatukan [[politik|identitas politik]], [[kebudayaan]], dan [[geografi politik]] antara dua negara yang bersangkutan. Karena sebagian besar perbatasan wilayah telah dipindahkan atau ditetapkan ulang dari waktu ke waktu, kebanyakan negara-negara besar secara teoretis bisa mengklaim wilayah-wilayah tetangga mereka. Penaklukan [[Jerman]] terhadap [[Austria]] dan penganeksasian [[Sudetenland]] yang berbahasa Jerman dari [[Cekoslowakia]] pada tahun 1938 adalah salah satu contoh dari irredentisme.
'''Iredentisme''' (dari [[bahasa Italia]] ''irredento'', "penebusan"), adalah konsep [[politik]] di mana suatu negara berhasrat untuk meng[[aneksasi]] wilayah yang dikuasai oleh [[negara]] lain atas dasar persamaan [[etnis]], keterkaitan sejarah dan budaya,<ref>{{Cite journal|last=Kim|first=German|date=2016|title=Irredentism in Disputed Territories and Its Influence on the Border Conflicts and Wars|url=https://www.jstor.org/stable/26664127|journal=The Journal of Territorial and Maritime Studies|volume=3|issue=1|pages=87–101|issn=2288-6834}}</ref> baik aktual maupun hanya dugaan. Konsep ini sering dikemukakan oleh penganut [[pan-nasionalisme]] untuk menyatukan [[politik|identitas politik]], [[kebudayaan]], dan [[geografi politik]] antara dua negara yang bersangkutan. Karena sebagian besar perbatasan wilayah telah dipindahkan atau ditetapkan ulang dari waktu ke waktu, kebanyakan negara-negara besar secara teoretis bisa mengklaim wilayah-wilayah tetangga mereka. Penaklukan [[Jerman]] terhadap [[Austria]] dan penganeksasian [[Sudetenland]] yang berbahasa Jerman dari [[Cekoslowakia]] pada tahun 1938 adalah salah satu contoh dari irredentisme.


Beberapa negara telah menjadi sasaran irendentisme yang potensial bagi negara tetangga mereka. Negara-negara [[Eropa Timur]] pasca-[[Perang Dunia I]] terbentuk dari wilayah-wilayah bekas [[Kekaisaran Austria-Hungaria]]; perbatasan negara-negara [[Balkan]] dan [[Timur Dekat]] yang ditetapkan oleh [[Sekutu (Perang Dunia I)|Sekutu]] menyisakan banyak wilayah-wilayah baru dengan kelompok etnis minoritas yang tidak puas dengan penetapan perbatasan tersebut dan pada akhirnya memisahkan diri. Di Afrika, sebagian besar negara memiliki perbatasan yang ditetapkan berdasarkan kekuasaan kolonial Eropa, bukannya berdasarkan kelompok etnis dan persamaan bahasa. Oleh sebab itu, kelompok etnis yang sama dibagi menjadi beberapa negara yang berbeda, misalnya [[bangsa Yoruba]] yang di bagi menjadi [[Nigeria]] dan [[Benin]]. Contoh lainnya adalah etnis [[Melayu]] dipisahkan menurut jajahan Inggris (Malaysia, Brunei dan Singapura) dan [[Belanda]] (Indonesia). Di beberapa wilayah, permasalahan iredentisme ini terus menjadi sumber sengketa hingga saat ini, misalnya [[Korea Utara]] dan [[Korea Selatan]].<ref>[http://www.thefreedictionary.com/irredenta "Irredenta"], ''Free Dictionary''</ref>
Beberapa negara telah menjadi sasaran irendentisme yang potensial bagi negara tetangga mereka. Negara-negara [[Eropa Timur]] pasca-[[Perang Dunia I]] terbentuk dari wilayah-wilayah bekas [[Kekaisaran Austria-Hungaria]]; perbatasan negara-negara [[Balkan]] dan [[Timur Dekat]] yang ditetapkan oleh [[Sekutu (Perang Dunia I)|Sekutu]] menyisakan banyak wilayah-wilayah baru dengan kelompok etnis minoritas yang tidak puas dengan penetapan perbatasan tersebut dan pada akhirnya memisahkan diri. Di Afrika, sebagian besar negara memiliki perbatasan yang ditetapkan berdasarkan kekuasaan kolonial Eropa, bukannya berdasarkan kelompok etnis dan persamaan bahasa. Oleh sebab itu, kelompok etnis yang sama dibagi menjadi beberapa negara yang berbeda, misalnya [[bangsa Yoruba]] yang di bagi menjadi [[Nigeria]] dan [[Benin]]. Contoh lainnya adalah etnis [[Melayu]] dipisahkan menurut jajahan Inggris (Malaysia, Brunei dan Singapura) dan [[Belanda]] (Indonesia). Di beberapa wilayah, permasalahan iredentisme ini terus menjadi sumber sengketa hingga saat ini, misalnya [[Korea Utara]] dan [[Korea Selatan]].<ref>[http://www.thefreedictionary.com/irredenta "Irredenta"], ''Free Dictionary''</ref>
Baris 12: Baris 12:
* [[Indonesia Raya (politik)]]
* [[Indonesia Raya (politik)]]


== Catatan ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


== Referensi ==
== Daftar pustaka ==
* Willard, CA 1996 — Liberalism and the Problem of Knowledge: A New Rhetoric for Modern Democracy, Chicago: University of Chicago Press. 10-ISBN 0-226-89845-8/13-ISBN 978-0-226-89845-2; OCLC 260223405
* Willard, CA 1996 — Liberalism and the Problem of Knowledge: A New Rhetoric for Modern Democracy, Chicago: University of Chicago Press. 10-ISBN 0-226-89845-8/13-ISBN 978-0-226-89845-2; OCLC 260223405

== Pranala luar ==
{{Wiktionary}}
{{Wiktionary}}
{{commons category|Irredentism}}
{{commons category|Irredentism}}

Revisi per 24 Januari 2024 08.18

Iredentisme Melayu

Iredentisme (dari bahasa Italia irredento, "penebusan"), adalah konsep politik di mana suatu negara berhasrat untuk menganeksasi wilayah yang dikuasai oleh negara lain atas dasar persamaan etnis, keterkaitan sejarah dan budaya,[1] baik aktual maupun hanya dugaan. Konsep ini sering dikemukakan oleh penganut pan-nasionalisme untuk menyatukan identitas politik, kebudayaan, dan geografi politik antara dua negara yang bersangkutan. Karena sebagian besar perbatasan wilayah telah dipindahkan atau ditetapkan ulang dari waktu ke waktu, kebanyakan negara-negara besar secara teoretis bisa mengklaim wilayah-wilayah tetangga mereka. Penaklukan Jerman terhadap Austria dan penganeksasian Sudetenland yang berbahasa Jerman dari Cekoslowakia pada tahun 1938 adalah salah satu contoh dari irredentisme.

Beberapa negara telah menjadi sasaran irendentisme yang potensial bagi negara tetangga mereka. Negara-negara Eropa Timur pasca-Perang Dunia I terbentuk dari wilayah-wilayah bekas Kekaisaran Austria-Hungaria; perbatasan negara-negara Balkan dan Timur Dekat yang ditetapkan oleh Sekutu menyisakan banyak wilayah-wilayah baru dengan kelompok etnis minoritas yang tidak puas dengan penetapan perbatasan tersebut dan pada akhirnya memisahkan diri. Di Afrika, sebagian besar negara memiliki perbatasan yang ditetapkan berdasarkan kekuasaan kolonial Eropa, bukannya berdasarkan kelompok etnis dan persamaan bahasa. Oleh sebab itu, kelompok etnis yang sama dibagi menjadi beberapa negara yang berbeda, misalnya bangsa Yoruba yang di bagi menjadi Nigeria dan Benin. Contoh lainnya adalah etnis Melayu dipisahkan menurut jajahan Inggris (Malaysia, Brunei dan Singapura) dan Belanda (Indonesia). Di beberapa wilayah, permasalahan iredentisme ini terus menjadi sumber sengketa hingga saat ini, misalnya Korea Utara dan Korea Selatan.[2]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Kim, German (2016). "Irredentism in Disputed Territories and Its Influence on the Border Conflicts and Wars". The Journal of Territorial and Maritime Studies. 3 (1): 87–101. ISSN 2288-6834. 
  2. ^ "Irredenta", Free Dictionary

Daftar pustaka

  • Willard, CA 1996 — Liberalism and the Problem of Knowledge: A New Rhetoric for Modern Democracy, Chicago: University of Chicago Press. 10-ISBN 0-226-89845-8/13-ISBN 978-0-226-89845-2; OCLC 260223405