Lompat ke isi

Buisan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Sultan Buisan''' adalah penguasa keenam [[Kesultanan Maguindanao]], yang memerintah antara 1597-1619.<ref name="Ricklefs"/> Ia kerap memerangi [[Spanyol]] dalam upayanya mengembangkan [[hegemoni kawasan|hegemoni]] Maguindanao atas wilayah kepulauan [[Bisaya]].<ref name="Ricklefs">{{cite book
'''Sultan Buisan''' adalah penguasa keenam [[Kesultanan Maguindanao]], yang memerintah antara 1597-1619.<ref name="Ricklefs"/><ref name="Donoso">{{cite book
| title = Historia cultural de la lengua española en Filipinas: ayer y hoy
| author = Isaac Donoso
| url = https://books.google.co.id/books?id=Lm4yAgAAQBAJ&pg=PA200&dq=Kapitan+Buisan&hl=id&sa=X&ved=0CEwQuwUwBzgKahUKEwjEtfvr3ILJAhVSA44KHRuACBM#v=onepage&q=Kapitan%20Buisan&f=false
| page = 200
| publisher = Verbum Editorial
| year = 2013
| id = ISBN 8479628138, 9788479628130
}}</ref> Ia kerap memerangi [[Spanyol]] dalam upayanya mengembangkan [[hegemoni kawasan|hegemoni]] Maguindanao atas wilayah kepulauan [[Bisaya]].<ref name="Ricklefs">{{cite book
| title = A New History of Southeast Asia
| title = A New History of Southeast Asia
| authors = [[M.C. Ricklefs]], Bruce Lockhart, Albert Lau, Portia Reyes, Maitrii Aung-Thwin
| authors = [[M.C. Ricklefs]], Bruce Lockhart, Albert Lau, Portia Reyes, Maitrii Aung-Thwin
Baris 7: Baris 15:
| year = 2010
| year = 2010
| id = ISBN 1137015543, 9781137015549
| id = ISBN 1137015543, 9781137015549
}}</ref> Selain gelar ''[[Sultan]]'', ia juga sering dituliskan dengan gelar ''[[Laksamana|Kapitan Laut]]'', ''[[Datu]]'',<ref name="Larousse"/> atau ''[[Kaicil]]''. Buisan adalah ayah dari penguasa Maguindanao selanjutnya, yaitu Sultan [[Muhammad Kudarat|Muhammad Dipatuan Kudarat]].<ref name="Ricklefs"/>
}}</ref> Selain gelar ''[[Sultan]]'', ia juga sering dituliskan dengan gelar ''[[Laksamana|Kapitan Laut]]'',<ref name="Donoso"/> ''[[Datu]]'',<ref name="Larousse"/> atau ''[[Kaicil]]''.

Buisan adalah anak dari [[Datu Bangkaya]], penguasa Maguindanao yang ketiga. Anak-anak Bangkaya adalah [[Dimasangcay]], [[Sarikula]], dan Buisan, yang berturut-turut menjadi penguasa sesudahnya.<ref name="Donoso"/> Buisan adalah ayah dari penguasa Maguindanao ketujuh, yaitu [[Muhammad Kudarat|Sultan Muhammad Dipatuan Kudarat]].<ref name="Ricklefs"/><ref name="Donoso"/>


Pada bulan Oktober 1609, Buisan memimpin pasukan berkekuatan kurang lebih 1.000 orang dengan 50 kapal perang untuk menyerang datu-datu pulau [[Leyte]].<ref name="Larousse"/> Setelah itu, ia kembali dan meminta agar mereka bersekutu dengannya, dan tidak dengan Spanyol.<ref name="Larousse"/> Banyak di antara para datu Leyte tersebut kemudian mengikat persekutuan dengannya, dengan menggelar upacara adat.<ref name="Larousse">{{cite book
Pada bulan Oktober 1609, Buisan memimpin pasukan berkekuatan kurang lebih 1.000 orang dengan 50 kapal perang untuk menyerang datu-datu pulau [[Leyte]].<ref name="Larousse"/> Setelah itu, ia kembali dan meminta agar mereka bersekutu dengannya, dan tidak dengan Spanyol.<ref name="Larousse"/> Banyak di antara para datu Leyte tersebut kemudian mengikat persekutuan dengannya, dengan menggelar upacara adat.<ref name="Larousse">{{cite book

Revisi per 9 November 2015 08.46

Sultan Buisan adalah penguasa keenam Kesultanan Maguindanao, yang memerintah antara 1597-1619.[1][2] Ia kerap memerangi Spanyol dalam upayanya mengembangkan hegemoni Maguindanao atas wilayah kepulauan Bisaya.[1] Selain gelar Sultan, ia juga sering dituliskan dengan gelar Kapitan Laut,[2] Datu,[3] atau Kaicil.

Buisan adalah anak dari Datu Bangkaya, penguasa Maguindanao yang ketiga. Anak-anak Bangkaya adalah Dimasangcay, Sarikula, dan Buisan, yang berturut-turut menjadi penguasa sesudahnya.[2] Buisan adalah ayah dari penguasa Maguindanao ketujuh, yaitu Sultan Muhammad Dipatuan Kudarat.[1][2]

Pada bulan Oktober 1609, Buisan memimpin pasukan berkekuatan kurang lebih 1.000 orang dengan 50 kapal perang untuk menyerang datu-datu pulau Leyte.[3] Setelah itu, ia kembali dan meminta agar mereka bersekutu dengannya, dan tidak dengan Spanyol.[3] Banyak di antara para datu Leyte tersebut kemudian mengikat persekutuan dengannya, dengan menggelar upacara adat.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c M.C. Ricklefs, Bruce Lockhart, Albert Lau, Portia Reyes, Maitrii Aung-Thwin (2010). A New History of Southeast Asia. Palgrave Macmillan. hlm. 165. ISBN 1137015543, 9781137015549. 
  2. ^ a b c d Isaac Donoso (2013). Historia cultural de la lengua española en Filipinas: ayer y hoy. Verbum Editorial. hlm. 200. ISBN 8479628138, 9788479628130. 
  3. ^ a b c d William Larousse (2001). A Local Church Living for Dialogue: Muslim-Christian Relations in Mindanao-Sulu, Philippines : 1965-2000. 4 (edisi ke-berilustrasi). Gregorian Biblical BookShop. hlm. 69. ISBN 8876528792, 9788876528798.