Lompat ke isi

Tatanan imajiner: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adeninasn (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Adeninasn (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 1: Baris 1:
{{Under_construction}}
{{Under_construction}}
'''Tatanan imajiner''' adalah salah satu konsep [[psikoanalisis]] [[Jacques Lacan]], dalam menjelaskan struktur pembentukan [[Subjek_(filsafat)|Subjek]], dalam mendapatkan konsepsi ke-diri-annya, selain [[tatanan simbolik]], dan [[tatanan riil]]; yang membentuk formasi simpul Borromean. Pada perkembangan tatanan imajiner terjadi tiga hal penting. Pertama, adalah saat bayi menyadari keterpisahannya dengan sang ibu. Pada saat kebutuhannya tidak langsung atau otomatis terpenuhi seperti fase pra [[oedipal]], bayi akan menyadari bahwa ternyata dirinya tidaklah menyatu dengan objek pemuas kebutuhannya; yaitu sang ibu. Hal ini membuat sang bayi merasa kehilangan, kekurangan, dan ingin menyatu kembali dengan ibunya. Bayi pun mulai menyadari bahwa ternyata ada "yang lain" (ibu dan orang lain) yang utuh. Namun demikian, bayi masih belum mempunyai konsep tentang "diri".<ref name=":0">Polimpung, Hizkia Yosie. (2014). "Asal-usul Kedaulatan: Telusur Psikogenealogis Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara". Depok: Penerbit Kepik.</ref> Hal ini membawa bayi pada hal penting berikutnya, yaitu bergesernya keutuhan menjadi permintaan. Karena kebutuhannya tak lagi terpenuhi, sang bayi harus memintanya. Sayang bayi belum bisa mengartikulasikan permintaanya dengan tepat; ia hanya menangis untuk mengungkapkan segala permintaannya; ia belum bisa berbahasa. Alhasil, sang ibu atau siapa pun tidak akan dengan tepat memenuhi permintaan si bayi.<ref name=":0"> Ketiga, sekaligus terpenting, adalah [[tahap cermin]], yaitu tahap dimana terjadi proses identifikasi dari pada bayi. Identifikasi, menurut Lacan, adalah suatu transformasi yang terjadi pada benak [[Subjek_(filsafat)|Subjek]] saat membayangkan suatu citra; atau suatu transformasi yang terjadi pada subjek saat ia mengenakan suatu citraan pada dirinya. Identifikasi yang pertama-tama dilakukan sang bayi terjadi saat ia mengidentifikasi "yang lain" (''others''), yaitu saat ia menyadari citraan-citraan yang lain di sekitarnya. Berikutnya adalah saat ia mengidentifikasikan dirinya di depan cermin.
'''Tatanan imajiner''' adalah salah satu konsep [[psikoanalisis]] [[Jacques Lacan]], dalam menjelaskan struktur pembentukan [[Subjek_(filsafat)|Subjek]], dalam mendapatkan konsepsi ke-diri-annya, selain [[tatanan simbolik]], dan [[tatanan riil]]; yang membentuk formasi simpul Borromean. Pada perkembangan tatanan imajiner terjadi tiga hal penting. Pertama, adalah saat bayi menyadari keterpisahannya dengan sang ibu. Pada saat kebutuhannya tidak langsung atau otomatis terpenuhi seperti fase pra [[oedipal]], bayi akan menyadari bahwa ternyata dirinya tidaklah menyatu dengan objek pemuas kebutuhannya; yaitu sang ibu. Hal ini membuat sang bayi merasa kehilangan, kekurangan, dan ingin menyatu kembali dengan ibunya. Bayi pun mulai menyadari bahwa ternyata ada "yang lain" (ibu dan orang lain) yang utuh. Namun demikian, bayi masih belum mempunyai konsep tentang "diri".<ref name=":0">Polimpung, Hizkia Yosie. (2014). "Asal-usul Kedaulatan: Telusur Psikogenealogis Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara". Depok: Penerbit Kepik.</ref> Hal ini membawa bayi pada hal penting berikutnya, yaitu bergesernya keutuhan menjadi permintaan. Karena kebutuhannya tak lagi terpenuhi, sang bayi harus memintanya. Sayang bayi belum bisa mengartikulasikan permintaanya dengan tepat; ia hanya menangis untuk mengungkapkan segala permintaannya; ia belum bisa berbahasa. Alhasil, sang ibu atau siapa pun tidak akan dengan tepat memenuhi permintaan si bayi.<ref name=":0"/> Ketiga, sekaligus terpenting, adalah [[tahap cermin]], yaitu tahap dimana terjadi proses identifikasi dari pada bayi. Identifikasi, menurut Lacan, adalah suatu transformasi yang terjadi pada benak [[Subjek_(filsafat)|Subjek]] saat membayangkan suatu citra; atau suatu transformasi yang terjadi pada subjek saat ia mengenakan suatu citraan pada dirinya. Identifikasi yang pertama-tama dilakukan sang bayi terjadi saat ia mengidentifikasi "yang lain" (''others''), yaitu saat ia menyadari citraan-citraan yang lain di sekitarnya. Berikutnya adalah saat ia mengidentifikasikan dirinya di depan cermin.<ref name=":0"/>


Dalam proses [[tahap cermin]], seorang anak tidak mengenali dirinya secara utuh dan baru mendapatkan gambaran dirinya secara utuh dalam cermin. Proses ini akan berkembang dan seseorang akan mulai mencari gambaran dirinya dan mengidentifikasikan dirinya dalam gambaran lain yang dilihatnya. Proses ini dikenal dengan istilah Jerman ''Spaltung'' (atau "spliting of the self"); yaitu keterpecahan diri subjek. Dalam tatanan inilah ego muncul, dibangun melalui identifikasi dengan ''specular image''. Lacan menyebut refleksi pada cermin ini sebagai ''imago''. Imago adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang bukan diri sang anak, tetapi diidentifikasikan sebagai dirinya oleh sang anak. Dalam tahap ini Lacan juga menyebutkan bahwa sang Subjek direduksi menjadi sebuah mata; karena dalam tatanan ini persepsi visual memegang peranan utama. Tatanan Imajiner adalah tatanan yang dipenuhi dengan gambaran-gambaran, baik bersifat sadar maupun tidak sadar. Tatanan ini mendahului [[bahasa]] dan pemahaman tentang [[seksualitas]]. Tatanan ini sangat bergantung pada persepsi visual (atau Lacan menyebutnya ''specular imaging''). Dalam tatanan ini ada tatapan (''gaze'') yang menurut Lacan adalah medium bagi hasrat. Tatapan inilah yang memisahkan hasrat dengan objeknya, sehingga menciptakan sebuah jurang lebar, atau sebuah lubang dalam diri sang [[Subjek_(filsafat)|Subjek]] dan antara [[Subjek_(filsafat)|Subjek]] dengan dunia luar.<ref name=":1">Lukman, Lisa. (2011). "Proses Pembentukan Subjek: Antropologi Jacques Lacan". Jakarta: Penerbit Kanisius.</ref>
Dalam proses [[tahap cermin]], seorang anak tidak mengenali dirinya secara utuh dan baru mendapatkan gambaran dirinya secara utuh dalam cermin. Proses ini akan berkembang dan seseorang akan mulai mencari gambaran dirinya dan mengidentifikasikan dirinya dalam gambaran lain yang dilihatnya. Proses ini dikenal dengan istilah Jerman ''Spaltung'' (atau "spliting of the self"); yaitu keterpecahan diri subjek. Dalam tatanan inilah ego muncul, dibangun melalui identifikasi dengan ''specular image''. Lacan menyebut refleksi pada cermin ini sebagai ''imago''. Imago adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang bukan diri sang anak, tetapi diidentifikasikan sebagai dirinya oleh sang anak. Dalam tahap ini Lacan juga menyebutkan bahwa sang Subjek direduksi menjadi sebuah mata; karena dalam tatanan ini persepsi visual memegang peranan utama. Tatanan Imajiner adalah tatanan yang dipenuhi dengan gambaran-gambaran, baik bersifat sadar maupun tidak sadar. Tatanan ini mendahului [[bahasa]] dan pemahaman tentang [[seksualitas]]. Tatanan ini sangat bergantung pada persepsi visual (atau Lacan menyebutnya ''specular imaging''). Dalam tatanan ini ada tatapan (''gaze'') yang menurut Lacan adalah medium bagi hasrat. Tatapan inilah yang memisahkan hasrat dengan objeknya, sehingga menciptakan sebuah jurang lebar, atau sebuah lubang dalam diri sang [[Subjek_(filsafat)|Subjek]] dan antara [[Subjek_(filsafat)|Subjek]] dengan dunia luar.<ref name=":1">Lukman, Lisa. (2011). "Proses Pembentukan Subjek: Antropologi Jacques Lacan". Jakarta: Penerbit Kanisius.</ref>


Dalam tatanan inilah terjadi alienasi pada disi sang anak. Sang anak diasingkan dari dirinya sendiri dan diidentifikasikan dengan "yang lain", yang bukan dirinya. Hal ini akan terjadi di sepanjang hidup sang anak, dia akan selalu mengidentifikasikan diirinya dengan "yang lain", sebagai pantulan dalam cermin yang mengandung diri ilusif maupun mencari gambaran dirinya dalam diri orang lain. Tatanan imajiner ini dipenuhi dengan gambaran dan imajinasi, dan juga kekeliruan.<ref name=":0">
Dalam tatanan inilah terjadi alienasi pada disi sang anak. Sang anak diasingkan dari dirinya sendiri dan diidentifikasikan dengan "yang lain", yang bukan dirinya. Hal ini akan terjadi di sepanjang hidup sang anak, dia akan selalu mengidentifikasikan diirinya dengan "yang lain", sebagai pantulan dalam cermin yang mengandung diri ilusif maupun mencari gambaran dirinya dalam diri orang lain. Tatanan imajiner ini dipenuhi dengan gambaran dan imajinasi, dan juga kekeliruan.<ref name=":0"/>


==Catatan kaki==
==Catatan kaki==

Revisi per 23 Oktober 2017 13.36

Tatanan imajiner adalah salah satu konsep psikoanalisis Jacques Lacan, dalam menjelaskan struktur pembentukan Subjek, dalam mendapatkan konsepsi ke-diri-annya, selain tatanan simbolik, dan tatanan riil; yang membentuk formasi simpul Borromean. Pada perkembangan tatanan imajiner terjadi tiga hal penting. Pertama, adalah saat bayi menyadari keterpisahannya dengan sang ibu. Pada saat kebutuhannya tidak langsung atau otomatis terpenuhi seperti fase pra oedipal, bayi akan menyadari bahwa ternyata dirinya tidaklah menyatu dengan objek pemuas kebutuhannya; yaitu sang ibu. Hal ini membuat sang bayi merasa kehilangan, kekurangan, dan ingin menyatu kembali dengan ibunya. Bayi pun mulai menyadari bahwa ternyata ada "yang lain" (ibu dan orang lain) yang utuh. Namun demikian, bayi masih belum mempunyai konsep tentang "diri".[1] Hal ini membawa bayi pada hal penting berikutnya, yaitu bergesernya keutuhan menjadi permintaan. Karena kebutuhannya tak lagi terpenuhi, sang bayi harus memintanya. Sayang bayi belum bisa mengartikulasikan permintaanya dengan tepat; ia hanya menangis untuk mengungkapkan segala permintaannya; ia belum bisa berbahasa. Alhasil, sang ibu atau siapa pun tidak akan dengan tepat memenuhi permintaan si bayi.[1] Ketiga, sekaligus terpenting, adalah tahap cermin, yaitu tahap dimana terjadi proses identifikasi dari pada bayi. Identifikasi, menurut Lacan, adalah suatu transformasi yang terjadi pada benak Subjek saat membayangkan suatu citra; atau suatu transformasi yang terjadi pada subjek saat ia mengenakan suatu citraan pada dirinya. Identifikasi yang pertama-tama dilakukan sang bayi terjadi saat ia mengidentifikasi "yang lain" (others), yaitu saat ia menyadari citraan-citraan yang lain di sekitarnya. Berikutnya adalah saat ia mengidentifikasikan dirinya di depan cermin.[1]

Dalam proses tahap cermin, seorang anak tidak mengenali dirinya secara utuh dan baru mendapatkan gambaran dirinya secara utuh dalam cermin. Proses ini akan berkembang dan seseorang akan mulai mencari gambaran dirinya dan mengidentifikasikan dirinya dalam gambaran lain yang dilihatnya. Proses ini dikenal dengan istilah Jerman Spaltung (atau "spliting of the self"); yaitu keterpecahan diri subjek. Dalam tatanan inilah ego muncul, dibangun melalui identifikasi dengan specular image. Lacan menyebut refleksi pada cermin ini sebagai imago. Imago adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang bukan diri sang anak, tetapi diidentifikasikan sebagai dirinya oleh sang anak. Dalam tahap ini Lacan juga menyebutkan bahwa sang Subjek direduksi menjadi sebuah mata; karena dalam tatanan ini persepsi visual memegang peranan utama. Tatanan Imajiner adalah tatanan yang dipenuhi dengan gambaran-gambaran, baik bersifat sadar maupun tidak sadar. Tatanan ini mendahului bahasa dan pemahaman tentang seksualitas. Tatanan ini sangat bergantung pada persepsi visual (atau Lacan menyebutnya specular imaging). Dalam tatanan ini ada tatapan (gaze) yang menurut Lacan adalah medium bagi hasrat. Tatapan inilah yang memisahkan hasrat dengan objeknya, sehingga menciptakan sebuah jurang lebar, atau sebuah lubang dalam diri sang Subjek dan antara Subjek dengan dunia luar.[2]

Dalam tatanan inilah terjadi alienasi pada disi sang anak. Sang anak diasingkan dari dirinya sendiri dan diidentifikasikan dengan "yang lain", yang bukan dirinya. Hal ini akan terjadi di sepanjang hidup sang anak, dia akan selalu mengidentifikasikan diirinya dengan "yang lain", sebagai pantulan dalam cermin yang mengandung diri ilusif maupun mencari gambaran dirinya dalam diri orang lain. Tatanan imajiner ini dipenuhi dengan gambaran dan imajinasi, dan juga kekeliruan.[1]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d Polimpung, Hizkia Yosie. (2014). "Asal-usul Kedaulatan: Telusur Psikogenealogis Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara". Depok: Penerbit Kepik.
  2. ^ Lukman, Lisa. (2011). "Proses Pembentukan Subjek: Antropologi Jacques Lacan". Jakarta: Penerbit Kanisius.

Pranala luar