Lompat ke isi

Medan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 13787163 oleh Bonaditya (bicara)
Tag: Menghapus pengalihan Pembatalan
Baris 365: Baris 365:
* [[Rajawali Televisi|RTV (Indonesia)]]
* [[Rajawali Televisi|RTV (Indonesia)]]
* {{Ill|INTV (TV station)|id|INTV|lt=INTV}} ([[INTV|id]] [[Kategori:Interlanguage link template link number|A]] )
* {{Ill|INTV (TV station)|id|INTV|lt=INTV}} ([[INTV|id]] [[Kategori:Interlanguage link template link number|A]] )
* Berita terbaru hari ini TV
* Berita terbaru hari ini TV dan [[STTV]]
* [[Kompas TV]]
* [[Kompas TV]]
* {{Ill|CTV Banten (TV station|id|CTV Banten|lt=CTV Medan}} ([[CTV Banten|id]] [[Kategori:Interlanguage link template link number|A]] ) - 61 UHF untuk mulai (Toba TV Medan)
* {{Ill|CTV Banten (TV station|id|CTV Banten|lt=CTV Medan}} ([[CTV Banten|id]] [[Kategori:Interlanguage link template link number|A]] ) - 61 UHF untuk mulai (Toba TV Medan)

Revisi per 28 Maret 2018 06.08

Medan
City of Medan
Transkripsi Other
 • Jawiميدن
 • Chinese棉兰 (Simplified)
棉蘭 (Traditional)
 • Batakᯔᯮᯑ᯲
 • Tamilமேடான்
From top, left to right: Graha Maria Annai Velangkanni church, London Sumatra building in Kesawan, Medan's Old City Hall, Hillpark Sibolangit amusement park, Sun Plaza mall, and Great Mosque of Medan.
From top, left to right:
Graha Maria Annai Velangkanni church, London Sumatra building in Kesawan, Medan's Old City Hall, Hillpark Sibolangit amusement park, Sun Plaza mall, and Great Mosque of Medan.
Lambang resmi Medan
Julukan: 
Parijs van Sumatra (Dutch) (Paris of Sumatra)
Motto: 
Bekerja sama dan sama-sama bekerja
(Working together and everybody work)
Location within North Sumatra
Location within North Sumatra
Country Indonesia
RegionSumatra
ProvinceTemplat:Country data North Sumatra
Founded1 July 1590
Pemerintahan
 • MayorDzulmin Eldin[1]
 • Vice MayorAkhyar Nasution
Luas
 • City265,10 km2 (10,240 sq mi)
 • Luas metropolitan
1,991,1 km2 (0,7.688 sq mi)
Ketinggian
2,5–37,5 m (8–123 ft)
Populasi
 (2010 census)
 • City2.097.610
 • Kepadatan0/km2 (0,00.020/sq mi)
 • Perkotaan
2.046.973
 • Metropolitan
4.103.696
 • Kepadatan metropolitan2,1/km2 (5,3/sq mi)
DemonimMedanese
Zona waktuUTC+7 (IWST)
Kode area telepon(+62) 61
Pelat kendaraanBK
Situs webpemkomedan.go.id
Medan
Hanzi tradisional: 棉蘭
Hanzi sederhana: 棉兰

Medan (Jawi: ميدن, Batak: ᯔᯮᯑ᯲, Cina: 棉蘭, Tamil: மேடான், pelafalan dalam bahasa Indonesia: [meˈdan]); adalah ibukota dari Sumatera Utara propinsi di Indonesia. Terletak di sepanjang pantai timur laut Sumatra island, Medan merupakan kota terbesar keempat dengan populasi di Indonesia, behind Jakarta, Surabaya dan Bandung.[2] Dengan 2,097,610 penduduk pada sensus 2010, Medan-sisa pemukiman terbesar di luar Jawa island dan menikmati keragaman multikultural masyarakat.[3] Berbatasan dengan Selat Malaka, Medan adalah kota perdagangan kota di seluruh pulau yang terletak di dekat selat yang merupakan salah satu yang paling penting jalur pelayaran di dunia. Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat, yang dapat diakses melalui Pelabuhan Belawan dan Bandara Internasional Kuala Namu, menyatakan kota itu sebagai kota terbesar ketiga di negara dengan ekonomi setelah Jakarta dan Surabaya, kota ini ekonomi dikaitkan juga dengan Malaysia, kota-kota (terutama di Penang dan Kuala Lumpur) dan Singapura oleh perdagangan, jasa dan sumber daya alam pertukaran. Kedua pelabuhan dan bandara yang terhubung ke pusat kota melalui jalan tol dan kereta api. Medan juga menjadi kota pertama di Indonesia untuk memiliki bandara yang didukung dengan layanan kereta api.

Kota ini didirikan oleh Guru Patimpus, Karonese pria yang bernama rawa tanah di pertemuan Sungai Deli dan sungai Babura sebagai Kampung Medan Putri (Desa Medan) sebagai pemukiman pertama. Pada tahun 1632, Deli didirikan oleh Gocah Pahlawan, yang menjadi raja pertama. Pada abad ke-18, delapan raja, Sultan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam, mulai menjalin hubungan dengan belanda. Jacob Nienhuys, belanda pedagang tembakau, merintis membuka perkebunan tembakau di Tanah Deli. Nama daerah ini berubah ke Medan-Deli ketika itu didirikan oleh belanda tembakau perdagangan setelah pembentukan Deli Perusahaan. Dengan bantuan dari ke-9 Kesultanan Sultan ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam, dan juga terkenal Cina pengusaha Tjong Yong Hian dan Tjong A Fie, perkembangan pesat ekonomi berubah Medan-Deli menjadi pusat perdagangan dengan julukan het land dollar, alias tanah uang. The Deli Kereta api didirikan untuk pengiriman karet, teh, kayu, kelapa sawit, dan industri gula dari kota ke kota Belawan, kota pelabuhan yang terletak di utara Medan. Medan sempat ibukota Negara bagian Sumatera Timur, yang didirikan pada tahun 1947 sebagai akibat dari belanda "tindakan polisi" terhadap yang baru merdeka Indonesia dan kemudian menjadi bagian dari republik Indonesia Serikat dari tahun 1949 hingga tahun 1950. Setelah berdirinya Republik Indonesia, Medan yang menjadi ibukota Sumatera Utara pada pertengahan tahun 1950.

Medan dijuluki oleh belanda Parijs van Sumatera karena kota ini memiliki banyak kemiripan dengan Paris. Lamudi, dunia real estate portal, diakui Medan sebagai salah satu di antara enam kota di Asia yang memiliki dan melestarikan beberapa arsitektur kolonial situs, saat mendampingi pertumbuhan sebagai kota metropolitan.[4]

Dalam beberapa tahun terakhir, kota ini telah mengalami perkembangan yang pesat, dan telah melihat skala besar proyek-proyek infrastruktur seperti bandara, pelabuhan, peningkatan jalan kereta api, jalan tol, dan direncanakan mass rapid transit system. Harga properti residensial di Medan juga cenderung meningkat selama periode dari tahun 2013 hingga kuartal pertama 2015, menurut Bank Indonesia (BI). Menurut BI, Medan indeks harga properti residensial naik dari 205.24 di kuartal keempat 2013 untuk 212.17 di kuartal keempat tahun 2014, dan untuk 214.41 di kuartal pertama 2015.[5]

Etimologi

Menurut catatan portugis pedagang di awal abad ke-16, nama dari Medan sebenarnya berasal dari kata Tamil Maidhan, juga dikenal sebagai Maidhāṉam (bahasa Tamil: மைதானம்), yang berarti Tanah, yang diadopsi dari bahasa Melayu. Salah satu Karo-Indonesia kamus yang ditulis oleh Darwin Prinst SH yang diterbitkan pada tahun 2002 menyatakan bahwa Medan juga dapat didefinisikan sebagai "sembuh" atau "menjadi lebih baik".

Sejarah

Pada zaman kuno, kota Medan dikenal sebagai Kampung Medan (Medan Desa). Itu adalah bagian dari tanah berawa-rawa dengan luas sekitar 4000 ha. Beberapa sungai melintasi kota Medan mengalir ke Selat Malaka. Sungai-sungai tersebut adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Percut dan Muara Belawan.

Aru Raya

Daerah di dalam dan sekitar kota Medan, Deli dan Langkat Regency adalah lokasi kuno Kerajaan Aru (Haru). Kerajaan ini didirikan oleh orang Karo dan berkembang di antara ke-13 ke abad ke-16.[6] Beberapa situs arkeologi di sekitar Medan yang terhubung ke Kerajaan Aru, termasuk Kota dalam Rentang Hamparan Perak daerah, Kabupaten Deli Serdang,[7] yang arkeologi situs Kota Cina di Medan Marelan,[8] dan Benteng Putri Hijau, sebuah benteng merusak di Deli Tua, Namorambe, Kabupaten Deli Serdang.[9]

Berdirinya Medan

Medan dimulai sebagai sebuah Kampung bernama Kampung Medan (Medan Desa). Kampung Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Karonese orang yang datang dari Tanah Karo. Sebelum ia menjadi seorang Muslim, dia adalah seorang Pemena follower. Berikut sejarah "trombo" dan Hamparan Perak (XII Kuta), Guru Patimpus mempelajari Islam dari Datuk Kota Bangun. Pada saat itu, Guru Patimpus dan orang-orang yang ingin bertemu Datuk Kota Bangun. Tidak hanya apakah mereka ingin bertemu Datuk Kota Bangun, mereka juga ingin bersaing dengan dia untuk kekuasaan. Setiap kali Guru Patimpus pergi ke Kota Bangun, dia selalu melewati Pulo Brayan. Di Pulo Brayan, Guru Patimpus jatuh di cintai dengan Putri dari Pulo Brayan Raja. Akhirnya, ia menikah dengan putri dan dua putra, Kolok dan Kecik. Setelah ia menikah, Guru Patimpus dan istrinya berbalik kawasan hutan di pertemuan antara Sungai Delidan Sungai Babura ke sebuah desa kecil dan itu disebut Kampung Medan. Selain itu, telah ditandai sebagai tanggal dari Medan ulang tahun. Itu terjadi pada bulan juli, 1 tahun 1590.[10]

Pada masa hidupnya, Guru Patimpus adalah diklasifikasikan sebagai orang-orang yang berpikir ke depan. Hal ini terbukti dengan mengirimkan anak-anak mereka belajar (study) membaca Al-qur'an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian mengirim mereka untuk memperdalam tentang Islam ke Aceh.

Di hari-hari awal, penduduk asli yang disebut sebagai Tanah Deli (Indonesia: Tanah Deli), mulai dari Sungai Ular ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada saat itu wilayah yang tidak menutupi daerah antara dua sungai.

Pernyataan yang menyatakan bahwa Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui pesan Deli: In Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Pernyataan itu mengatakan bahwa awal Kampung Medan adalah sebuah benteng yang terdiri dari dua lapisan bundaran berbentuk dinding di pertemuan antara dua sungai yaitu Deli dan sungai Babura. Yang Administrateur rumah ini terletak di seberang sungai dari Kampung Medan. Lokasi Kampung Medan di zaman modern lokasi Wisma Benteng bangunan sekarang dan Administrateur rumah di masa kini-hari PTP IX Tembakau Deli bangunan.

Kesultanan Deli

Pada abad ke-16 ada sebuah kerajaan yang disebut Aru, dengan pusatnya terletak di mana Deli Tua sekarang (selatan Medan). Pada tahun 1612 rakyat Aceh Sultan Iskandar Muda dikalahkan Aru. Rakyat Aceh ditunjuk Hisyamsudin (kemudian ia mengubah namanya menjadi "Gocah Pahlawan"), yang berjudul sebagai Laksamana Kuda Bintan sebagai perwakilan mereka di kerajaan Timur Sumatera. Pada tahun 1632 Aceh mendirikan Kesultanan Deli (Jawi: کسلطانن دلي) dan Gocah Pahlawan menjadi raja pertama. Gocah Pahlawan membuka lahan baru di Sungai Lalang dan Percut. Sebagai Walikota dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan ukuran besar Kerajaan Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga menutupi Percut Sei Tuan dan Medan Deli kabupaten sekarang. Dia juga mendirikan desa Gunung Barus, Sampali, Kota Bangun, Pulo Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas dan Sigara-gara. Ia meninggal pada 1669 dan diikuti oleh anaknya "Tuangku Panglima Perunggit" siapa yang memindahkan pusat kerajaan ke Labuhan Deli, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Medan Labuhan, sekitar 15 km dari pusat kota sekarang.

Pada masa ketiga raja, "Tuanku Panglima Padrap" (memerintah 1698-1728), kerajaan dipindahkan ke Pulo Brayan akibat banjir. Keempat raja, "Tuanku Panglima Pasutan" (memerintah antara 1728-1761) yang diselenggarakan kerajaan di empat suku, masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk (Melayu judul untuk peringkat tinggi orang). Selama waktu kelima raja, "Tuanku Panglima Gandar Wahib" (memerintah 1761-1805) Datuks meningkatkan kekuatan mereka.

Sultan Amaluddin, keenam sultan meninggalkan Masjid Agung pada puncak hari, pada bulan februari 1925

Keenam penguasa adalah "Sultan Amaluddin Mengedar Alam" (memerintah 1805-1850). Selama bertahun-tahun Kesultanan Siak menjadi pengaruh yang lebih kuat di Deli dari Kesultanan Aceh, dan penguasa diberi judul: Sultan. Ketujuh penguasa adalah "Sultan Osman Perkasa Alam" (memerintah tahun 1850 sampai tahun 1858), selama kepemimpinannya Deli menjadi otonom.

Kedelapan penguasa, "Sultan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alam" (memerintah 1858-1873) mulai hubungan dengan belanda, hubungan menjadi lebih intim. Penguasa berikutnya adalah "Sultan ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamyah", yang memerintah dari tahun 1873 hingga tahun 1924 ketika tembakau perdagangan diperluas. Ia memindahkan kerajaan ke Medan dan selesai pembangunan Istana Maimun pada tahun 1888. Ia juga membangun masjid agung Al Ma'shun yang umumnya dikenal sebagai (Masjid Agung Medan) sekarang pada tahun 1907, ia menjadi dikenal sebagai pembangun awal Medan bekerjasama dengan belanda dan "Tjong Yong Hian" dan Tjong A Fie, dua pengusaha Cina saudara dan juga Kapitans yang dibangun besar usaha perkebunan di Deli. Mereka semua dibawa ke Medan-Deli seperti baru pengembangan daerah termasuk pusat-pusat bisnis seperti bank, kantor, perkebunan, perumahan, kereta api dan pelabuhan. Kesepuluh "Sultan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah" (memerintah 1924-1945) memperluas pelabuhan, perdagangan meningkat selama periode itu. Pada deklarasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan mengakui kedaulatan republik dan kembali mengingat fungsi penting sebagai administrator Deli-Melayu tradisi dan budaya.

Kesultanan Deli masih tetap eksis sampai hari ini, meskipun administratif kekuasaan telah diganti dengan terpilih sebagai Walikota. Saat ini sultan adalah "Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alam" ke-14 sultan, (memerintah sejak tahun 2005). Dimahkotai usia delapan tahun, ia adalah anak bungsu sultan yang telah dimahkotai di Deli sejarah.

Era Hindia belanda

Aerial view dari Pelabuhan Belawan, tahun 1920-an
Kuli yang bekerja di tempat tidur benih di sebuah perkebunan tembakau di Medan, sekitar tahun 1900-an

Pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 berarti sangat intensif lalu lintas antara Eropa dan Timur Jauh. Belanda memulai pelayaran perusahaan Stoomvaart Maatschappij Nederland yang kemudian berkembang dengan cepat 43 kapal uap pada tahun 1877. Inggris, namun, sudah 3,000 kapal pada hari-hari. Perjalanan dari Eropa ke Indonesia mengambil sekitar 40 hari. Genoa, Italia menjadi pelabuhan transit bagi kapal penumpang setelah pembukaan Terowongan Gotthard di Swiss. Perjalanan dikurangi menjadi 23 hari dan 20 jam ke Batavia (Jakarta). Kapal-kapal juga menjadi lebih besar dan lebih nyaman.

Hal ini mengakibatkan peningkatan di kapal-kapal pesiar yang membawa didominasi kulit putih orang Eropa yang datang ke Hindia belanda sebagai wisatawan untuk tur daerah, termasuk Medan sebagai yang terbesar tembakau perkebunan di Hindia belanda pada waktu itu. Untuk mengakomodasi para wisatawan, hal itu dianggap perlu untuk memiliki Eropa-hotel kelas. Oleh karena itu, pada tahun 1898, belanda pengusaha bernama Aeint Herman de Boer dibangun Hotel de Boer di barat laut dari Esplanade (sekarang Lapangan Merdeka Medan).

Ekspor sangat tergantung pada Inggris pengiriman pada tahun 1890 ketika Sabang menjadi sebuah bunker di pelabuhan. Belawan mendapat harbor pada tahun 1923. Perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang didirikan untuk tujuan pengiriman berharga Deli Perusahaan tembakau, yang dikirim ke Batavia. Kargo ini hampir sama berharga dan aturan ketat diatur penanganan. Itu dilarang keras untuk menyimpan apa pun di atas tembakau dan kuli bahkan tidak berjalan di atasnya ketika mereka bekerja di menetas.[11]

Pembersihan jalan-jalan di Medan, sampai tahun 1912, yang dilakukan oleh para tahanan. Setelah itu bebas kuli mendapat pekerjaan. Pada tahun 1917, pemerintah mulai menggunakan gerobak yang ditarik kuda, dilengkapi dengan sapu untuk membersihkan. Pada tahun 1928 gerobak yang ditarik kuda digantikan oleh kendaraan bermotor. Koran pertama adalah 'Deli Courant', didirikan pada tahun 1885 meskipun tidak setiap hari publikasi. Pada tahun 1898, Joseph Hallermann, jerman, didirikan harian 'De Sumatra Post', yang bertahan sampai tahun 1939.

Ada pekebun di Medan dari berbagai negara: Inggris, Belanda, amerika SERIKAT, Perancis, Jerman, Polandia, dan Swiss. Banyak dari mereka menjadi sangat kaya dan memimpin gaya hidup makmur. Medan dikenal sebagai Paris dari Sumatera. Sampai saat ini, daerah di pusat kota dimana bandara ini terletak disebut Polonia, sebuah nama yang diberikan oleh seorang bangsawan polandia yang pernah dimiliki perkebunan di sini. Salah satu area Medan masih disebut Helvetia (nama lama dari Swiss). Nama ini diberikan oleh seorang pemilik perkebunan dari Swiss.

Perkebunan tembakau

Lukisan Jacob Nienhuys, pendiri penghasil tembakau Deli Perusahaan (Deli Maatschappij) selama Hindia belanda era

Medan tidak berkembang pesat sampai tahun 1860-an, ketika pemerintah hindia belanda mulai melepaskan lahan baru untuk perkebunan tembakau. Jacob Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, yang berada di belanda pedagang tembakau, merintis membuka perkebunan tembakau di Deli. Nienhuys' sebelumnya bisnis tembakau di Jawa pindah ke Deli setelah undangan oleh seorang Arab dari Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, ipar dari Deli, Sultan Mahmud Perkasa Alam. Awalnya Nienhuys dibudidayakan tembakau pada 4.000 hektar lahan di Tanjong Spassi, dekat Labuhan, yang dimiliki oleh Sultan Deli. Pada Maret 1864, Nienhuys mengirim sampel tanaman tembakau ke Rotterdam, Belanda untuk uji kualitas. Rupanya, daun tembakau yang dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Karenanya Deli nama rose sebagai penghasil cerutu terbaik bungkus untuk orang-orang Eropa.

Lambang Medan selama era kolonial, menunjukkan tanaman tembakau sebagai biaya.

Tembakau perjanjian itu ditandatangani oleh Sultan Deli dan belanda pada tahun 1865. Setelah dua tahun, Nienhuys bersama Sini, P. W. Clemen, Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij Kampung Medan. Kantor baru dibangun pada pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tepatnya di kantor PTPN II (ex PTP IX) sekarang. Dengan transfer dari kantor, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, serta daerah dengan paling dominan pembangunan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan ekonomi berubah Deli menjadi pusat perdagangan utama dijuluki het land dolar alias tanah uang. Kemudian, mereka membuka perkebunan baru di Martubung dan Sunggal daerah pada tahun 1869, dan juga di Sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875, sehingga total menjadi 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau sudah sangat luas dan berkembang, Kampung Medan menjadi semakin ramai dan kemudian dikembangkan dengan nama yang dikenal sebagai Medan-Deli.

Pengembangan Medan-Deli sebagai pusat perdagangan yang diikuti oleh itu menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 1879, Modal Asisten Deli Penduduk pindah dari Labuhan ke Medan. Pada 1 Maret 1887, ibukota Residen Sumatera Timur juga pindah dari Bengkalis ke Medan Istana Kesultanan Deli yang terletak di Kampung Bahari (Labuhan) dan Pulo Brayan juga pindah dengan selesainya Istana Maimoon pada 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli resmi pindah ke Medan.

Pertumbuhan dari Medan-Deli

Medan diambil dari udara, cicra 1928-1940
Aerial view dari Medan, 1920. Hal ini dapat dilihat dari foto: stasiun kereta api, the Esplanade (sekarang Jalan Merdeka), City Hall, the Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia), kantor pos, Hotel de Boer dan kantor Deli Maatschappij

Pada tahun 1915, Residensi Sumatera Timur ditingkatkan statusnya menjadi Gubernermen. Pada tahun 1918 kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kotapraja) dengan Walikota Baron tempat daniël Mackay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Grant Perbuatan) Nomor 97 Notaris J. M. de-Hondt Junior, tanggal 30 nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah Medan-Deli ke Gemeente, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah pemerintahan langsung dari Hindia belanda. Di hari-hari awal ini kota Medan masih terdiri dari empat kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.

Pada tahun 1918 ada 43.826 warga Medan, yang terdiri dari Eropa 409, 35,009 Asli Indonesia, 8,269 Cina dan 139 Timur asing seperti India.

Sejak itulah Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas yang dibangun. Beberapa di antaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan bernama AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, kereta api dari Pangkalan Brandan – Besitang (1919), Menara Air Tirtanadi (1908), Konsulat Amerika (1919), Guru sekolah di Jl. H. M. Yamin sekarang (tahun 1923), Mingguan Soematra (1924), kolam Renang Asosiasi Medan (1924), Central Market (Grote Markt/Toa Pa Sat atau 大巴刹), rumah Sakit St. Elizabeth, rumah Sakit Mata dan Kebun Bunga, lapangan Olahraga (1929).

Secara historis, perkembangan kota Medan, sejak awal, telah diposisikan di pusat perdagangan (ekspor-impor). Terpilih sebagai the Deli modal, Medan juga berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai sekarang di samping salah satu daerah kota, juga berfungsi sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara.[butuh klarifikasi]

Pendudukan jepang dan pasca kemerdekaan

Pasukan inggris akhir pendudukan Jepang di Medan.

Invasi Jepang dimulai pada tahun 1942 di seluruh Indonesia. Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah Tentara XXV tentara yang berbasis di Shonanto yang saat ini dikenal sebagai Singapore, mereka mendarat pada 11 dan 12 Maret 1942. Kekuatan itu terdiri dari Imperial Guard Divisi ditambah dengan ke-18 Divisi yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Nishimura. Mereka mendarat di empat lokasi: Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Perlak, Aceh sekarang) dan Tanjung Tiram (Batubara wilayah sekarang). Tanjung Tiram pasukan tentara yang pergi ke kota Medan, mereka naik sepeda yang mereka beli dari penduduk setempat, dan tentara Jepang menduduki kota Medan sampai 1945.

Setelah Kemerdekaan, pemerintah pusat mulai membangun RIS (republik Indonesia Serikat) tahun 1949, dan Medan menjadi ibukota negara Sumatera Timur dengan Tengku Mansur sebagai Negara Walikota. Setelah RIS era berakhir, Medan secara resmi menjadi ibukota Sumatera Utara. Pembangunan kota tetap stagnan sampai tahun 1970-an, ketika big perkembangan, terutama minyak sawit dan karet perkebunan kantor pusat perusahaan, membuat Medan kota tersibuk di luar Jawa. Besar program migrasi membawa banyak orang Jawa dan Batak orang-orang mulai menetap di kota ini banyak orang-orang dari Jawa dan pedesaan bagian dari provinsi mencari pekerjaan.

Medan mencapai satu juta penduduk mark pada tahun 1998 dan 2 juta di tahun 2010, dan kota sudah mulai disebut sebagai kota Metropolis sekitar tahun 2006.

Geografi

Medan adalah kota di bagian timur laut dari Sumatera island, di Sumatera Utara province. Medan terletak di tepi Sungai Deli dan Sungai Babura yang pakan alami yang terlindung pelabuhan dan kemudian ke Selat Malaka, telah membantu kota ini tumbuh cepat sebagai pelabuhan perdagangan.[12] elevasi bervariasi antara 25 dan 375 meter (82 dan 1.230 ft) di atas permukaan laut. Medan dekat dengan Barisan Pegunungan yang terletak di bagian selatan kota dan dekat dengan gunung berapi seperti Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung (terletak sejauh 50 hingga 70 kilometer (31 hingga 43 mil) dari kota).

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Köppen, Medan memiliki iklim hutan hujan tropis (Af) dengan tidak real musim kemarau.[13] Medan memang sudah terasa basah dan bulan kering, bulan terkering (februari) rata-rata melihat sekitar sepertiga dari curah hujan dari yang terbasah bulan (oktober). Suhu di kota ini rata-rata sekitar 27 °C (81 °F) sepanjang tahun. Curah hujan tahunan di kota Medan adalah sekitar 2,200 milimeter (0,0866 inci).

Data iklim Medan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 31.6
(88.9)
32
(90)
32.7
(90.9)
32.9
(91.2)
33.4
(92.1)
33.3
(91.9)
32.9
(91.2)
33.3
(91.9)
31.9
(89.4)
31.7
(89.1)
31
(88)
30.9
(87.6)
32.3
(90.18)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.2
(72)
22.6
(72.7)
23.2
(73.8)
23.5
(74.3)
23.3
(73.9)
23.6
(74.5)
23.5
(74.3)
22.8
(73)
22.2
(72)
22.6
(72.7)
23
(73)
22.5
(72.5)
22.92
(73.23)
Curah hujan mm (inci) 92
(3.62)
115
(4.53)
97
(3.82)
157
(6.18)
178
(7.01)
141
(5.55)
167
(6.57)
185
(7.28)
263
(10.35)
387
(15.24)
253
(9.96)
228
(8.98)
2.263
(89,09)
Rata-rata hari hujan 14 19 13 18 22 15 13 17 24 22 20 19 216
Rata-rata sinar matahari bulanan 96 106 111 105 111 144 124 108 78 74 84 84 1.225
Sumber #1: World Meteorological Organization[14]
Sumber #2: Deutscher Wetterdienst (sun, 1961–1990)[15][a]

Terletak di bagian tengah dari Kabupaten Deli Serdang, Medan, dikelilingi oleh kota-kota satelit dan kota-kota seperti Binjai, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Tembung, Percut Sei Tuan, dan Labuhan Deli yang membantu kota menjadi daerah perkotaan di Indonesia yang dikenal sebagai 'Mebidang' (Medan, Binjai, Deli Serdang)

Tata kelola

Tua dan bekas Medan City Hall gedung

Walikota

Medan diatur oleh walikota Dr. H. Abdillah Ak, MBA (ditunjuk untuk periode 2005-2010). Namun, Abdillah dan wakil walikota tertangkap oleh Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi para pejabat di 2008. Syamsul Arifin, Gubernur Sumatera Utara Provinsi, kemudian diangkat Affifudin Lubis untuk menjadi penjabat walikota. Pada tahun 2009, Affifudin Lubis mengundurkan diri sebagai walikota dan Gubernur kemudian diangkat Rahudman Harahap sebagai walikota. Karena Rahudman ingin menjadi seorang pria pada tahun 2010 walikota pemilu, ia juga mengundurkan diri dari kantor. Kemudian Syamsul Arifin dirinya menjadi plt walikota. Di tahun 2010 walikota pemilu, Rahudman Harahap memenangkan pemilu. Rahudman ditangkap karena korupsi yang mengakibatkan wakilnya Dzulmi Eldin resmi menjadi penjabat walikota.[16]

Pembagian administratif

Kabupaten divisi dari Medan

Medan dibagi menjadi 21 kecamatan (bahasa Indonesia: kecamatan), tabulasi di bawah ini, dan ini adalah sub-dibagi ke 151 kelurahan atau desa-desa (kelurahan):[17][18]

Berdasarkan peta, kota ini terpusat di sekitar Medan Petisah, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Kota, dan Medan Barat yang bertindak sebagai pusat kota. Medan Labuhan merupakan salah satu daerah dengan daerah lainnya dari Medan Belawan dan Medan Marelan yang terletak di bagian utara kota. Medan Tuntungan berfungsi sebagai gateway untuk Karoland regency, Medan Helvetia untuk Kota Binjai dan Langkat dan Medan Amplas ke Tebing Tinggi dan Pematang Siantar.

Demografi

Kota di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak keempat setelah Jakarta, Surabaya, dan Bandung, serta Indonesia kota terbesar di luar pulau Jawa pulau. Populasi telah meningkat dari 568,000 pada tahun 1968[19] empat kali lipat menjadi 2,1 juta pada tahun 2010. Banyak penduduk yang terletak di luar batas kota, terutama di Kabupaten Deli Serdang. Resmi Metropolitan area (Wilayah Metropolitan Medan) dihuni oleh 4,144,583 orang pada tahun 2010.

Pembagian administratif Area (km2) Populasi (Sensus 2010) Populasi (2015 Est) Kepadatan penduduk (/km2)
Medan (Kota) 265.10 2,109,330 2,210,624 8,339
Binjai (Kota) 90.24 246,010 264,687 2,933
Kabupaten Deli Serdang 2,384.62 1,789,243 2,029,308 851
Besar Medan 2,739.96 4,144,583 4,504,619 1,644

Etnis dan bahasa

Batak (termasuk Mandailing dan Karo orang) dan Jawa adalah kelompok etnis utama di Medan, dengan cukup besar Cina, Minangkabau dan Melayu populasi dan kelompok-kelompok kecil dari Aceh, Indian, Nias, dan Sunda orang. Medan juga memiliki warga asing dari India, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, China, Taiwan, Timur Tengah dan negara-negara Asia lainnya.[20]

Kelompok etnis di Medan, 2010
Etnis Populasi Persentase
Batak 721,368 34.39%
Jawa 650,888 31.03%
Cina 265,347 12.65%
Minangkabau 180,394 8.60%
Melayu 138.232 6.59%
India 52,859 2.52%
Aceh 42,371 2.02%
lain-lain 46,147 2.20%

Kota ini memiliki masyarakat yang beragam, tercermin oleh sejarah. Yang Batak adalah salah satu kelompok etnis utama di Medan; pada kenyataannya ada tiga sub-etnis Batak yang tinggal di kota ini termasuk Toba, Karo dan Mandailing Batak. Orang Karo adalah penduduk asli di Medan. Sementara itu, Toba orang-orang yang dipekerjakan oleh belanda sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit. Terakhir, Mandailing orang-orang datang massa setelah era kemerdekaan untuk menemukan pekerjaan yang lebih baik. Orang Batak tinggal di seluruh kota, sedangkan orang Karo yang tinggal di sekitar daerah selatan seperti Padang Bulan, Medan Johor dan Tuntungan. Orang Batak Toba berada di Marindal dan Amplas; jumlah besar juga hidup di kota terdekat-pusat seperti Medan Perjuangan kabupaten, sementara Mandailing orang-orang yang sebagian besar tinggal di Medan Tembung.

Selain itu, ada sejumlah besar etnis Jawa dengan masyarakat, sebagian besar terdiri dari keturunan orang-orang diangkut dari Jawa di akhir abad ke-19 untuk dipekerjakan sebagai pekerja kontrak di berbagai perkebunan di Sumatera Utara. Mereka biasanya dikenal sebagai Pujakesuma (Indonesia: Putra Jawa Kelahiran Sumatera, bahasa inggris: Sumatera yang lahir di Jawa). Kehadiran mereka di Medan dapat ditandai dari berbagai Jawa toponymies di Medan, seperti Tanjungsari, Sarirejo, Sidodadi, Sidorejo, dll. (sebagian besar di Medan Timur dan Medan Tembung area). Yang Melayu juga penduduk asli dari Medan, yang sudah tinggal di daerah pinggiran seperti Belawan dan Labuhan sejak Aru era sebagai nelayan. Mereka datang ke kota setelah Kesultanan Deli istana baru didirikan pada abad ke-18. Dari waktu ke waktu, Melayu yang tersebar di seluruh kota dengan konsentrasi terbesar dari orang-orang yang tinggal di Medan Maimun, Kota Matsum, Labuhan dan Belawan.

Sebuah komponen yang sangat terlihat dari penduduk kota adalah jumlah besar dari Cina yang bermigrasi dari China ke Deli pada abad ke-16 dengan migrasi massal yang terjadi di abad ke-19 bagi mereka yang mencari pekerjaan sebagai pekebun dan buruh. Sekarang, Medan merupakan rumah terbesar masyarakat Tionghoa di pulau Sumatera; mereka aktif dalam bisnis dan aktivitas perdagangan. Sebagian besar warga Tionghoa di Medan dapat berbicara fasih berbahasa Hokkian, dialek yang berasal dari Fujian di Cina Selatan. Medan juga memiliki variasi sendiri Hokkian, yang dikenal sebagai Medan Hokkien, yang memiliki kesamaan dengan Penang. Cina yang tinggal di seluruh kota, namun sebagian besar tinggal di sekitar pusat kota. Kota ini juga menjadi tuan rumah yang cukup besar komunitas Tamil keturunan yang umumnya dikenal sebagai Madrasis atau Tamilan. Terkenal Tamil lingkungan adalah Kampung Madras, yang terletak di pusat kota dan digembar-gemborkan sebagai salah satu bagian tersibuk kota.

Bersama kemudian Cina, Minangkabaus juga dikenal sebagai pedagang, pedagang, dan pengrajin, selain untuk pekerja kerah putih seperti dokter, pengacara, dan wartawan. Minang orang-orang yang datang ke Medan pada pertengahan abad ke-19. Di tahun 1960-an hingga 1980-an, jumlah orang Minangkabau yang bermigrasi ke Medan melonjak, dan membentuk 10% dari populasi di kota ini. Yang Minangkabaus yang tinggal di sekitar Medan Denai, dan Medan area.[21] Aceh adalah etnis minoritas lainnya di Medan. Sejumlah besar orang-orang Aceh yang sebagian besar datang setelah konflik yang terjadi di Aceh pada akhir 1970-an ketika mereka mencari perlindungan. Hari ini, mereka diketahui bekerja sebagai pedagang seperti toko kelontong operator dan dapat ditemukan di Mie Aceh restoran di sekitar Setia Budi Ring Road/Sunggal daerah.

Agama

Religion of Medan – 2015 Census[22][23]
religion percent
Islam
  
58,68%
Christianity
  
29,26%
Buddhism
  
10,90%
Hinduism
(incl Sikhism)
  
2,15%
Confucianism
(incl other folk religion)
  
0,01%
Others
  
0,01%

Islam adalah agama besar dari Medan, yang merupakan hampir 60 persen dari semua penduduk; sebagian besar dari orang-orang yang mengikuti Islam Jawa, Minangkabaus, Mandailing, Melayu, Aceh dan kecil Karonese orang. Masjid dan makanan Halal cukup mudah untuk menemukan di mana saja di sekitar kota. Kekristenan adalah agama terbesar kedua, yang merupakan sekitar 29.26 persen, sebagian besar Protestan dan kecil (sekitar 10 persen dari semua orang Kristen) adalah Katolik. Orang Batak (Toba, Karo, Simalungun), Nias dengan Cina dan India orang-orang yang utama penganut agama ini. The HKBP, GBKP dan Metodis yang terbesar Kristen denominasi di Medan. Agama buddha terbentuk di sekitar 9,90 persen, dengan Cina menjadi kelompok terbesar dari pengikut. Sebagian besar umat Buddha di Medan mengikuti Mahayana Buddhisme. Para pengikut menyembah Buddha, Maitreya dan juga Avalokitesvara. Hindu yang terbesar ke-4 agama di sekitar 2,15%. Pemerintah Indonesia tidak termasuk Sikh sebagai agama resmi, namun sebagian besar dari orang-orang Indian yang tinggal di Medan adalah pengikut. Agama hindu di Medan ini cukup berbeda dari bagian lain dari Indonesia yang cabang Bali versi Hindusm dan menyembah dewa-Dewa seperti Murugan, Shiva, Mariamman dan Krishna. Terakhir terdaftar agama di Medan Konfusianisme atau di Indonesia dikenal sebagai Konghucu, sebagian besar adalah penganut Cina, Taoisme dan agama Rakyat Cina juga termasuk sebagai Konghucu di KTP, Konfusius, Kuil dan Guandi yang paling menyembah Dewa dan Dewi untuk agama ini pengikut di Medan.

Ekonomi

Bank Indonesia gedung di Medan

Medan telah tumbuh menjadi salah satu kota metropolitan yang terbesar di Indonesia dan menjadi pusat pertumbuhan di provinsi Sumatera Utara. Sekarang kota ini penting komersial dan pusat ekonomi di Indonesia. Penduduk setempat, serta banyak orang asing telah mengatur bisnis mereka untuk mengambil keuntungan dari dinamika dan meningkatkan ekonomi. Medan perekonomian terutama didasarkan pada tembakau, karet, teh dan kopi budaya dan produksi, tetapi pertumbuhan sektor manufaktur seperti otomotif perakitan, produksi mesin, ubin, dll., juga berkontribusi sekarang untuk ekonomi kota. Medan lebih suka yang paling rajin kota di Sumatera yang terdiri dari banyak kecil, menengah dan skala usaha besar. Karena lokasinya yang dekat dengan Singapura itu fungsi strategis sebagai gerbang utama di wilayah barat Indonesia & untuk perdagangan barang dan jasa keuangan di dalam negeri, regional dan internasional. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang menjaga kantor-kantor di kota, yaitu London Sumatera, Lampu Philips, Toba Pulp Lestari, Marriott, ABB Group dan DBS Bank, dll. Medan adalah salah satu daerah di Indonesia yang paling menjanjikan pasar properti luar Jawa, dan beberapa high-nilai perkembangan yang telah mengubah pasar properti – dan skyline. Banyak negara besar pengembang properti bangunan kondominium, hotel, perkantoran dan pusat perbelanjaan di kota ini.

Budaya

Medan dihuni oleh berbagai kelompok etnis yang berbeda. Orang-orang melayu yang merupakan penduduk asli dari Medan area, dan memiliki akar yang dalam di Medan. Mereka mulai berkuasa di sana selama Deli sampai sekarang. Kerajaan memiliki banyak tanah dan harta warisan di Medan, seperti istana, masjid dan taman. Belanda dan Cina membawa kontributor besar untuk pembangunan kota, termasuk selama era Hindia belanda, banyak bangunan-bangunan bersejarah yang dibuat oleh belanda dan Peranakan architercture sepanjang Jalan Kesawan dan Pemuda. Kedatangan Minangkabaus, Batak, Jawa dan India orang membawa lebih banyak warna untuk budaya Medan, terutama masakan.

Museum

Taksidermi koleksi di Rahmat International Wildlife Museum dan Gallery

Dengan Sumatera Utara, Museum ini terletak sekitar 4 kilometer (2,5 mil) selatan dari pusat kota, yang terletak di Jalan HM. Joni 15 Medan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef dibuka Sumatera utara museum pada bulan April 1982.Museum ini buka pada hari selasa – kamis (08.00 – 16.00) sabtu – minggu (08.00 – 15.30 wib) dan Ditutup pada: hari: senin. Museum ini memberikan banyak informasi tentang etnis dan budaya yang ada di Sumatera Utara, termasuk sejarah dan cerita dari museum. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di museum ini adalah: foto-foto dan belajar, dan belajar tentang budaya dan objek Sumatera Utara sejarah.

Bukit Barisan Museum adalah sebuah museum militer dibuka oleh Brigade Jenderal Leo Lopulisa pada tanggal 21 juni 1971. Museum ini terletak di 8 Jalan H. Zainul Arifin, Medan. Itu beberapa rumah bersejarah senjata termasuk senjata yang digunakan dalam perjuangan kemerdekaan dan pemberontakan di Sumatera Utara pada tahun 1958. Di museum ini kita bisa melihat beberapa motif/ lukisan pemberontakan terhadap Belanda.[24]

Rahmat International Wildlife Museum & Gallery atau lebih dikenal sebagai Rahmat Gallery, dibuka pada tahun 1999 dan terutama yang paling luar biasa global taxidermy collection di kota, termasuk berbagai koleksi satwa liar, yang terletak di Jalan Letjen S. Parman no.309.[25]

Masakan

Soto Medan
Bika Ambon
Teng-Teng

Karena multiculturality, Medan memiliki luas bervariasi dari masakan yang dikategorikan sebagai hidangan lokal, barat, timur, dan Asia selatan dan Timur Tengah masakan, kota tuan rumah banyak kafe, restoran, pusat makanan dan juga pkl dengan harga yang bervariasi.

Nelayan adalah salah satu restoran terkenal di Medan, melayani halal-Chinese seafood terutama dim sum. Garuda adalah yang paling populer di Minangkabau dan Melayu restoran di Medan menyajikan nasi padang dan gulai, Cahaya Baru adalah sebuah restoran India yang terletak di Kampung Madras dengan yang paling dianjurkan makanan seperti roti prata dan tandoori. Yang paling banyak dikunjungi orang Batak restoran OnDo Batak grill dan Tesalonika dengan yang dikenal sebagai yang terbaik babi panggang atau Saksang.

Kota ini dikenal sebagai surga kuliner Indonesia yang menonjol bagi para pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai macam masakan yang sering menyajikan hidangan lokal murah, Medan memiliki beberapa yang paling dikenal kuliner seperti Jalan Selat Panjang dan Jalan Semarang untuk Chinese food, Jalan Pagaruyung untuk India dan Melayu makanan dan Jalan Padang Bulan untuk Batak makanan.

Merdeka Walk adalah yang pertama Struktur Tarik (Alfresco Konsep Outdoor) di Indonesia, diisi dengan berbagai kafe dan restoran. Durian adalah buah yang populer di Indonesia dan sudah ada di Medan. Buah berduri dengan rasa yang khas dan bau, tersedia untuk murah seluruh kota. Ucok Durian di sepanjang Jalan Iskandar Muda adalah yang paling dikenal penjual Durian di kota ini.

Soto Medan, ayam/babi/sapi/jeroan soto dengan menambahkan santan dan disajikan dengan kentang croqutte (perkedel). Potongan daging yang digoreng sebelum disajikan atau campuran.

Bika Ambon adalah makanan penutup dari Indonesia. Terbuat dari bahan-bahan seperti tepung tapioka, telur, gula, ragi dan santan, Bika Ambon umumnya dijual rasa pandan, meskipun rasa lain seperti pisang, durian, keju, cokelat juga tersedia.

Babi Panggang Karo disingkat BPK, adalah babi panggang dengan darah sebagai dipping saus sajikan dengan irisan tomat dan mentimun. Tiga hidangan yang disajikan dengan nasi putih dan sambal andaliman, yang terbuat dari segar sichuan paprika. Cina setara dengan babi panggang yang disebut sebagai Cha Sio (叉燒)

Tau Kua He Ci (豆干虾炸) setempat versi Cina dari Rujak tapi dibuat dengan udang goreng, sayuran dan tahu dengan saus sambal. Nama lainnya yang juga disebut sebagai Lap Choi (腊菜). Teng-Teng (丁丁) adalah permen yang dibuat dengan kacang.

Buah-buahan kering dan berbagai pilihan masakan dapat ditemukan di Pasar Rame, yang beroperasi setiap hari dari pagi sampai sore, yang terletak tepat di samping Thamrin Plaza.[26]

Bolu Meranti adalah yang paling terkenal buatan Swiss roll di Medan, biasanya lokal dan turis internasional selalu membeli kue untuk oleh-oleh dari kota. Yang Medanese ikan teri kering juga merupakan salah satu yang "harus" oleh-oleh dari Medan, bisa dibeli dari Pusat Pasar (Pasar Sentral).

Pariwisata

Menara Air Tirtanadi, ikon utama dari kota Medan, dibangun pada tahun 1908

Area

Para peranakan Tjong A Fie Mansion

Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih mempertahankan arsitektur belanda. Ini termasuk old City Hall, Medan Kantor Pos, Inna Dharma Deli Hotel, Titi Gantung (jembatan di atas rel kereta api), London Sumatra bangunan, rumah Tjong A Fie Mansion, AVROS, Warenhuis, dan Menara Air Tirtanadi, sebagian besar berada di sekitar kota tua Kesawan.

Ada beberapa tempat-tempat bersejarah seperti Istana Maimoon dibangun pada tahun 1887-1891, di mana Sultan Deli yang masih hidup (Sultan tidak lagi memegang kekuasaan resmi), Masjid raya Medan dibangun pada tahun 1906 dalam gaya Maroko oleh arsitek belanda A. J. Dingemans,.[27] kedua lokasi Istana Maimoon dan Masjid Agung dekat. Masjid yang terletak di Jalan Sisingamangaraja dan Istana yang terletak di Jalan Brigjen Katamso.

Gunung Timur Candi atau secara lokal dikenal sebagai Tong.-Yuk-Kuàng di Hokkian, adalah kota tertua di kuil Taoisme, yang terletak di Jalan Hang Tuah. Medan memiliki sebuah kuil Buddha bernama Vihara buddha Maha Vihara Maitreya, dan ada juga Buddhist centre terdekat disebut sebagai Maha Karuna Buddhist Centre (MKBC) kompleks candi ini dikenal sebagai salah satu yang terbesar non-sejarah candi Buddha di Indonesia, baik yang terletak di sekitar komplek perumahan Cemara Asri. Medan Katedral adalah gereja tertua di kota ini, dibangun oleh belanda dan India, masyarakat sekitar, dan gereja itu bernama Indische Kerk kembali kemudian, yang terletak di kota tua di sepanjang Jalan Pemuda. Kuil Sri Mariamman adalah yang pertama kuil Hindu di kota Medan yang dibangun sekitar tahun 1881 oleh Tamil masyarakat di kota ini, yang terletak di Jalan Zainul Arifin, Kota Little India atau yang lebih dikenal sebagai Kampung Madras, kuil ini memiliki keunikan arsitektur India selatan dengan seratus dewa Hindu, patung-patung di sekitar gedung.

Sejak tahun 2005, sebuah gereja katolik yang bernama Graha Maria Annai Velangkanni dibangun dengan Indo-Mogul gaya, yang ditujukan kepada Maria, ini khusus Saint tahu asal-usulnya dengan penampakan pada abad ke-17 di Tamil Nadu, India. Candi ini memiliki dua lantai dan satu menara kecil dari tujuh lantai itu, terletak di Jalan Sakura III, selain outer ring road di Jalan TB Simatupang.[28]

Belanja

Sun Plaza tampilan depan
Medan Mall, dianggap sebagai salah satu pusat perbelanjaan tertua di kota Medan, terletak di Jalan M. T Haryono

Medan adalah salah satu daerah perbelanjaan utama wisata Indonesia, selain Jakarta dan Bandung. Ini memiliki beberapa pasar dan pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai barang-barang dan kualitas. Beberapa yang lebih populer di pasar untuk wisatawan termasuk Pasar Rame (Rame Pasar) dan Pasar Petisah (Pasar Petisah), yang mengkhususkan diri dalam menjual pakaian dan makanan; dan Pasar Ikan Lama (Pasar Ikan Lama), pasar untuk pakaian Islam tradisional dan oleh-oleh khas Medan. Beberapa pasar lain di kota ini adalah Pasar Beruang, Pasar Hong Kong, Pasar Sambas dan Pasar Aksara.

Medan juga memiliki beberapa mal modern. Terbaru dan paling populer di antara mereka adalah Sun Plaza, Centre Point, Cambridge City Square Medan Focal Point, Hermes Place Polonia dan Plaza Medan Fair. Tertua mall Thamrin Plaza, Medan Mall, Medan Plaza, Yang Lim Plaza, dan Yuki Simpang Raya.

Mendatang mal di Medan Podomoro City Medan, Metrolink Trade Center, Ring Road City Walks, dan Manhattan.

Tema taman

Ada beberapa tema taman di dalam kota maupun luar kota, kebanyakan dari mereka adalah water park.

  • HillPark GreenHill City[29] – tema terbaru park 1 jam dari Medan di jalan ke Berastagi.
  • Pantai Cermin Themepark – pertama dan satu-satunya water theme park di Sumatera Utara, yang terletak di Pantai Cermin, Serdang Bedagai. Theme park ini diselenggarakan oleh Malaysia Investor dan Pemerintah Daerah.
  • Wonder Water World – terbaru waterpark di Medan, yang terletak di Central Business District (CBD) Polonia.
  • Hairos Water Park – lain waterpark dekat dengan kota, terletak di Jalan Djamin Ginting Km.14, Deliserdang.

Transportasi

Medan ini juga terhubung dengan jalan darat, udara, kereta api dan laut. Ada banyak pilihan untuk angkutan umum dalam kota dan antarkota.

Bandara

Bandara Internasional Kualanamu.

Baru Bandara Internasional Kualanamu (KNO) dibuka untuk umum pada 25 juli 2013. Baru bandara ini adalah bandara terbesar kedua setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan 224.298 m2 (2.414.324 sq ft) terminal penumpang dan pada akhirnya akan memiliki kapasitas lebih dari 50 juta penumpang (2030). Ini adalah bandara pertama di Indonesia yang memiliki rel langsung link ke kota. Airport adalah hub untuk Garuda Indonesia, Indonesia AirAsia, Lion Air, Susi Air dan Wings Air.[30] baru bandara pengganti Bandara Polonia. Tidak seperti yang lama Bandara Polonia yang terletak di tengah kota, bandara baru ini adalah sekitar 39 km (24 mi) dari pusat kota. Bandara ini memiliki langsung penerbangan domestik ke berbagai kota besar di Sumatera dan Jawa. Ada juga beberapa penerbangan internasional ke Malaysia, Singapura, Thailand, Arab Saudi, Sri Lanka, dll. Sebuah kereta api bandara yang dikenal sebagai Airport Railink Services (ARS) menghubungkan bandara ke pusat kota. Kereta berjalan dari Medan Stasiun Utama di samping alun-Alun Merdeka di Jalan Balai Kota dari 4:00 pagi hingga 08:00 p.m, dan dari bandara dari 5:25 am hingga 9:30 p. m. ini adalah cara tercepat untuk mencapai bandara dari kota, mengambil 30 menit. Alternatif moda transportasi dari bandara ke kota memakan waktu lebih lama (30 47 menit).

Pelabuhan

Pelabuhan Belawan

The Port of Belawan (Pelabuhan Belawan) adalah pelabuhan utama di Medan. Terletak di pantai timur laut dari Sumatera, Belawan terletak 12 mil (19 kilometer) utara dari kota Medan dan berfungsi sebagai port, yang merupakan ujung dari sebuah kereta api yang melintasi saluran di sebelah selatan pulau dengan jembatan.[31]

Pelabuhan pada awalnya dibangun pada tahun 1890 untuk menyediakan lokasi di mana tembakau bisa ditransfer langsung antara jalur kereta api dari interior dan deep-draft kapal. Pelabuhan diperluas pada tahun 1907 dengan pembangunan bagian baru yang ditujukan untuk Cina dan para pedagang pribumi, sisakan ada port untuk Eropa pengiriman. Pada awal abad kedua puluh port bisnis diperluas, dengan pertumbuhan utama perkebunan karet dan kelapa sawit di Sumatera utara. Pada tahun 1920 utama beberapa fasilitas berlabuh dibangun. Pada tahun 1938, pelabuhan tersebut adalah pelabuhan terbesar di Hindia belanda, dalam hal kargo nilai. Volume kargo menurun secara substansial setelah kemerdekaan Indonesia, dan tidak mencapai pra-kemerdekaan tingkat lagi sampai pertengahan 1960-an. Restrukturisasi besar-besaran pada tahun 1985 pembangunan terminal peti kemas; itu segera ditangkap sekitar seperlima dari Indonesia kemas ekspor. Produk-produk utama yang diekspor meliputi karet, kelapa sawit, teh, dan kopi.[32]

Ada dua terminal pelabuhan, satu untuk penumpang dan layanan feri ke Penang dan Langkawi dan beberapa kota di Indonesia seperti Batam, Jakarta dan Surabaya. Terminal lain yang dikenal sebagai Belawan International Container Terminal (BICT), digunakan untuk ekspor dan impor jasa. BICT adalah salah satu yang terbesar di industri pelayaran pelabuhan di Indonesia.

Jalan dan jalan raya

Amplas tol plaza

Medan terhubung oleh jalan Raya Trans-Sumatra, jalan utama di wilayah Sumatera, dan Belawan-Medan-Tanjung Morawa, Jalan Tol, juga dikenal sebagai Jalan Tol Belmera, satu dan hanya tersedia jalan tol di Medan, menghubungkan Belawan, Medan dan Tanjung Morawa. Saat ini ada tambahan jalan tol dalam pembangunan yang akan menghubungkan kota ke bandara, Binjai, dan kota Tebing Tinggi.

Rel

Kereta komuter di Medan.

Jalur kereta api yang menghubungkan Medan - Binjai dan Tanjungpura ke arah barat laut, ke pelabuhan Belawan ke utara, ke Tebing Tinggi dan Pematang Siantar ke tenggara, dan juga Rantau Prapat antara kota-kota lain. Stasiun kereta terbesar di Medan Medan Stasiun. Ada juga stasiun kecil di Medan, seperti Medan Pasar, Pulu Brayan, Titi Papan, Labuhandan Belawan. Titi Papan dan Pulu Brayan hanya berfungsi sebagai halte untuk angkutan kereta api yang membawa minyak kelapa sawit dan minyak bumi. Ada juga kereta ekspres yang menghubungkan ke yang lain Sumatera Utara kota-kota seperti Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Tanjung Balaidan Rantau Prapat. Beberapa jalur rel di sekitar medan di bawah-dibangun untuk menggantikan mereka dengan elevated railway.

2
The unnamed parameter 2= is no longer supported. Please see the documentation for {{columns-list}}.
* Sri Bilah to Rantau Prapat

Yang Railink kereta airport express kereta api yang menghubungkan dari Medan Stasiun (Stasiun Kereta api Kota – CRS) ke Kuala Namu International Airport station (Airport Railink Station – ARS), yang dioperasikan 18 jam (dari jam 5 pagi sampai jam 11 pm) dengan 30 menit jarak yang jauh. Tinggi kereta api bawah konstruksi untuk membuat bandara ini layanan kereta api 15 menit dengan jarak yang jauh. CRS menyediakan dengan city check-in layanan untuk dipilih airlines.

Angkutan umum

Bermesin becak di Medan.

Salah satu fitur unik dari Medan adalah becak bermesin yang dikenal sebagai Becak Motor (Bentor) atau Becak Mesin. Dengan becak yang ditemukan hampir di mana-mana. Tidak seperti Jawa becak, pengemudi duduk di sisi kanan dari kendaraan dan tidak seperti tradisional becak, becak bermotor dapat mengambil penumpang di mana saja di kota. Ongkos naik becak yang relatif murah dan biasanya dinegosiasikan terlebih dahulu.

Ada juga lebih banyak transportasi umum seperti taksi dan minibus, yang dikenal sebagai Sudako atau Angkutan Kota (Angkot). Angkot yang dapat ditemukan dengan mudah di menengah-ke-tinggi jalan padat, dan angkots selalu menggunakan nomor rute.

TransMebidang baru bus rapid transit system in North Sumatera, Indonesia yang memiliki 2 koridor aktif.

Koridor # Asal-Tujuan
1 Medan – Binjai
2 Medan – Lubuk Pakam

Media

Medan Kantor Pos

Medan menyajikan beberapa radio dan TV, dan juga rumah bagi koran-koran lokal dan asing seperti bahasa Indonesia, bahasa inggris, Cina, Batak, Melayu dan lain-lain.

Saluran televisi

Medan memiliki dua belas stasiun televisi nasional: ada bumn, swasta dan tv lokal.

Radio

RRI adalah satu-satunya bumn radio di Medan, dan disediakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Beberapa bahasa daerah juga disajikan di radio, seperti: Radio Kardopa (dalam bahasa Batak), CityRadio FM dan A-Radio FM (dalam bahasa Cina) dan Simphony FM (dalam bahasa Melayu). Medan juga memiliki beberapa saluran radio seperti Prambors FM, MNC Trijaya FM, I-Radio, KISS FM, VISI FM, Delta Fm dan lain-lain.

Publikasi

Beberapa koran nasional dan lokal yang tersedia di kota, dengan Harian Mimbar Umum sebagai yang tertua. Lain populer surat kabar seperti Harian Waspada, Analisa, harian Kompas, Jurnal Medan, Berita Sakit, Harian Global, Harian Medan Bisnis, Posmetro Medan, harian Suara Indonesia Baru, dan Tribun Medan. Ada juga beberapa bahasa Mandarin kabar seperti Harian Indonesia (印尼星洲日报), Guo Ji Ri Bao (国际日报) dan Shangbao (印尼商报). Koran inggris seperti The Jakarta Post juga didistribusikan di kota ini.

Aplaus Magazine adalah salah satu majalah dari kota, diterbitkan bulanan dan berfokus pada makanan, wisata, inspirasi. Majalah adalah pelopor dari sebuah majalah lokal yang mengkhususkan diri dalam pembahasan gaya hidup perkotaan. Pertama kali diterbitkan pada tahun 2005, Majalah Aplaus dikelola oleh Analisa Sehari-hari, sebuah surat kabar dengan sirkulasi lebih dari 65.000 kopi di Sumatera Utara.

Olahraga

Sepak bola adalah salah satu olahraga populer di Medan, dengan lima klub lokal: PSMS Medan, Medan Jaya, Medan Chiefs, Bintang PSMS medan dan Medan United, dan klub basket bernama Angsapura Sania. Lain lokal populer olahraga Wushu, dengan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir sebagai salah satu olahraga favorit di Medan. Ini memiliki pusat pelatihan di Jalan Plaju di jantung kota. Medan baru-baru ini telah melihat banyak keberhasilan di Wushu nasional dan internasional. Medan memiliki sebuah stadion multi-tujuan yang bernama Stadion Teladan. Stadion ini digunakan terutama untuk pertandingan sepak bola, dan berfungsi sebagai stadion rumah untuk PSMS Medan.

Kesehatan

Rumah Sakit St. Elisabeth
2
The unnamed parameter 2= is no longer supported. Please see the documentation for {{columns-list}}.
* Pirngadi General Hospital
  • Adam Malik General Hospital
  • Haji General Hospital
  • St. Elisabeth Hospital
  • Martha Friska Hospital
  • Columbia Asia Hospital
  • Permata Bunda Hospital
  • Murni Teguh Hospital
  • Advent Hospital
  • Siloam-Dhirga Surya Hospital
  • Imelda Hospital
  • Vina Estetica Hospital
  • Stella Maris Hospital
  • Putri Hijau Military Hospital
  • Mitra Sejati General Hospital
  • Bunda Thamrin Hospital
  • Roya Prima Hospital
  • Methodist Hospital
  • Sumatra Eye Center

Sebagai kota terbesar di luar pulau Jawa, Medan menyediakan lebih dari 827 terdaftar di sekolah dasar, 337 Sekolah menengah dan 288 sekolah tinggi, termasuk bumn, swasta, keagamaan, dan sekolah-sekolah asing. Beberapa penting sekolah: Alamat Sekolah, Chandra Kusuma School, Medan Merdeka SekolahPrime One School, Telkom Sandhy Putra Smk, St. Thomas, Sekolah, SMA Negeri (sma) 1,2,3,4, dll.

2
The unnamed parameter 2= is no longer supported. Please see the documentation for {{columns-list}}.
*University of North Sumatra
  • Medan State Polytechnic
  • State University of Medan
  • Prima University
  • HKBP Nommensen University
  • Dharmawangsa University
  • Universitas Methodist Indonesia
  • STBA-PIA (亚洲-国际友好学院)
  • Muhammadiyah University of North Sumatra
  • IT&B Campus
  • Medan Tourism Academy
  • Technology Institute of Medan
  • University of Pembangunan Panca Budi
  • Pelita Harapan University and others.
  • Kota kembar – kota kembar

    Galeri

    Referensi

    1. ^ "Eldin resmi jadi Walikota Medan". 2014-06-18. Diakses tanggal 2015-03-10. 
    2. ^ "Indonesia Population 2017". Diakses tanggal 4 May 2017. 
    3. ^ "Indonesia: Sumatra (Regencies, Cities and Districts) – Population Statistics in Maps and Charts". www.citypopulation.de. 
    4. ^ Feriawan Hidayat (March 29, 2015). "Enam Kota Asia Paling Trendi untuk Menetap". 
    5. ^ Analysis (2015). "Transport infrastructure a key part of Medan's development plans". 
    6. ^ Dominik Bonatz; John Miksic; J. David Neidel, ed. (2009). From Distant Tales: Archaeology and Ethnohistory in the Highlands of Sumatra. Cambridge Scholars Publishing. ISBN 9781443807845. 
    7. ^ Juraidi (23 August 2008). "Menelusuri Jejak Kerajaan Aru". Kompas.com (dalam bahasa Indonesian). 
    8. ^ "Museum Kota Cina, Situs Awal Perdagangan Penting di Pantai Timur Sumatera Abad XI". SeMedan.com (dalam bahasa Indonesian). 3 January 2016. 
    9. ^ Repelita Wahyu Oetomo (8 June 2014). "Benteng Putri Hijau Berdasarkan Data Sejarah dan Arkeologi" (dalam bahasa Indonesian). 
    10. ^ "Guru Patimpus: The Ancestor and Founder of Medan". iqbalrahdika. Diakses tanggal 20 November 2014. 
    11. ^ History of Place History of Medan
    12. ^ Usman Pelly, Sejarah Kota Madya Medan, 1950–1979; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1985
    13. ^ "Medan, Indonesia Köppen Climate Classification (Weatherbase)". Weatherbase. Diakses tanggal 4 July 2015. 
    14. ^ "World Weather Information Service–Medan". World Meteorological Organization. Diakses tanggal June 18, 2015. 
    15. ^ "Station 96035: Kualanamu Medan". Global station data 1961–1990—Sunshine Duration. Deutscher Wetterdienst. Diakses tanggal June 18, 2015. 
    16. ^ koran-indonesia.com KPK Arrests Mandailing Natal Mayor for Alleged Bribery Error in webarchive template: Check |url= value. Empty.
    17. ^ http://www.pemkomedan.go.id Error in webarchive template: Check |url= value. Empty. Info Data Kota Medan
    18. ^ http://www.bppt-pemkomedan.info Kondisi Geografis Medan
    19. ^ Ensiklopedi Umum, Penerbitan Jajasan Kanisius, 1973
    20. ^ Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Ananta, Indonesia's Population: ethnicity and religion in a changing political landscape, Institute of Southeast Asian Studies, 2003.
    21. ^ Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, LP3ES, 1994
    22. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123
    23. ^ "Medan "City in Figures 2016"". 
    24. ^ "North Sumatra Museum". Indonesia Tourism. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 January 2015. Diakses tanggal 19 November 2014. 
    25. ^ Gunawan, Apriadi (30 March 2011). "A glimpse of wildlife in Medan museum". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 March 2016. Diakses tanggal 8 September 2015. 
    26. ^ "Medan: Entry Point to North Sumatra". Indonesia.travel. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 October 2014. Diakses tanggal 19 November 2014. 
    27. ^ http://www.pac-nl.org/downloads/medanurbandevelopmentcp08.pdf
    28. ^ Annai Velangkanni. "Marian Shrine Of Annai Velangkanni". Diakses tanggal 4 July 2015. 
    29. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 August 2014. Diakses tanggal 2014-11-19. 
    30. ^ "All systems go for Medan". TTGmice. Diakses tanggal 11 December 2012. 
    31. ^ "Belawan". britannica. Diakses tanggal 19 November 2014. 
    32. ^ "Port of Medan/Belawan". seaport.homestad. Diakses tanggal 19 November 2014. 
    33. ^ "Sister Cities – General Information – Gwangju Info :: Welcome to Gwangju Metropolitan City". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 July 2014. Diakses tanggal 4 July 2015. 
    34. ^ "City will host Indonesian sister city signing ceremony Thursday" (online magazine, press release). onMilwaukee.com. 28 October 2014. Diakses tanggal 2014-11-16. 

    Catatan

    1. ^ Station ID for Kualanamu Medan is 96035 Use this station ID to locate the sunshine duration