Lompat ke isi

Amarusataka: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Atayiskbot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
 
Baris 1: Baris 1:
{{Orphan|date=Maret 2016}}
{{Orphan|date=Maret 2016}}


[[Berkas:Amaru Shataka by Amaru, early 17th century.jpg|thumb|Wife awaits her Husband, Verse 76, Amaru Shataka by Amaru, early 17th-century painting.]]
[[Berkas:Amaru Shataka by Amaru, early 17th century.jpg|jmpl|Wife awaits her Husband, Verse 76, Amaru Shataka by Amaru, early 17th-century painting.]]


'''Amaruśataka''' atau ''Amarukaśataka'' (अमरुशतक, "seratus syair dari Raja Amaru"), ditulis oleh Raja Amaru (juga dikenal sebagai Amaruka), adalah kumpulan puisi harian pada abad ke-7 dan ke-8.<ref name=bailey>{{Harvnb|Bailey|2005}}, Introduction</ref><ref name=schelling/> Penilaian Amaruśataka sebagai salah satu puisi liris terbaik dalam sejarah sastra [[Sanskerta]], dinilai dengan [[Kalidasa]] dan [[Bhartṛhari]] ''Śṛngâraśataka''. Abad kesembilan kritikus sastra [[Anandavardhana]] menyatakan dalam [[Dhvanyaloka]] bahwa "sebuah bait tunggal penyair Raja Amaru dapat memberikan rasa cinta yang sama dengan apa yang ditemukan di seluruh bait sebelumnya." Ayat yang telah digunakan oleh penyair dan kritikus ini sebagai contoh dan standar untuk menilai puisi lain. [[Andrew Schelling]] menggambarkannya sebagai "cinta asli syair dan hidup seperti yang dihasilkan di mana saja di planet".<ref name=schelling>{{Harvnb|Schelling|2004}}, Introduction</ref>
'''Amaruśataka''' atau ''Amarukaśataka'' (अमरुशतक, "seratus syair dari Raja Amaru"), ditulis oleh Raja Amaru (juga dikenal sebagai Amaruka), adalah kumpulan puisi harian pada abad ke-7 dan ke-8.<ref name=bailey>{{Harvnb|Bailey|2005}}, Introduction</ref><ref name=schelling/> Penilaian Amaruśataka sebagai salah satu puisi liris terbaik dalam sejarah sastra [[Sanskerta]], dinilai dengan [[Kalidasa]] dan [[Bhartṛhari]] ''Śṛngâraśataka''. Abad kesembilan kritikus sastra [[Anandavardhana]] menyatakan dalam [[Dhvanyaloka]] bahwa "sebuah bait tunggal penyair Raja Amaru dapat memberikan rasa cinta yang sama dengan apa yang ditemukan di seluruh bait sebelumnya." Ayat yang telah digunakan oleh penyair dan kritikus ini sebagai contoh dan standar untuk menilai puisi lain. [[Andrew Schelling]] menggambarkannya sebagai "cinta asli syair dan hidup seperti yang dihasilkan di mana saja di planet".<ref name=schelling>{{Harvnb|Schelling|2004}}, Introduction</ref>

Revisi terkini sejak 3 Mei 2018 07.06


Wife awaits her Husband, Verse 76, Amaru Shataka by Amaru, early 17th-century painting.

Amaruśataka atau Amarukaśataka (अमरुशतक, "seratus syair dari Raja Amaru"), ditulis oleh Raja Amaru (juga dikenal sebagai Amaruka), adalah kumpulan puisi harian pada abad ke-7 dan ke-8.[1][2] Penilaian Amaruśataka sebagai salah satu puisi liris terbaik dalam sejarah sastra Sanskerta, dinilai dengan Kalidasa dan Bhartṛhari Śṛngâraśataka. Abad kesembilan kritikus sastra Anandavardhana menyatakan dalam Dhvanyaloka bahwa "sebuah bait tunggal penyair Raja Amaru dapat memberikan rasa cinta yang sama dengan apa yang ditemukan di seluruh bait sebelumnya." Ayat yang telah digunakan oleh penyair dan kritikus ini sebagai contoh dan standar untuk menilai puisi lain. Andrew Schelling menggambarkannya sebagai "cinta asli syair dan hidup seperti yang dihasilkan di mana saja di planet".[2] Subjek adalah sebagian Sringara (cinta erotis, cinta romantis) termasuk aspek-aspek seperti cinta, gairah, kerenggangan, kerinduan, pemulihan hubungan, suka dan duka. Greg Bailey mencatat bahwa "banyak aspek-aspek tentang sosial dari percintaaan, pengkhianatan, feminin dan masalah maskulin mengenai sensualitas".[1] Demikian pula, Schelling mencatat: "Semua rasa atau nuansa cinta dikatakan berbohong dalam buku, meskipun Anda akan melihat bahwa penekanan lebih jatuh pada rasa pahit pemisahan atau pengkhianatan daripada manisnya penyempurnaan".[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Bailey 2005, Introduction
  2. ^ a b c Schelling 2004, Introduction