Lompat ke isi

Arnold Mononutu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Tokoh Partai Nasional Indonesia menjadi Politikus Partai Nasional Indonesia
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Officeholder
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix =
| honorific-prefix =
|name = {{PAGENAME}}
| name = {{PAGENAME}}
|image = Arnold mononutu ris.jpg
| image = Arnold mononutu ris.jpg
|imagesize =
| imagesize =
|caption =
| caption =
|office = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan Indonesia]]
| office = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan Indonesia]]
|order = 6
| order = 6
| president = [[Soekarno]]
|term_start = 27 April 1951
|term_end = 3 April 1952
| primeminister = [[Mohammad Hatta]]
|president = [[Soekarno]]
| term_start = 20 Desember 1949
| term_end = 6 September 1950
|primeminister = [[Wilopo]]
|predecessor = [[M.A. Pellaupessy]]
| predecessor = [[R. Syamsudin]]
|successor = [[Ferdinand Lumban Tobing]]
| successor = [[R. Syamsudin]]
| president1 = [[Soekarno]]
|term_start1 = 3 April 1952
| primeminister1 = [[Soekiman Wirjosandjojo]]
|term_end1 = 30 Juli 1953
|president1 = [[Soekarno]]
| term_start1 = 27 April 1951
| term_end1 = 3 April 1952
|primeminister1 = [[Sukiman Wirjosandjojo]]
|predecessor1 =
| predecessor1 = M.A. Pellaupessy
|successor1 = [[Ferdinand Lumban Tobing]]
| president2 = [[Sukarno]]
| primeminister2 = [[Wilopo]]
|term_start2 = 20 Desember 1949
|term_end2 = 6 September 1950
| term_start2 = 3 April 1952
|president2 = [[Soekarno]]
| term_end2 = 30 Juli 1953
|primeminister2 = [[Mohammad Hatta]]
| successor2 = [[Ferdinand Lumbantobing]]
| order3 = 1
|predecessor2 = Mr. Sjamsuddin
| office3 = Duta Besar Indonesia untuk [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]]
|successor2 = Mr. Sjamsuddin
|order3 = 3
| term_start3 = 28 August 1953
|office3 = [[Rektor Universitas Hasanuddin]]
| term_end3 = 1955
| office4 = Rektor of [[Universitas Hasanuddin]]
|term_start3 = 1960
|term_end3 = 1965
| term_start4 = 1960
| term_end4 = 1965
|predecessor3 = K.R.M.T. Djokomarsaid
|successor3 = M. Natsir Said
| predecessor4 = K.R.M.T. Djokomarsaid
|birth_date = [[1896]]
| successor4 = M. Natsir Said
| birth_date = {{birth date|1896|12|4}}
|birth_place = [[Sulawesi Utara]] {{negara|Indonesia}}
|death_date = [[1983]]
| birth_place = [[Manado]], [[Sulawesi Utara]]
| death_date = {{death date and age|1983|9|5|1896|12|4}}
|death_place = [[Jakarta]]
|party =
| death_place = [[Jakarta]]
|spouse =
| party = [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI)
|children =
| spouse =
|residence =
| children =
|alma_mater =
| residence =
|occupation =
| alma_mater =
|signature = Signature of Arnold Mononutu.svg
| occupation =
| signature = Signature of Arnold Mononutu.svg
|religion = [[Kristen Protestan]]
| religion = [[Kristen Protestan]]
}}
}}


'''Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu''' ({{lahirmati|[[Manado]], [[Sulawesi Utara]]|4|12|1896|Jakarta|5|9|1983}}) adalah mantan [[Menteri Penerangan]] dan Duta Besar pertama Indonesia untuk [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]]. Selain itu ia pernah menjadi anggota [[Konstituante|Majelis Konstituante]] dan Rektor [[Universitas Hasanuddin]].
[[Ir]].'''Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu''' adalah [[Menteri Penerangan]] pada era [[Kabinet RIS]]. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Parlemen [[Negara Indonesia Timur]]. Pada tahun [[1949]] sesudah berlangsungnya [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]], Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan Negara [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr. Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d'affaires/Wakil Duta Besar di RRC tahun 1953–1955), ia yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta. Sedangkan Mr. Soedibjo Wirjowerdojo mengumumkannya di [[Belanda]].<ref>[http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=112 Biodata: Arnold Mononutu]</ref>


== Kehidupan awal ==
Ia juga merupakan peserta atau tokoh dalam konggres pemuda 1928, dan salah satu seorang dari tokoh [[PNI]]. Persahabatannya dengan [[Hatta]] dan tokoh-tokoh PI ([[Perhimpunan Indonesia]]) lainnya terjalin saat mereka belajar di [[Eropa]]. Selain itu ia pernah pula menjadi anggota Majelis [[Konstituante]] (1956–1959) mewakili PNI.

[[Berkas:Arnold mononutu with his parents, potret seorang patriot, p. 123.jpg|jmpl|kiri|200px|Pemuda Mononutu bersama orangtuanya]]

Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu lahir di Manado pada tanggal 4 Desember 1896. Ayahnya bernama Karel Charles Wilson Mononutu dan ibunya bernama Agustina van der Slot.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 9.</ref> Baik ayah dan kakeknya adalah tokoh terkemuka dalam masa-masa mereka. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri (''ambtenaar'') [[Hindia Belanda]]. Kakeknya yang juga bernama Arnold Mononutu adalah orang [[Minahasa]] pertama yang menyelesaikan studi di sekolah untuk pelatihan dokter pribumi (''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'', STOVIA) di [[Batavia]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 5.</ref>

Ketika Mononutu berusia dua tahun, ayahnya ditugaskan ke [[Gorontalo]]. Empat adiknya lahir di Gorontalo, tetapi sayangnya keempatnya meninggal antara lima dan enam bulan. Pada tahun 1903, Mononutu mengikuti sekolah dasar bahasa [[Belanda]] (''Europeesche Lagere School'', ELS) di Gorontalo.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 10.</ref> Ia melanjutkan studinya di tingkat sekolah yang sama di Manado setelah ayahnya dipindahtugaskan ke Manado. Pada tahun 1913, Mononutu belajar di sekolah menengah Belanda (''Hogere burgerschool'', HBS) di Batavia di mana ia bertemu dan berteman dengan [[Alexander Andries Maramis|AA Maramis]] yang juga dari Minahasa dan [[Achmad Soebardjo|Achmad Subardjo]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 15.</ref>

== Sewaktu di Belanda ==

[[Berkas:Pengurus_perhimpunan_indonesia,_mononutu_potret_seorang_pahlawan,_p._124.jpg|jmpl|kiri|200px|Mononutu bersama pengurus Perhimpunan Indonesia lainnya (1925)]]

Pada tahun 1920, Mononutu berangkat ke Eropa untuk memulai studinya di Belanda. Setelah beberapa tahun mengambil kursus persiapan untuk mendaftar di universitas, ia memutuskan untuk mendaftar di Akademi Hukum Internasional Den Haag (''Académie de droit internasional de La Haye di Den Haag'').<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 55.</ref> Pada awalnya, Mononutu tidak memiliki jiwa nasionalisme. Namun, setelah menghadiri rapat-rapat [[Perhimpunan Indonesia]] (''Indische Vereeniging'') di Belanda, rasa nasionalisme untuk Indonesia mulai bertumbuh dalam dirinya. Dia menjadi lebih terlibat dalam organisasi tersebut dan terpilih sebagai wakil ketua pada periode yang sama di mana [[Mohammad Hatta]] terpilih sebagai bendahara.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 48.</ref>

Ketika [[Soekiman Wirjosandjojo]] menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, Mononutu diminta untuk mewakili organisasi ini di antara organisasi-organisasi mahasiswa di [[Paris]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 58.</ref> Selama berada di Paris, unsur-unsur dari Dinas Intelijen Politik Belanda (''[[Politieke Inlichtingen Dienst]]'') menjadi curiga terhadap kegiatan-kegiatan Mononutu. Pemerintah kolonial di Indonesia menyebarkan desas-desus palsu kepada ayahnya bahwa dia bersimpati kepada gerakan komunis. Ayahnya diancam akan dipindahkan dari posisinya jika ia terus mengirimkan uang kepada anaknya.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 64.</ref> Ketika ayahnya berhenti membiayainya, Mononutu menjadi tergantung pada teman-temannya. Dia kembali ke Belanda dari [[Perancis]] dan tinggal bersama [[Ali Sastroamidjojo]] dan keluarganya.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 71.</ref> Setelah diam-diam menerima uang dari ayahnya melalui pamannya yang datang ke Belanda, Mononutu dapat membayar semua hutangnya dan ia kembali ke Indonesia pada bulan September 1927.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 76.</ref>

== Kembali ke Indonesia ==

Setelah kembali ke Indonesia, Mononutu segera terlibat dalam upaya nasionalisme. Ia menjadi anggota [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) yang baru dibentuk.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 90.</ref> Ia juga bertemu dengan pendirinya, [[Soekarno]], untuk pertama kalinya.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 95.</ref> Mononutu menyewa sebuah kamar di rumah yang sama dengan Suwirjo dan [[Sugondo Djojopuspito]] yang keduanya adalah pemimpin [[Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia]].<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 79.</ref> Organisasi ini adalah bagian dari [[Sumpah Pemuda|Kongres Pemuda Indonesia Kedua]] pada tahun 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Pada mulanya, Mononutu bekerja untuk sebuah perusahaan eksplorasi minyak [[Jepang]] bernama Mitsui Buissan Kaisha, tetapi kemudian memutuskan untuk bekerja di [[Perguruan Rakyat]] yang baru didirikan walaupun dengan gaji yang lebih rendah.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 101.</ref> Ia mengelola dan mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Perguruan Rakyat. Guru-guru lain termasuk [[Mohammad Yamin]] dan Gunawan Mangunkusumo (saudara [[Tjipto Mangoenkoesoemo]]).<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 104.</ref> Sekolah-sekolah tersebut memiliki total sekitar 300 siswa yang terdaftar. Pada tahun 1930, Mononutu harus meninggalkan posisinya di Perguruan Rakyat dan kembali ke Manado, karena dia menerima kabar bahwa ibunya sakit.

== Waktu di Manado dan Ternate ==

Mononutu tinggal di Manado selama 12 tahun dari 1930 hingga 1942. Selama waktu ini, ia menjadi direktur koperasi [[kopra]]. Koperasi ini memiliki sekitar 500 anggota yang tersebar di seluruh wilayah Minahasa dan [[Bolaang Mongondow]]. Mononutu berhasil mendapatkan kredit dari Bank Kredit Umum Rakyat (''Algemene Volkscredietbank'') yang sekarang [[Bank Rakyat Indonesia]] untuk membayar hutang-hutang para petani kopra. Ini memungkinkan para petani untuk menjual kopra mereka ke koperasi, yang menawarkan harga lebih stabil dan sesuai dengan standar. Kopra itu kemudian diekspor melalui ''Nationale Handelsbank'' yakni sebuah bank yang didirikan Belanda untuk membiayai perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 111, 112.</ref>

Pada awal pendudukan Jepang pada tahun 1942, Mononutu dicari oleh Jepang karena sikap nasionalisnya dan hubungannya dengan organisasi-organisasi nasionalis. Dengan bantuan seorang Jepang yang bersimpatik bernama Yamanishi, Mononutu melarikan diri ke pulau [[Ternate]] di [[Kepulauan Maluku]] dan menetap di sana sampai akhir pendudukan Jepang.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 120.</ref>

== Keterlibatan dalam Negara Indonesia Timur ==

[[Berkas:Misi muhibah nit ke ri.jpg|jmpl|250px|Mononutu (ketiga dari kanan) bersama Hatta and [[Hamengkubuwono IX]]]]

Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], Mononutu memfokuskan usahanya untuk membantu rakyat [[Maluku Utara]] untuk menentukan respon mereka yang terbaik. Dia adalah salah seorang yang mendirikan organisasi politik bernama Persatuan Indonesia. Sebuah koran bernama Menara Merdeka diterbitkan untuk mempromosikan cita-cita Persatuan Indonesia.<ref>[[#Prisma1983|Prisma (1983)]], p. 110.</ref> Koran ini memberikan pesan-pesan pro-republik dan mengkritik upaya-upaya Belanda untuk membentuk sebuah negara yang terpisah dari Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan.

Upaya Belanda untuk menemukan solusi federalis untuk Indonesia termasuk diantaranya pembentukan [[Negara Indonesia Timur]] (NIT) pada tahun 1946. Mononutu menjadi anggota parlemen NIT dan memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.<ref>[[#Prisma1983|Prisma (1983)]], p. 110.</ref><ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 181.</ref> Dia memfokuskan usahanya untuk membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung gagasan menyatukan NIT dengan Republik Indonesia. Setelah [[Agresi Militer Belanda I]] pada tahun 1947, Mononutu mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.<ref>[[#Sudarmanto2006|Sudarmanto (2006)]], p. 420.</ref> Organisasi ini berusaha menyoroti tindakan Belanda yang berupaya untuk kembali menjajah Indonesia. Pada bulan Februari 1948, ia memimpin sebuah delegasi NIT untuk mengunjungi dan bertemu dengan para pemimpin Republik Indonesia di [[Yogyakarta]].<ref>[[#Atmakusumah2011|Atmakusumah (2011)]], p. 315.</ref> Pada tahun 1949, NIT menjadi konstituen dari [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), yang kemudian dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan oleh Republik Indonesia yang bersatu.

== Menteri Penerangan ==

[[Berkas:Arnold mononutu giving a speech in garut on 10 juli 1951, potret seorang patriot, p. 132.jpg|jmpl|250px|Mononutu berpidatodi [[Garut]]]]
[[Berkas:Arnold mononutu with sukarno in purwodadi on 15 september 1952, potret seorang patriot, p. 137.jpg|jmpl|250px|Mononutu bersama Soekarno in Purwodadi]]

Mononutu ditunjuk sebagai [[Menteri Penerangan]] dalam pemerintahan Indonesia pada tiga kesempatan terpisah:

* Di [[Kabinet Republik Indonesia Serikat]] mulai 20 Desember 1949 hingga 6 September 1950<ref>[[#Feith1962|Feith (1962)]], p. 47.</ref>
* Di [[Kabinet Sukiman-Suwirjo]] dari 27 April 1951 hingga April 1952<ref>[[#Feith1962|Feith (1962)]], p. 180.</ref>
* Di [[Kabinet Wilopo]] dari 3 April 1952 hingga 30 Juli 1953<ref>[[#Feith1958|Feith (1958)]], p. 94.</ref>

Selama menjabat sebagai menteri penerangan, beberapa daerah di Indonesia diguncang oleh pemberontakan-pemberontakan termasuk di [[Jawa Barat]] ([[Angkatan Perang Ratu Adil]]), [[Sulawesi Selatan]] (oleh [[Andi Azis]]), dan [[Maluku]] (oleh [[Christiaan Robbert Steven Soumokil|Chris Soumokil]]). Mononutu bersama dengan Soekarno mengunjungi daerah-daerah ini dan dalam rapat-rapat terbuka mempromosikan cita-cita sebuah bangsa yang bersatu.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 202.</ref>

Pada tahun 1949 sesudah berlangsungnya [[Konferensi Meja Bundar]] di [[Den Haag]], Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan RIS, dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr. Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d'affaires/Wakil Duta Besar di RRC tahun 1953–1955), ia yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta. Sedangkan Mr. Soedibjo Wirjowerdojo mengumumkannya di [[Belanda]].<ref>[http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/ministers/popup_biodata_pejabat.asp?id=112 Biodata: Arnold Mononutu]</ref>

== Rektor Universitas Hasanuddin ==

Pada tahun 1960, Mononutu diminta oleh Soekarno untuk menjadi rektor Universitas Hasanuddin. Dalam lima tahun jabatannya sebagai rektor, jumlah mahasiswa bertumbuh dari 4000 mahasiswa menjadi 8000 mahasiswa. Pada awal jabatannya, universitas ini hanya memiliki tiga fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran. Selama masa jabatannya, enam fakultas baru didirikan yakni Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Sastra, Fakultas Sosial Politik, dan Fakultas Teknik.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 239.</ref>

== Penghargaan ==

Pada 15 Februari 1961, Mononutu dianugerahi [[Bintang Mahaputra Utama]] yaitu penghargaan tertinggi yang diberikan kepada seorang warga sipil oleh pemerintah Indonesia.<ref>[[#Nalenan1981|Nalenan (1981)]], p. 255.</ref>

== Referensi ==


== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}

'''Sumber referensi'''

* {{cite book
| last = Atmakusumah
| first =
| date = 2011
| title = Takhta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX
| location = Jakarta
| publisher = Gramedia
| ref = Atmakusumah2011
}}

* {{cite book
| last = Feith
| first = Herbert
| date = 1958
| title = The Wilopo Cabinet, 1952-1953: A Turning Point in Post-Revolutionary Indonesia
| publisher = Equinox Publishing
| ref = Feith1958
}}

* {{cite book
| last = Feith
| first = Herbert
| date = 1962
| title = The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia
| publisher = Equinox Publishing
| ref = Feith1962
}}

* {{cite book
| last = Nalenan
| first = R.
| date = 1981
| title = Arnold Mononutu: Potret Seorang Patriot
| location = Jakarta
| publisher = Gunung Agung
| ref = Nalenan1981
}}

* {{cite journal
| author = <!--Staff writer(s); no by-line.-->
| date = 1983
| title = Arnold Mononutu
| journal = Prisma
| volume = 12
| issue = 7-12
| pages = 110
| ref = Prisma1983
}}

* {{cite book
| last = Sudarmanto
| first = J.B.
| date = 2006
| title = Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia
| publisher = Grasindo: Gramedia Widiasarana Indonesia
| location = Jakarta
| ref = Sudarmanto2006
}}


{{kotak mulai}}
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]] |pendahulu = [[Sjamsuddin]] |pengganti = [[Sjamsuddin]] |tahun = 1949–1950 }}
{{kotak suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]] |pendahulu = [[R. Syamsudin]] |pengganti = [[R. Syamsudin]] |tahun = 1949–1950 }}
{{kotak suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]] |pendahulu = [[M.A. Pellaupessy]] |pengganti = [[Ferdinand Lumban Tobing]] |tahun = 1951–1953 }}
{{kotak suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]] |pendahulu = M.A. Pellaupessy |pengganti = [[Ferdinand Lumban Tobing]] |tahun = 1951–1953 }}
{{kotak selesai}}
{{kotak selesai}}

{{Authority control}}


{{DEFAULTSORT:Mononutu, Arnold}}
{{DEFAULTSORT:Mononutu, Arnold}}

Revisi per 27 Mei 2018 21.25

Arnold Mononutu
[[Menteri Penerangan Indonesia]] 6
Masa jabatan
20 Desember 1949 – 6 September 1950
PresidenSoekarno
Perdana MenteriMohammad Hatta
Sebelum
Pendahulu
R. Syamsudin
Pengganti
R. Syamsudin
Sebelum
Masa jabatan
27 April 1951 – 3 April 1952
PresidenSoekarno
Perdana MenteriSoekiman Wirjosandjojo
Sebelum
Pendahulu
M.A. Pellaupessy
Pengganti
Petahana
Sebelum
Masa jabatan
3 April 1952 – 30 Juli 1953
PresidenSukarno
Perdana MenteriWilopo
[[Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok]] 1
Masa jabatan
28 August 1953 – 1955
Rektor of Universitas Hasanuddin
Masa jabatan
1960–1965
Sebelum
Pendahulu
K.R.M.T. Djokomarsaid
Pengganti
M. Natsir Said
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1896-12-04)4 Desember 1896
Manado, Sulawesi Utara
Meninggal5 September 1983(1983-09-05) (umur 86)
Jakarta
Partai politikPartai Nasional Indonesia (PNI)
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu (4 Desember 1896 – 5 September 1983) adalah mantan Menteri Penerangan dan Duta Besar pertama Indonesia untuk Tiongkok. Selain itu ia pernah menjadi anggota Majelis Konstituante dan Rektor Universitas Hasanuddin.

Kehidupan awal

Pemuda Mononutu bersama orangtuanya

Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu lahir di Manado pada tanggal 4 Desember 1896. Ayahnya bernama Karel Charles Wilson Mononutu dan ibunya bernama Agustina van der Slot.[1] Baik ayah dan kakeknya adalah tokoh terkemuka dalam masa-masa mereka. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri (ambtenaar) Hindia Belanda. Kakeknya yang juga bernama Arnold Mononutu adalah orang Minahasa pertama yang menyelesaikan studi di sekolah untuk pelatihan dokter pribumi (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, STOVIA) di Batavia.[2]

Ketika Mononutu berusia dua tahun, ayahnya ditugaskan ke Gorontalo. Empat adiknya lahir di Gorontalo, tetapi sayangnya keempatnya meninggal antara lima dan enam bulan. Pada tahun 1903, Mononutu mengikuti sekolah dasar bahasa Belanda (Europeesche Lagere School, ELS) di Gorontalo.[3] Ia melanjutkan studinya di tingkat sekolah yang sama di Manado setelah ayahnya dipindahtugaskan ke Manado. Pada tahun 1913, Mononutu belajar di sekolah menengah Belanda (Hogere burgerschool, HBS) di Batavia di mana ia bertemu dan berteman dengan AA Maramis yang juga dari Minahasa dan Achmad Subardjo.[4]

Sewaktu di Belanda

Mononutu bersama pengurus Perhimpunan Indonesia lainnya (1925)

Pada tahun 1920, Mononutu berangkat ke Eropa untuk memulai studinya di Belanda. Setelah beberapa tahun mengambil kursus persiapan untuk mendaftar di universitas, ia memutuskan untuk mendaftar di Akademi Hukum Internasional Den Haag (Académie de droit internasional de La Haye di Den Haag).[5] Pada awalnya, Mononutu tidak memiliki jiwa nasionalisme. Namun, setelah menghadiri rapat-rapat Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) di Belanda, rasa nasionalisme untuk Indonesia mulai bertumbuh dalam dirinya. Dia menjadi lebih terlibat dalam organisasi tersebut dan terpilih sebagai wakil ketua pada periode yang sama di mana Mohammad Hatta terpilih sebagai bendahara.[6]

Ketika Soekiman Wirjosandjojo menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, Mononutu diminta untuk mewakili organisasi ini di antara organisasi-organisasi mahasiswa di Paris.[7] Selama berada di Paris, unsur-unsur dari Dinas Intelijen Politik Belanda (Politieke Inlichtingen Dienst) menjadi curiga terhadap kegiatan-kegiatan Mononutu. Pemerintah kolonial di Indonesia menyebarkan desas-desus palsu kepada ayahnya bahwa dia bersimpati kepada gerakan komunis. Ayahnya diancam akan dipindahkan dari posisinya jika ia terus mengirimkan uang kepada anaknya.[8] Ketika ayahnya berhenti membiayainya, Mononutu menjadi tergantung pada teman-temannya. Dia kembali ke Belanda dari Perancis dan tinggal bersama Ali Sastroamidjojo dan keluarganya.[9] Setelah diam-diam menerima uang dari ayahnya melalui pamannya yang datang ke Belanda, Mononutu dapat membayar semua hutangnya dan ia kembali ke Indonesia pada bulan September 1927.[10]

Kembali ke Indonesia

Setelah kembali ke Indonesia, Mononutu segera terlibat dalam upaya nasionalisme. Ia menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) yang baru dibentuk.[11] Ia juga bertemu dengan pendirinya, Soekarno, untuk pertama kalinya.[12] Mononutu menyewa sebuah kamar di rumah yang sama dengan Suwirjo dan Sugondo Djojopuspito yang keduanya adalah pemimpin Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia.[13] Organisasi ini adalah bagian dari Kongres Pemuda Indonesia Kedua pada tahun 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Pada mulanya, Mononutu bekerja untuk sebuah perusahaan eksplorasi minyak Jepang bernama Mitsui Buissan Kaisha, tetapi kemudian memutuskan untuk bekerja di Perguruan Rakyat yang baru didirikan walaupun dengan gaji yang lebih rendah.[14] Ia mengelola dan mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Perguruan Rakyat. Guru-guru lain termasuk Mohammad Yamin dan Gunawan Mangunkusumo (saudara Tjipto Mangoenkoesoemo).[15] Sekolah-sekolah tersebut memiliki total sekitar 300 siswa yang terdaftar. Pada tahun 1930, Mononutu harus meninggalkan posisinya di Perguruan Rakyat dan kembali ke Manado, karena dia menerima kabar bahwa ibunya sakit.

Waktu di Manado dan Ternate

Mononutu tinggal di Manado selama 12 tahun dari 1930 hingga 1942. Selama waktu ini, ia menjadi direktur koperasi kopra. Koperasi ini memiliki sekitar 500 anggota yang tersebar di seluruh wilayah Minahasa dan Bolaang Mongondow. Mononutu berhasil mendapatkan kredit dari Bank Kredit Umum Rakyat (Algemene Volkscredietbank) yang sekarang Bank Rakyat Indonesia untuk membayar hutang-hutang para petani kopra. Ini memungkinkan para petani untuk menjual kopra mereka ke koperasi, yang menawarkan harga lebih stabil dan sesuai dengan standar. Kopra itu kemudian diekspor melalui Nationale Handelsbank yakni sebuah bank yang didirikan Belanda untuk membiayai perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda.[16]

Pada awal pendudukan Jepang pada tahun 1942, Mononutu dicari oleh Jepang karena sikap nasionalisnya dan hubungannya dengan organisasi-organisasi nasionalis. Dengan bantuan seorang Jepang yang bersimpatik bernama Yamanishi, Mononutu melarikan diri ke pulau Ternate di Kepulauan Maluku dan menetap di sana sampai akhir pendudukan Jepang.[17]

Keterlibatan dalam Negara Indonesia Timur

Mononutu (ketiga dari kanan) bersama Hatta and Hamengkubuwono IX

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Mononutu memfokuskan usahanya untuk membantu rakyat Maluku Utara untuk menentukan respon mereka yang terbaik. Dia adalah salah seorang yang mendirikan organisasi politik bernama Persatuan Indonesia. Sebuah koran bernama Menara Merdeka diterbitkan untuk mempromosikan cita-cita Persatuan Indonesia.[18] Koran ini memberikan pesan-pesan pro-republik dan mengkritik upaya-upaya Belanda untuk membentuk sebuah negara yang terpisah dari Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan.

Upaya Belanda untuk menemukan solusi federalis untuk Indonesia termasuk diantaranya pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) pada tahun 1946. Mononutu menjadi anggota parlemen NIT dan memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.[19][20] Dia memfokuskan usahanya untuk membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung gagasan menyatukan NIT dengan Republik Indonesia. Setelah Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, Mononutu mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.[21] Organisasi ini berusaha menyoroti tindakan Belanda yang berupaya untuk kembali menjajah Indonesia. Pada bulan Februari 1948, ia memimpin sebuah delegasi NIT untuk mengunjungi dan bertemu dengan para pemimpin Republik Indonesia di Yogyakarta.[22] Pada tahun 1949, NIT menjadi konstituen dari Republik Indonesia Serikat (RIS), yang kemudian dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan oleh Republik Indonesia yang bersatu.

Menteri Penerangan

Mononutu berpidatodi Garut
Mononutu bersama Soekarno in Purwodadi

Mononutu ditunjuk sebagai Menteri Penerangan dalam pemerintahan Indonesia pada tiga kesempatan terpisah:

Selama menjabat sebagai menteri penerangan, beberapa daerah di Indonesia diguncang oleh pemberontakan-pemberontakan termasuk di Jawa Barat (Angkatan Perang Ratu Adil), Sulawesi Selatan (oleh Andi Azis), dan Maluku (oleh Chris Soumokil). Mononutu bersama dengan Soekarno mengunjungi daerah-daerah ini dan dalam rapat-rapat terbuka mempromosikan cita-cita sebuah bangsa yang bersatu.[26]

Pada tahun 1949 sesudah berlangsungnya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan RIS, dalam suatu tim kerja dengan kolega terdekatnya sesama Diplomat, Mr. Soedibjo Wirjowerdojo (yang kemudian mendampinginya selaku charge d'affaires/Wakil Duta Besar di RRC tahun 1953–1955), ia yang pertama kali mengumumkan nama Batavia menjadi Jakarta. Sedangkan Mr. Soedibjo Wirjowerdojo mengumumkannya di Belanda.[27]

Rektor Universitas Hasanuddin

Pada tahun 1960, Mononutu diminta oleh Soekarno untuk menjadi rektor Universitas Hasanuddin. Dalam lima tahun jabatannya sebagai rektor, jumlah mahasiswa bertumbuh dari 4000 mahasiswa menjadi 8000 mahasiswa. Pada awal jabatannya, universitas ini hanya memiliki tiga fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran. Selama masa jabatannya, enam fakultas baru didirikan yakni Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Sastra, Fakultas Sosial Politik, dan Fakultas Teknik.[28]

Penghargaan

Pada 15 Februari 1961, Mononutu dianugerahi Bintang Mahaputra Utama yaitu penghargaan tertinggi yang diberikan kepada seorang warga sipil oleh pemerintah Indonesia.[29]

Referensi

  1. ^ Nalenan (1981), p. 9.
  2. ^ Nalenan (1981), p. 5.
  3. ^ Nalenan (1981), p. 10.
  4. ^ Nalenan (1981), p. 15.
  5. ^ Nalenan (1981), p. 55.
  6. ^ Nalenan (1981), p. 48.
  7. ^ Nalenan (1981), p. 58.
  8. ^ Nalenan (1981), p. 64.
  9. ^ Nalenan (1981), p. 71.
  10. ^ Nalenan (1981), p. 76.
  11. ^ Nalenan (1981), p. 90.
  12. ^ Nalenan (1981), p. 95.
  13. ^ Nalenan (1981), p. 79.
  14. ^ Nalenan (1981), p. 101.
  15. ^ Nalenan (1981), p. 104.
  16. ^ Nalenan (1981), p. 111, 112.
  17. ^ Nalenan (1981), p. 120.
  18. ^ Prisma (1983), p. 110.
  19. ^ Prisma (1983), p. 110.
  20. ^ Nalenan (1981), p. 181.
  21. ^ Sudarmanto (2006), p. 420.
  22. ^ Atmakusumah (2011), p. 315.
  23. ^ Feith (1962), p. 47.
  24. ^ Feith (1962), p. 180.
  25. ^ Feith (1958), p. 94.
  26. ^ Nalenan (1981), p. 202.
  27. ^ Biodata: Arnold Mononutu
  28. ^ Nalenan (1981), p. 239.
  29. ^ Nalenan (1981), p. 255.

Sumber referensi

  • Atmakusumah (2011). Takhta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta: Gramedia. 
  • Feith, Herbert (1958). The Wilopo Cabinet, 1952-1953: A Turning Point in Post-Revolutionary Indonesia. Equinox Publishing. 
  • Feith, Herbert (1962). The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Equinox Publishing. 
  • Nalenan, R. (1981). Arnold Mononutu: Potret Seorang Patriot. Jakarta: Gunung Agung. 
  • "Arnold Mononutu". Prisma. 12 (7-12): 110. 1983. 
  • Sudarmanto, J.B. (2006). Jejak-jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta: Grasindo: Gramedia Widiasarana Indonesia. 
Didahului oleh:
R. Syamsudin
Menteri Penerangan
1949–1950
Diteruskan oleh:
R. Syamsudin
Didahului oleh:
M.A. Pellaupessy
Menteri Penerangan
1951–1953
Diteruskan oleh:
Ferdinand Lumban Tobing