Lompat ke isi

Pembicaraan:Raden Wijaya: Perbedaan antara revisi

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 13: Baris 13:


Dukungan : Saya sependapat bahwa Lembu Tal adalah nama seorang pria. Dalam Terjemahan Nagarakretagama (saya lupa bab berapa) disebutkan bahwa lembu Tal adalah seorang prawira yuda dan merupakan ayah dari Raden Wijaya.
Dukungan : Saya sependapat bahwa Lembu Tal adalah nama seorang pria. Dalam Terjemahan Nagarakretagama (saya lupa bab berapa) disebutkan bahwa lembu Tal adalah seorang prawira yuda dan merupakan ayah dari Raden Wijaya.

Komentar :
Jika benar Dyah Lembu Tal adalah nama seorang pria dan bapak dari Raden Wijaya, lalu siapa Ibu dari Raden Wijaya (menurut versi orang yang percaya Lembu Tal adalah pria)? Jika tidak ada satu pun sumber sejarah yang menyebut Ibu Raden Wijaya, menurut versi tersebut, jelas hal ini sangat aneh dan irasional.Tampak ada sesuatu yang di sembunyikan. Karena silsilah Raja-raja Singhasari saja sebagai pendahulu kerajaan Majapahit, sudah begitu lengkap dan jelas asal-usulnya.

Selain itu, Nagarakretagama tidak bisa di terima begitu saja tanpa mempelajari sumber sejarah lain mengingat kitab ini sebagian besar hanya berisi pujian atas kebesaran Majapahit dan Raja-raja Majapahit dan tentu saja "mendem" semua hal dan kejadian yang di anggap bisa mengurangi kebesaran Majapahit termasuk peristiwa perebutan kekuasan berdarah di antara keluarga kerajaan Singhasari (pendahulu Raja-raja Majapahit).


==Dyah dan Raden==
==Dyah dan Raden==

Revisi per 28 Mei 2008 17.39

Perlu diketahui bahwa catatan dari tanah Sunda tentang kaitan antara Raden Wijaya dengan Rakeyan Jayadarma ini hanya pendapat minoritas sejarawan. Kelemahan utamanya adalah nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki, yang umumnya diterima sebagai ayah dari Raden Wijaya.

Lembu, Kebo, Mahisa, dan Gajah adalah nama laki-laki. Seperti dalam nama-nama era Singasari-Majapahit: Kebo Ijo, Kebo Anabrang, Mahisa Cempaka, Mahisa Wong Ateleng, Gajah Mada, Raden Gajah, Lembu Peteng (Brawijaya VI), dan tentu saja Lembu Tal.

Dyah pada kerajaan Singasari-Majapahit bukanlah nama perempuan. Dyah adalah nama (gelaran) yang biasa dipakai oleh bangsawan kelas atas (laki-laki dan wanita). Contoh yang laki-laki: Dyah Kertawijaya (Brawijaya I), Sri Rajasanegara Dyah Hayam Wuruk, Dyah Ranawijaya (Girindrawardhana).

Menurut saya pribadi, catatan Sunda ini kemungkinan dibuat setelah era Majapahit berakhir, oleh penulis yang kurang memahami latar budaya penamaan era Majapahit yang sudah berlalu, sehingga terjadi kesalahan jenis kelamin Lembu Tal.

Komentar: Pada dasarnya, Anda keberatan mengakui bahwa pendiri Kerajaan Majapahit adalah Putera Raja Sunda Galuh ke-26.

Reply to Komentar: Maaf, komentar anda terdengar emosional. Saya rasa tidak ada yang akan menulis pernyataan di atas seandainya catatan tanah Sunda itu lebih rasional. Misalnya begini, seandainya saja disebutkan Raden Wijaya adalah cucu Raja Sunda Galuh, atau anak Lembu Tal dari seorang Putri Raja Sunda Galuh, itu akan cukup masuk di akal. Inti permasalahannya adalah kalau sekarang ini ada yang berpendapat Lembu Tal itu nama perempuan, mungkin generasi akan datang akan ada yang malah berpendapat Gajah Mada itu perempuan juga.

Dukungan : Saya sependapat bahwa Lembu Tal adalah nama seorang pria. Dalam Terjemahan Nagarakretagama (saya lupa bab berapa) disebutkan bahwa lembu Tal adalah seorang prawira yuda dan merupakan ayah dari Raden Wijaya.

Komentar : Jika benar Dyah Lembu Tal adalah nama seorang pria dan bapak dari Raden Wijaya, lalu siapa Ibu dari Raden Wijaya (menurut versi orang yang percaya Lembu Tal adalah pria)? Jika tidak ada satu pun sumber sejarah yang menyebut Ibu Raden Wijaya, menurut versi tersebut, jelas hal ini sangat aneh dan irasional.Tampak ada sesuatu yang di sembunyikan. Karena silsilah Raja-raja Singhasari saja sebagai pendahulu kerajaan Majapahit, sudah begitu lengkap dan jelas asal-usulnya.

Selain itu, Nagarakretagama tidak bisa di terima begitu saja tanpa mempelajari sumber sejarah lain mengingat kitab ini sebagian besar hanya berisi pujian atas kebesaran Majapahit dan Raja-raja Majapahit dan tentu saja "mendem" semua hal dan kejadian yang di anggap bisa mengurangi kebesaran Majapahit termasuk peristiwa perebutan kekuasan berdarah di antara keluarga kerajaan Singhasari (pendahulu Raja-raja Majapahit).

Dyah dan Raden

Pada zaman Majapahit gelar dyah bukan khusus untuk kaum perempuan saja. Dalam Nagarakretagama yang dikarang abad ke-14, nama pendiri Majapahit ditulis DYAH WIJAYA, sedangkan dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16, nama tersebut berubah menjadi RADEN WIJAYA. Ini berarti gelar Dyah sama dengan Raden.222.124.227.91 11:36, 20 Februari 2008 (UTC)