Lompat ke isi

Wong Fei-hung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 15149255 oleh LaninBot (bicara)
Tag: Pembatalan
Gsad+-*sfdxx (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 68: Baris 68:
{{lifetime|1847|1924|Wong, Fei-hung}}
{{lifetime|1847|1924|Wong, Fei-hung}}
{{Qing-bio-stub}}
{{Qing-bio-stub}}
{{Authority control}}

Revisi per 30 September 2019 10.45

Wong FeiHung
Lahir(1847-07-09)9 Juli 1847
Foshan, Guangdong
MeninggalGuangzhou, Guangdong
25 Maret 1924(1924-03-25) (umur 76)
KebangsaanDinasti Qing, Cina
GayaHung Ga
PekerjaanGuru Besar Hung Ga
Bagian dari seri tentang
Seni bela diri Tiongkok
Daftar seni bela diri Tiongkok
Istilah
Tempat bersejarah
Tokoh bersejarah
Figur legendaris
Lain-lain

Wong Feihung atau Hwang Fei-hong (hanzi tradisional: 黃飛鴻; hanzi sederhana: 黄飞鸿; pinyin: Huáng Fēihóng; Cantonese: Wòhng Fēihùhng) (9 Juli 1847 – 25 Maret 1924) adalah seorang praktisi ilmu bela diri Hung Ga, guru besar, tabib tradisional Cina dan juga revolusioner yang kemudian menjadi pahlawan rakyat Cina.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah tabib, serta ahli beladiri Tiongkok (wushu dan kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Kanton (ibu kota Guangdong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ahli beladiri yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwangtung. Posisi Macan Kwangtung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekertinya, membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong. Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Qing yang korup dan penindas.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan jurus "Tendangan Tanpa Bayangan" yang legendaris.

Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Qing pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Qing. Jika saja pemerintah Qing tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Qing.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju.

Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan jurus "Cakar Macan" dan jurus "Sembilan Pukulan Khusus".

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia.

Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwangtung dan Kanton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum tertindas yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin.