Lompat ke isi

Gemblak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 7: Baris 7:
Warok kaya yang mengontrak gemblak sering memanjakan gemblak dengan diberi [[masakan]] enak, diajak jalan-jalan, diberi [[perhiasan]], dan tak segan-segan mengeluarkan [[uang]] untuk [[sekolah]] dan uang saku gemblak-nya.<ref name="jawapos-gemblak">{{Cite web|url=https://www.jawapos.com/jpg-today/19/09/2017/misteri-kehidupan-malam-warok-gemblak/|title=Misteri Kehidupan Malam Warok-Gemblak|date=19 September 2017|website=jawapos.com|publisher=JawaPos.com|access-date=09 Februari 2020}}</ref><ref name="tempo1-gemblak">{{Cite web|url=https://majalah.tempo.co/read/perilaku/32397/pengakuan-seorang-warok|title=Pengakuan seorang warok|date=10 Oktober 1987|author=Budiono Darsono|website=majalah.tempo.co|publisher=Tempo|access-date=09 Februari 2020}}</ref> Meskipun mendapat kesenangan, selama dikontrak gemblak harus mengabdi kepada warok-nya dan taat pada setiap nasihatnya. Meskipun ''gemblakan'' sering dianggap sebagai [[homoseksualitas]], warok dan gemblak mempunyai hubungan melekat seperti ayah-anak pada soal [[pendidikan]]. Warok mengajari gemblak bagaimana hidup bijak dan santun, mengajari [[Tari|menari]] untuk pementasan Reog, dan menyekolahkannya.<ref name="jawapos-gemblak" /><ref name="tempo2-gemblak">{{Cite web|url=https://majalah.tempo.co/read/perilaku/32396/dari-mata-turun-ke-gemblak|title=Dari mata turun ke gemblak|date=10 Oktober 1987|website=majalah.tempo.co|publisher=Tempo|access-date=09 Februari 2020}}</ref>
Warok kaya yang mengontrak gemblak sering memanjakan gemblak dengan diberi [[masakan]] enak, diajak jalan-jalan, diberi [[perhiasan]], dan tak segan-segan mengeluarkan [[uang]] untuk [[sekolah]] dan uang saku gemblak-nya.<ref name="jawapos-gemblak">{{Cite web|url=https://www.jawapos.com/jpg-today/19/09/2017/misteri-kehidupan-malam-warok-gemblak/|title=Misteri Kehidupan Malam Warok-Gemblak|date=19 September 2017|website=jawapos.com|publisher=JawaPos.com|access-date=09 Februari 2020}}</ref><ref name="tempo1-gemblak">{{Cite web|url=https://majalah.tempo.co/read/perilaku/32397/pengakuan-seorang-warok|title=Pengakuan seorang warok|date=10 Oktober 1987|author=Budiono Darsono|website=majalah.tempo.co|publisher=Tempo|access-date=09 Februari 2020}}</ref> Meskipun mendapat kesenangan, selama dikontrak gemblak harus mengabdi kepada warok-nya dan taat pada setiap nasihatnya. Meskipun ''gemblakan'' sering dianggap sebagai [[homoseksualitas]], warok dan gemblak mempunyai hubungan melekat seperti ayah-anak pada soal [[pendidikan]]. Warok mengajari gemblak bagaimana hidup bijak dan santun, mengajari [[Tari|menari]] untuk pementasan Reog, dan menyekolahkannya.<ref name="jawapos-gemblak" /><ref name="tempo2-gemblak">{{Cite web|url=https://majalah.tempo.co/read/perilaku/32396/dari-mata-turun-ke-gemblak|title=Dari mata turun ke gemblak|date=10 Oktober 1987|website=majalah.tempo.co|publisher=Tempo|access-date=09 Februari 2020}}</ref>


Kini praktik Warok-Gemblak ditentang oleh pemuka agama setempat melalui perlawanan moral publik. Karena hal itulah, kini pagelaran Reog Ponorogo jarang sekali menampilkan gemblak, anak laki-laki tampan sebagai penunggang kuda. Sekarang peran ''gemblakan'' diganti dengan [[Jathil]], prajurit perempuan yang menunggangi kuda lumping.{{sfn|Asmoro|2013}}
== Pengaruh Islam dan politik ==
=== Era Bathara Katong ===
[[Berkas:Legendaris, Kuda Lumping.jpg|jmpl|Jathil, pengganti peran gemblak.]]
Setelah [[Bathara Katong]] menjadi [[adipati]] pertama di [[Ponorogo]], ia bersama [[Ki Ageng Mirah]] dan [[Seloaji]] menjadi penyebar [[Islam]] di Ponorogo.{{sfn|Asmoro|2013|p=128}} Bathara Katong mengganti peran ''gemblakan'' dengan peran [[Jathil]] karena keberadaan ''gemblakan'' dianggap tidak sesuai dengan [[syariat Islam]].{{sfn|Asmoro|2013|p=129}}

=== Era Orde Baru ===
Pada tahun 1960-an, banyak warok dibunuh pada tragedi [[pembantaian di Indonesia 1965–1966]]. Banyak grup Reog dibekukan oleh rezim [[Orde Baru]] karena Reog sering diundang mengisi acara [[Lembaga Kebudayaan Rakyat]] di Jawa Timur, organisasi yang dianggap sayap kesenian Partai Komunis Indonesia. [[Partai Nasional Indonesia]] yang dikomandoi [[Soekarno|Sukarno]] juga membina banyak grup Reog yang semuanya dihabisi oleh rezim Orde Baru.<ref name="intersections" /><ref name="vice-gemblak" />

Pada tahun 1995, terdapat upaya Bupati Ponorogo [[Markum Singodimejo]] berinisiatif agar upaya pelestarian kesenian Reog tidak terpisah sejalan dengan kepribadian masyarakat Ponorogo yang religius dan terkenal karena [[Daftar pesantren di Kabupaten Ponorogo|pondok pesantrennya]].{{sfn|Asmoro|2013|p=129}} Melalui "Surat Keputusan Bupati Nomor: 425/1995", kata REOG dijadikan semboyan Kabupaten Ponorogo (''Resik, Endah, Omber, Girang-gemirang'').{{sfn|Asmoro|2013|p=127}} Selain itu, upaya Pemda [[Daerah tingkat II|Tingkat II]] Ponorogo membuat acara tetap tahunan, di antaranya setiap menjelang [[Tahun Baru Hijriyah|Tahun Baru Islam]] diadakan [[Grebeg Suro]] dan [[Festival Reog Nasional]].{{sfn|Asmoro|2013|p=127-128}}

=== Era Reformasi ===
Pimpinan pondok pesantren modern Gontor secara non-formal dianggap sebagai sesepuh/pengasuh kesenian Reog, karena pada saat-saat tertentu semua aparat pemerintahan mulai bupati hingga pimpinan di bawahnya serta para tokoh warok berkumpul untuk diberikan [[tausiyah]]/pencerahan dalam rangka upaya mempertahankan daerah dan kesenian Ponorogo walaupun sebagai "Bumi Reog" tetapi masih religius.{{sfn|Asmoro|2013|p=130}}

Pada tahun 2016, Bupati Ponorogo [[Ipong Muchlissoni]] membuat visi dan misi baru untuk Kabupaten Ponorogo, yaitu "Ponorogo berbenah menuju Ponorogo yang Lebih Maju, Berbudaya dan Religius."<ref>{{Cite web|url=https://ponorogo.go.id/visi-misi/|title=Visi Misi - Pemerintahan Kabupaten Ponorogo|website=ponorogo.go.id|archive-url=https://web.archive.org/web/20200209095116/https://ponorogo.go.id/visi-misi/|archive-date=09 Februari 2020|dead-url=no|access-date=09 Februari 2020}}</ref>

Kini praktik Warok-Gemblak ditentang oleh pemuka agama setempat melalui perlawanan moral publik. Karena hal itulah, kini pagelaran Reog Ponorogo jarang sekali menampilkan gemblak, anak laki-laki tampan sebagai penunggang kuda. Sekarang peran ''gemblakan'' diganti dengan [[Jathil]], prajurit perempuan yang menunggangi kuda lumping.


== Budaya populer ==
== Budaya populer ==
Baris 32: Baris 17:
* [[Homoseksualitas di Indonesia]]
* [[Homoseksualitas di Indonesia]]


== Kepustakaan ==
== Bacaan lanjutan ==
* {{citation|last=Asmoro|first=Achmad|title=Pasang Surut Dominasi Islam terhadap Kesenian Reog Ponorogo|year=2013|publisher=Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung|url=http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/detail/149675}}
* {{citation|last=Asmoro|first=Achmad|title=Pasang Surut Dominasi Islam terhadap Kesenian Reog Ponorogo|year=2013|publisher=Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung|url=http://garuda.ristekdikti.go.id/documents/detail/149675}}


Baris 39: Baris 24:


{{Reog Ponorogo}}
{{Reog Ponorogo}}
{{Budaya-stub}}


[[Kategori:Reog Ponorogo]]
[[Kategori:Reog Ponorogo]]

Revisi per 9 Februari 2020 18.14

Berkas:Gemblak.jpg
Dua orang gemblak.

Gemblak[1] (aksara Jawa: ꦒꦼꦩ꧀ꦧ꧀ꦭꦏ꧀) adalah mantan tokoh dari seni Reog dan berkaitan erat dengan warok. Gemblak adalah seorang anak laki-laki rupawan yang tinggal bersama dengan komunitas warok dalam jangka waktu 2 tahun.[2] Gemblak dipinang menggunakan hewan ternak sapi atau sawah garapan. Mahar itu diberikan ke keluarga gemblak, yang selanjutnya hidup bersama sang Warok mengikuti kelompok pertunjukan keliling di banyak tempat untuk meramaikan pementasan Reog.[3]

Warok dan Gemblak

Warok adalah sebutan lelaki yang punya sifat kesatria, berbudi pekerti luhur, dan memiliki wibawa tinggi di kalangan masyarakat. Pada awalnya warok digambarkan sebagai sosok pengolah kanuragan yang demi pencapaian ilmu dan kesaktiannya, mereka melakoni "puasa perempuan" alias tidak berhubungan dengan wanita, melainkan dengan anak laki-laki berumur 11–15 tahun yang acapkali disebut gemblakan.[3] Warok dapat menikah dengan seorang wanita sebagai istri mereka, tetapi mereka mungkin tetap memiliki gemblak. Hal ini menyebabkan hubungan Warok-Gemblakan mirip dengan tradisi perjantanan di Yunani kuno. Siapa saja yang mengenal cara hidup tradisional di Ponorogo, tahu bahwa ada pria yang lebih tua yang disebut warok, tidak berhubungan seks dengan istri-istri mereka, tetapi berhubungan seks dengan anak laki-laki yang lebih muda.[4] Mungkin yang dilakukan warok dan gemblak adalah tindakan homoseksual, namun mereka tidak pernah mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang homoseksual, tetapi mereka akan menyebutnya dengan istilah warok-gemblakan.[4][3][5]

Warok kaya yang mengontrak gemblak sering memanjakan gemblak dengan diberi masakan enak, diajak jalan-jalan, diberi perhiasan, dan tak segan-segan mengeluarkan uang untuk sekolah dan uang saku gemblak-nya.[5][6] Meskipun mendapat kesenangan, selama dikontrak gemblak harus mengabdi kepada warok-nya dan taat pada setiap nasihatnya. Meskipun gemblakan sering dianggap sebagai homoseksualitas, warok dan gemblak mempunyai hubungan melekat seperti ayah-anak pada soal pendidikan. Warok mengajari gemblak bagaimana hidup bijak dan santun, mengajari menari untuk pementasan Reog, dan menyekolahkannya.[5][7]

Kini praktik Warok-Gemblak ditentang oleh pemuka agama setempat melalui perlawanan moral publik. Karena hal itulah, kini pagelaran Reog Ponorogo jarang sekali menampilkan gemblak, anak laki-laki tampan sebagai penunggang kuda. Sekarang peran gemblakan diganti dengan Jathil, prajurit perempuan yang menunggangi kuda lumping.[8]

Budaya populer

Kisah warok dan gemblak diangkat ke dalam film Kucumbu Tubuh Indahku.

Lihat pula

Bacaan lanjutan

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata gemblak pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 09 Januari 2020. 
  2. ^ Charolin Pebrianti (13 Januari 2018). "Ini Cerita Miring Gemblak di Ponorogo". news.detik.com. detikNews. Diakses tanggal 09 Februari 2020. 
  3. ^ a b c Muhammad Ishomuddin (23 April 2019). "Relasi Mistis dan Sensual Rumit Antara Warok-Gemblak di Ponorogo". vice.com. VICE. Diakses tanggal 09 Februari 2020. 
  4. ^ a b "Talks on Reyog Ponorogo - Intersections : gender, history and culture in the Asian context". intersections.anu.edu.au. Perth, W.A: Murdoch University, School of Asian Studies. 02 Mei 1999. Diakses tanggal 09 Februari 2020. 
  5. ^ a b c "Misteri Kehidupan Malam Warok-Gemblak". jawapos.com. JawaPos.com. 19 September 2017. Diakses tanggal 09 Februari 2020. 
  6. ^ Budiono Darsono (10 Oktober 1987). "Pengakuan seorang warok". majalah.tempo.co. Tempo. Diakses tanggal 09 Februari 2020. 
  7. ^ "Dari mata turun ke gemblak". majalah.tempo.co. Tempo. 10 Oktober 1987. Diakses tanggal 09 Februari 2020. 
  8. ^ Asmoro 2013.