Lompat ke isi

Pertempuran Manado: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
rewording
add details and references
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Military Conflict|conflict=Pertempuran Manado|image=[[File:Japanese Paratroopers Dropping Over Langoan Airfield, Manado, 1942.jpg|320px]]|caption=Pasukan terjun payung Jepang diterjunkan diatas Lanud Langoan|partof=[[Perang Dunia II]], [[Perang Pasifik]]|date=11–12 Januari 1942 <br /> (Grup gerilya terakhir ditangkap 9 Agustus 1942)|place=[[Manado]], bagian utara [[semenanjung Minahasa]] di pulau [[Sulawesi]]|result=Kemenangan Jepang|combatant1={{negaranama|Belanda}}|combatant2=[[Berkas:Merchant_flag_of_Japan_(1870).svg|22px]] [[Jepang]]|commander1={{flagicon|Netherlands}} B.F.A. Schilmöller {{surrendered}} (menyerah 23 Maret)|commander2={{flagicon|Empire of Japan|naval}} Raizō Tanaka<br />{{flagicon|Empire of Japan|naval}} Kunizō Mori<br /> {{flagicon|Empire of Japan|naval}} Toyoaki Horiuchi|strength1=1.500 infantri{{br}}|strength2=3,200 infantri laut<ref>Remmelink (2018), pp. 160</ref><br/>507 pasukan terjun payung<ref>Remmelink (2018), pp. 154-155</ref>|casualties1=140 tewas<br/>48 ditangkap|casualties2=44 tewas<ref>Remmelink (2018), pp. 165</ref><br/>ca. 244 terluka<ref>Remmelink (2018), pp. 165</ref><ref>Nortier (1988), pp. 50</ref>}}Pertempuran Manado terjadi di daerah sekitar kota Manado (juga dieja Menado) di Semenanjung Minahasa di bagian utara Pulau Celebes (Sulawesi, Indonesia), dari tanggal 11-12 Januari 1942. Sebagai bagian dari serangan Jepang untuk merebut Hindia Belanda, pertempuran ini dicatat sebagai pertama kalinya dalam sejarah Jepang dimana mereka mengerahkan pasukan terjun payung dalam operasi militer.
{{Infobox Military Conflict|conflict=Pertempuran Manado|image=[[File:Japanese Paratroopers Dropping Over Langoan Airfield, Manado, 1942.jpg|320px]]|caption=Pasukan terjun payung Jepang diterjunkan diatas Lanud Langoan|partof=[[Perang Dunia II]], [[Perang Pasifik]]|date=11–12 Januari 1942 <br /> (Grup gerilya terakhir ditangkap 9 Agustus 1942)|place=[[Manado]], bagian utara [[semenanjung Minahasa]] di pulau [[Sulawesi]]|result=Kemenangan Jepang|combatant1={{negaranama|Belanda}}|combatant2=[[Berkas:Merchant_flag_of_Japan_(1870).svg|22px]] [[Jepang]]|commander1={{flagicon|Netherlands}} B.F.A. Schilmöller {{surrendered}} (menyerah 23 Maret)|commander2={{flagicon|Empire of Japan|naval}} Raizō Tanaka<br />{{flagicon|Empire of Japan|naval}} Kunizō Mori<br /> {{flagicon|Empire of Japan|naval}} Toyoaki Horiuchi|strength1=1.500 infantri{{br}}|strength2=3,200 infantri laut<ref>Remmelink (2018), pp. 160</ref><br/>507 pasukan terjun payung<ref>Remmelink (2018), pp. 154-155</ref>|casualties1=140 tewas<br/>48 ditangkap|casualties2=44 tewas<ref>Remmelink (2018), pp. 165</ref><br/>ca. 244 terluka<ref>Remmelink (2018), pp. 165</ref><ref>Nortier (1988), pp. 50</ref>}}Pertempuran Manado terjadi di daerah sekitar kota Manado (juga dieja Menado) di Semenanjung Minahasa di bagian utara Pulau Celebes (Sulawesi, Indonesia), dari tanggal 11-12 Januari 1942. Sebagai bagian dari serangan Jepang untuk merebut Hindia Belanda, pertempuran ini dicatat sebagai pertama kalinya dalam sejarah Jepang dimana mereka mengerahkan pasukan terjun payung dalam operasi militer.

== Latar Belakang ==

=== Nilai Strategis Minahasa ===
Meskipun Semenanjung Minahasa tidak mengandung bahan baku atau instalasi teknis strategis, nilai militernya tetap penting. Teluk Manado dan Danau Tondano menyediakan pangkalan yang bagus untuk pesawat amfibi; Pasukan Belanda mendirikan Pangkalan Angkatan Laut di sisi tenggara Danau Tondano, dekat Tasoeka (Tasuka). Pangkalan pesawat amfibi juga didirikan di bagian selatan Danau, dekat Kakas.<ref>Nortier (1980), pp. 65</ref>

Selain itu, pasukan Belanda juga membangun dua lapangan udara di dekatnya. Di desa Kalawiran dekat Langoan, Lanud Menado II / Langoan didirikan. Ketika perang pecah, Lanud Manado I, yang terletak di sebelah timur Kota Manado di Mapanget masih dalam pembangunan.<ref>Nortier (1980), pp. 65</ref>

=== Rencana Invasi Jepang ===
Sebagai bagian dari rencana Jepang untuk menaklukkan Hindia Belanda, khususnya pulau Jawa, mereka memerlukan dukungan udara dari selatan pulau Sumatra, Kuching, Banjarmasin, Makassar dan Kendari (keduanya di Sulawesi selatan).<ref>Remmelink (2015), pp. 4</ref> Namun, sebelumnya, untuk mendapatkan dukungan udara yang disebutkan di atas (khususnya di daerah selatan Sulawesi dan Banjarmasin), Basis Belanda di Manado, Tarakan dan Balikpapan harus ditaklukkan juga.<ref>Remmelink (2015), pp. 4</ref>

Perebutan Manado digariskan sebagai bagian dari cabang Serangan Timur Jepang untuk menangkap Hindia Belanda. Tanggung jawab untuk melakukan serangan pada cabang ini jatuh ke Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.<ref>Nortier (1980), pp. 67</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 26 Maret 2020 05.00

Pertempuran Manado
Bagian dari Perang Dunia II, Perang Pasifik

Pasukan terjun payung Jepang diterjunkan diatas Lanud Langoan
Tanggal11–12 Januari 1942
(Grup gerilya terakhir ditangkap 9 Agustus 1942)
LokasiManado, bagian utara semenanjung Minahasa di pulau Sulawesi
Hasil Kemenangan Jepang
Pihak terlibat
 Belanda Jepang
Tokoh dan pemimpin
Belanda B.F.A. Schilmöller  Menyerah (menyerah 23 Maret) Kekaisaran Jepang Raizō Tanaka
Kekaisaran Jepang Kunizō Mori
Kekaisaran Jepang Toyoaki Horiuchi
Kekuatan
1.500 infantri
3,200 infantri laut[1]
507 pasukan terjun payung[2]
Korban
140 tewas
48 ditangkap
44 tewas[3]
ca. 244 terluka[4][5]

Pertempuran Manado terjadi di daerah sekitar kota Manado (juga dieja Menado) di Semenanjung Minahasa di bagian utara Pulau Celebes (Sulawesi, Indonesia), dari tanggal 11-12 Januari 1942. Sebagai bagian dari serangan Jepang untuk merebut Hindia Belanda, pertempuran ini dicatat sebagai pertama kalinya dalam sejarah Jepang dimana mereka mengerahkan pasukan terjun payung dalam operasi militer.

Latar Belakang

Nilai Strategis Minahasa

Meskipun Semenanjung Minahasa tidak mengandung bahan baku atau instalasi teknis strategis, nilai militernya tetap penting. Teluk Manado dan Danau Tondano menyediakan pangkalan yang bagus untuk pesawat amfibi; Pasukan Belanda mendirikan Pangkalan Angkatan Laut di sisi tenggara Danau Tondano, dekat Tasoeka (Tasuka). Pangkalan pesawat amfibi juga didirikan di bagian selatan Danau, dekat Kakas.[6]

Selain itu, pasukan Belanda juga membangun dua lapangan udara di dekatnya. Di desa Kalawiran dekat Langoan, Lanud Menado II / Langoan didirikan. Ketika perang pecah, Lanud Manado I, yang terletak di sebelah timur Kota Manado di Mapanget masih dalam pembangunan.[7]

Rencana Invasi Jepang

Sebagai bagian dari rencana Jepang untuk menaklukkan Hindia Belanda, khususnya pulau Jawa, mereka memerlukan dukungan udara dari selatan pulau Sumatra, Kuching, Banjarmasin, Makassar dan Kendari (keduanya di Sulawesi selatan).[8] Namun, sebelumnya, untuk mendapatkan dukungan udara yang disebutkan di atas (khususnya di daerah selatan Sulawesi dan Banjarmasin), Basis Belanda di Manado, Tarakan dan Balikpapan harus ditaklukkan juga.[9]

Perebutan Manado digariskan sebagai bagian dari cabang Serangan Timur Jepang untuk menangkap Hindia Belanda. Tanggung jawab untuk melakukan serangan pada cabang ini jatuh ke Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.[10]

Referensi

  1. ^ Remmelink (2018), pp. 160
  2. ^ Remmelink (2018), pp. 154-155
  3. ^ Remmelink (2018), pp. 165
  4. ^ Remmelink (2018), pp. 165
  5. ^ Nortier (1988), pp. 50
  6. ^ Nortier (1980), pp. 65
  7. ^ Nortier (1980), pp. 65
  8. ^ Remmelink (2015), pp. 4
  9. ^ Remmelink (2015), pp. 4
  10. ^ Nortier (1980), pp. 67

Daftar pustaka

Sumber

Situs web