Lompat ke isi

Sepatnunggal, Majenang, Cilacap: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Borgx (bicara | kontrib)
k {{rapikan}}
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{desa
{{desa
|peta =Wilayah ini berbatasan : Utara dg Desa Sadahayu, Timur dg desa Pengadegan, Selatan dg desa Bener dan Barat dg desa Cibeunying.
|peta =Wilayah ini berbatasan : Utara dg Desa Sadahayu, Timur dg desa Pengadegan, Selatan dg desa Bener dan Barat dg desa Cibeunying.

Revisi per 18 Februari 2009 01.13

Sepatnunggal
Peta lokasi Desa Sepatnunggal
Peta lokasi Desa Sepatnunggal
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenCilacap
KecamatanMajenang
Kode Kemendagri33.01.14.2011 Edit nilai pada Wikidata
Luas5,5 km2
Jumlah penduduk6200 org
Kepadatan1200/km2
Peta
PetaKoordinat: 7°14′45.17″S 108°44′27.24″E / 7.2458806°S 108.7409000°E / -7.2458806; 108.7409000


Sepatnunggal adalah desa di kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

KONDISI GEOGRAFI

Sepatnunggal adalah daerah pegunungan yang terdiri dari perbukitan kecil (dengan kemiringan landai sampai terjal) yang membujur dari Utara ke Selatan yang merupakan lerengdari pegunungan Kendeng. Tingginya kira-kira 100-500 m di atas permukaan laut. Tanahnya subur dan hampir 100% merupakan tanah pertanian rakyat. Di bagian Selatan ada lembah subur dan indah yang landai luasnya kurang lebih 20 ha yang sebelah Baratnya dilalui sungai Cijalu yang deras (bermata air di G. Padontelu), yang airnya digunakan untuk irgasi. Sepatnunggal merupakan jalur strategis karena dilalui jalan utama yang menghubungkan beberapa desa di atasnya (Sadahayu, Sadabuni, Pangadegan dan Cibeunying). Banyak mata air sehingga hampir sepanjang tahun tahun tidak kekurangan air bersih.

PENDUDUK

Penduduk asli desa Sepatnunggal adalah keturunan Sunda (kalau ditarik ke belakang mungkin ada hubungannya dengan Kerajaan Galuh Wiwitan yang wilayahnya terbentang dari Gunung Ungaran di sebelah Timur sampai dengan Sunga Pamanukan di sebelah Barat). Ada sedikit keturunan Jawa sebagai pendatang untuk mencari nafkah atau karena menikah dengan penduduk asli. Sampai dengan tahun 1970-an masyarakat wilayah ini bisa dibilang sangat terisolasi karena akses menunju ke kota kecamatan (Majenang) sangat sulit (jalan tanah sempit, terjal dan licin bila hujan) yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki hampir selama 3,5 jam.

BUDAYA DAN AGAMA

Dalam segi budaya khususnya di bidang seni musik dan suara lebih banyak megadop budaya Sunda, seperti wayang Golek, Reog Sunda (ngabodor) dan Jaipongan. Walaupun hampir semuanya mengaku muslim tapi dalam ritual keagamaan dan adat banyak dipengaruhi oleh Budaya Hindu, sperti membuat sesaji dan masih kuatnya faham animistis dan dinamistis. Ada beberapa musholla tapi tidak ada jama'ahnya dan sampai tahun 1980-an hampir semua penduduk tidak melakukan Rukun Islam. Setelah tahun 1980an ada da'wah yang dilakukan oleh penduduk asli (yang telah belajar di pesantren) dan ada pula yang dilakukan oleh para pendatang (biasanya guru agama Islam di sekolah dasar).

EKONOMI

Perekonomian penduduk sebagian besar tergantung kepada hasil berkebun (singkong, jagung sayuran dan kayu keras) dan bersawah, kalaupun ada yang beternak biasanya hanya sampingan saja. Tingkat kesejahteraan, sebagian besar penduduk masih dalam katagori miskin (ekonomi lemah) sebagai buruh tani. Hanya sedikit yang tergolong ekonomi mampu / kuat. Ada sidikit yang membuka toko / warung.

PENDIDIKAN

Di antara desa-desa yang berada di pegunungan, desa Sepatnunggal dalam bidang pendidikan adalah yang paling maju. Dari desa ini (sejak tahun 1980an) sudah ada yang meneruskan pendidikan di perguruan tinggi, bahkan ada yang sampai jenjang S2 (Sdr. Rustim Afandi - Notaris) dan jenjang S3 (Sdr. Karseno - Pengajar di Unsoed Purwokerto).