Lompat ke isi

Kuntul: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylorbot (bicara | kontrib)
per BPA: taksonomi | t=821 su=54 in=58 at=54 -- only 5 edits left of totally 60 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 97: Baris 97:
** [[Japanese Night Heron]] (''Gorsachius goisagi'')
** [[Japanese Night Heron]] (''Gorsachius goisagi'')
** [[Malayan Night Heron]] (''Gorsachius melanolophus'')
** [[Malayan Night Heron]] (''Gorsachius melanolophus'')

== Dalam Budaya ==
Kata "Kuntul" atau lebih populer disebut "Kont*l" di masyarakat Indonesia khususnya [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Bali|Bali]], [[Suku Madura|Madura]], [[Suku Betawi|Betawi]], dan [[Suku Sasak|Sasak]] dapat memiliki arti alat kelamin laki laki atau hewan jantan. Makna ini berasal dari masyarakat Jawa untuk menyebut [[Penis|alat kelamin laki laki]], walaupun terdapat kata lain yang dapat merujuk kepada hal yang sama, seperti "Manuk" yang secara harfiah berarti burung.

Pada awalnya kata "Kuntul" merupakan eufemisme untuk menyebut alat kelamin laki laki dan digunakan dalam konteks yang sopan, tetapi maknanya bergeser menjadi kata umpatan dan berkonotasi sangat kasar. Dalam percakapan sehari sehari, pemakaian kata "Kuntul" atau "K*ntol" sangat tidak disarankan. Kata "Kont*l" sering dijadikan kata umpatan di [[Jabodetabekpunjur|Jakarta dan sekitarnya]].

Kata "Kuntul" atau "Kintul" juga digunakan oleh masyarakat Banjar di Kalimantan yang dapat berarti "Bersetubuh", hal ini mungkin disebabkan oleh kedatangan pasukan Kesultanan Demak atau Majapahit ke Kalimantan yang membawa bahasa dan budaya jawa kesana.


== Galeri ==
== Galeri ==

Revisi per 15 November 2022 04.38

Burung Kuntul
Kuntul salju, Egretta thula
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Subkelas:
Infrakelas:
Superordo:
Ordo:
Famili:
Ardeidae

Genera

Sekitar 17, lihat teks

Sinonim

Cochlearidae

Kuntul adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ardeidae. Burung ini berkaki panjang, berleher panjang, dan tersebar di seluruh dunia. Burung cangak dan kowak juga termasuk keluarga kuntul.

Burung kuntul sewaktu terbang lehernya membentuk seperti huruf "s" dan tidak diluruskan, berbeda dengan burung dari keluarga bangau (Ciconiidae) dan ibis (Threskiornithidae) yang meluruskan leher dan merentangkan kaki-kakinya sewaktu terbang.

Dalam bahasa Melayu, burung dari keluarga Ardeidae dan Ciconiidae disebut bangau, sedangkan di Indonesia istilah bangau digunakan untuk burung dari keluarga Ciconiidae.

Habitat burung kuntul di lahan basah, di pantai, atau terumbu karang. Makanan berupa ikan, katak, dan hewan invertebrata. Spesies seperti kuntul kerbau (Bubulcus ibis ) memakan serangga yang berukuran lebih besar dan tidak terlalu tergantung pada tanah yang berair.

Pada tahun 2005, ilmuwan Kanada yang bernama Dr Louis Lefebvre mengumumkan metode pengukuran IQ yang berkaitan dengan kebiasaan makan. Berdasarkan metode ini, burung kuntul merupakan salah satu burung yang paling pintar.

Klasifikasi burung kuntul mengalami kesulitan karena ada perbedaan pendapat dalam pengelompokan spesies ke dalam dua genus besar: Ardea dan Egretta.

Spesies

Dalam Budaya

Kata "Kuntul" atau lebih populer disebut "Kont*l" di masyarakat Indonesia khususnya Jawa, Sunda, Bali, Madura, Betawi, dan Sasak dapat memiliki arti alat kelamin laki laki atau hewan jantan. Makna ini berasal dari masyarakat Jawa untuk menyebut alat kelamin laki laki, walaupun terdapat kata lain yang dapat merujuk kepada hal yang sama, seperti "Manuk" yang secara harfiah berarti burung.

Pada awalnya kata "Kuntul" merupakan eufemisme untuk menyebut alat kelamin laki laki dan digunakan dalam konteks yang sopan, tetapi maknanya bergeser menjadi kata umpatan dan berkonotasi sangat kasar. Dalam percakapan sehari sehari, pemakaian kata "Kuntul" atau "K*ntol" sangat tidak disarankan. Kata "Kont*l" sering dijadikan kata umpatan di Jakarta dan sekitarnya.

Kata "Kuntul" atau "Kintul" juga digunakan oleh masyarakat Banjar di Kalimantan yang dapat berarti "Bersetubuh", hal ini mungkin disebabkan oleh kedatangan pasukan Kesultanan Demak atau Majapahit ke Kalimantan yang membawa bahasa dan budaya jawa kesana.

Galeri

Lihat pula

Pranala luar