Bahasa Osing: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 65: | Baris 65: | ||
{{incubator|code=osi}} |
{{incubator|code=osi}} |
||
* {{ethnologue|osi}} |
* {{ethnologue|osi}} |
||
{{Topik Banyuwangi}} |
|||
{{bahasa Jawa}} |
{{bahasa Jawa}} |
||
{{Bahasa daerah di Indonesia}} |
{{Bahasa daerah di Indonesia}} |
Revisi per 23 November 2022 13.44
Bahasa Osing (Basa Using; Hanacaraka: ꦨꦴꦰꦴꦈꦱꦶꦁ; Pegon: باسه اوسيڠ), atau yang juga dikenal sebagai "bahasa dari Banyuwangi" adalah sebuah varietas dari bahasa Jawa yang dituturkan di daerah Jawa Timur. Secara linguistik, bahasa ini termasuk dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.
Sistem pengucapan atau fonologi
Bahasa Using mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:
- Adanya diftong [ai] untuk vokal [i]: semua leksikon berakhiran "i" pada Bahasa Using selalu terlafal "ai". Seperti misalnya geni (api) terbaca genai, bengi (malam) terbaca bengai, gedigi (begini) terbaca gedigai.
- Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir selalu terbaca "au". Seperti gedigu (begitu) terbaca gedigau, asu (anjing) terbaca asau, awu (itu) terbaca awau.
- Lafal konsonan [k] untuk konsonan [ʔ] selalu dibaca "k". antara lain "apik" (bagus/apik) terbaca "apiK", "manuk" (burung) terbaca "manuK", dan seterusnya.
- Konsonan glotal [ʔ] seperti kata [piro'] (berapa), [kiwo'] (kiri) dan demikian seterusnya.
- Palatalisasi [y]. Dalam Bahasa Using, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [ga], [da], [wa]. Contoh pada bahasa Using Seperti kata "barong" (barong) dilafalkan menjadi "byarong", "uwak" (tante/om) dilafalkan "uwyak", "embah" (kakek/nenek) dilafalkan "embyah", "dhawuk" (dauk) dibaca "dhyawuk", adapun kata "Banyuwangi" pengucapannya gabungan antara Diftong [ai] dan juga Palatalisasi [y], sehingga pelafalannya ialah "Byanyuwangai".
Varian Bahasa Using
Bahasa Using mempunyai kesamaan dan memiliki kosakata Bahasa Jawa Kuna yang masih tertinggal. Varian yang dianggap Kunoan terdapat utamanya diwilayah Giri, Glagah dan Licin, di mana Bahasa Using di sana masih dianggap murni.[butuh rujukan] Sedangkan Bahasa Using di Kabupaten Jember telah banyak terpengaruh oleh Bahasa Madura dan Bahasa Jawa baku, sehingga membuat Bahasa Using di Jember berbeda dan terkesan tercampur-campur/tidak murni jika dibandingkan dengan Bahasa Using di Banyuwangi yang lebih asli dan murni.[butuh rujukan]
Gaya Penggunaan Bahasa
Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang digunakan di situasi yang berbeda. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan oleh tua-muda, miskin-kaya, pejabat-rakyat biasa, egaliter dan tidak ada perbedaan khusus diantara semuanya. Yang menjadi pembeda hanyalah intonasi serta pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya:
- Siro wis madhyang? = kau sudah makan?
- Riko wis madhyang? = kamu sudah makan?
- Ndiko wis madhyang? = anda sudah makan?
Tingkatan pronomina
- Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
- Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel (umur)
- Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
- Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua dan tokoh yang dihormati
Sedangkan Cara Besiki adalah bentuk yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal. Berbeda dengan masyarakat Jawa, Sunda, ataupun bali yang menggunakan Bahasa alus(krama inggil) kepada orang yang lebih tua, di dalam masyarakat Osing Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus/sakral yang bersifat keagamaan dan ritual, selain itu juga digunakan untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.
Kosakata
Kosakata Bahasa Using merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa Kuna, akan tetapi menurut penelitian oleh Prof. Dr. Suparman Heru Santosa: Bahasa Using sudah memisahkan diri dari Bahasa Jawa Kuna sejak tahun 1114, dengan demikian sebelum Kerajaan Majapahit berdiri pun Bahasa Using sudah berkembang dan digunakan di tanah Blambangan. Apalagi, (uku Osing merupakan turunan langsung dari orang Blambangan.[butuh rujukan] Sehingga ada beberapa kata pada Bahasa Using yang berasal dari Bahasa Jawa Kuna, serta adanya pengaruh Bahasa Bali sedikit signifikan terlihat dalam bahasa ini, seperti kosakata sing (tidak) dan bojog (monyet).
Catatan kaki
Referensi
- ^ https://www.ethnologue.com/language/osi; diakses pada: 4 Januari 2019.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Osing". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Osing". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
Bacaan lanjutan
- Wittke, Jonas (2019). Status Planning and Regional Identity: The Case of Osing in Banyuwangi, Indonesia (Tesis Ph.D.). Rice University.
- Arps, Bernard (2010), "Terwujudnya bahasa Using di Banyuwangi dan peranan media elektronik di dalamnya (selayang pandang, 1970–2009)", dalam Mikihiro Moriyama; Manneke Budiman, Geliat Bahasa Selaras Zaman: Perubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca-Orde Baru, hlm. 225–248, hdl:1887/15213
- Arps, Bernard (2009). "Osing Kids and the banners of Blambangan Ethnolinguistic identity and the regional past as ambient themes in an East Javanese town". Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia. 11 (1): 1. doi:10.17510/wjhi.v11i1.142 .
Pranala luar
- (Inggris) Bahasa Osing di Ethnologue