Nga (aksara Bali): Perbedaan antara revisi
M. Adiputra (bicara | kontrib) new |
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
| Fonem = [ŋ] |
| Fonem = [ŋ] |
||
}} |
}} |
||
'''Nga''' adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan [[aksara Bali]], yang melambangkan bunyi /ŋ/.<ref>Surada, hal. 9.</ref> Jika dialihaksarakan menjadi [[huruf Latin]], maka aksara ini ditulis "Nga" atau "Ṅa".<ref name="Surada">Surada, hal. 5.</ref><ref name="Tinggen">Tinggen, hal. 23.</ref> Aksara ini termasuk dalam kelompok [[Kanthya]] (''Gutturals''),<ref name="Tinggen"/> yaitu aksara yang melambangkan bunyi yang dihasilkan dari [[kerongkongan]]. Nga juga termasuk konsonan |
'''Nga''' adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan [[aksara Bali]], yang melambangkan bunyi /ŋ/.<ref>Surada, hal. 9.</ref> Jika dialihaksarakan menjadi [[huruf Latin]], maka aksara ini ditulis "Nga" atau "Ṅa".<ref name="Surada">Surada, hal. 5.</ref><ref name="Tinggen">Tinggen, hal. 23.</ref> Aksara ini termasuk dalam kelompok [[Kanthya]] (''Gutturals''),<ref name="Tinggen"/> yaitu aksara yang melambangkan bunyi yang dihasilkan dari [[kerongkongan]]. Nga juga termasuk [[konsonan nasal]] (sengau). |
||
== Fonem == |
== Fonem == |
Revisi per 21 Juni 2009 06.02
Nga | |
Huruf Latin | Nga |
---|---|
Fonem | [ŋ] |
Warga aksara | Kanthya (konsonan velar) |
Gantungan | [[Berkas:|50px|alt=|link=]] |
Nga adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan aksara Bali, yang melambangkan bunyi /ŋ/.[1] Jika dialihaksarakan menjadi huruf Latin, maka aksara ini ditulis "Nga" atau "Ṅa".[2][3] Aksara ini termasuk dalam kelompok Kanthya (Gutturals),[3] yaitu aksara yang melambangkan bunyi yang dihasilkan dari kerongkongan. Nga juga termasuk konsonan nasal (sengau).
Fonem
Nga bisa dibaca /ŋə/ atau /ŋa/, dan hal itu tergantung kata yang diucap. Suara tersebut dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-langit mulut yang paling dekat dengan kerongkongan (bahasa Sanskerta: kantha),[4] maka dari itu, Nga termasuk warga kanthya. Metode pengucapan "ga" dan "ka" juga sama sehingga "nga", "ga" dan "ka" termasuk ke dalam warga aksara yang sama.
Penggunaan
Penggunaan aksara Nga sama dengan penggunaan Nga (Dewanagari: ङ) dalam abjad bahasa Sanskerta.[2] Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, Nga digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /ŋ/, baik dari bahasa Bali, maupun bahasa non-Bali. Selama Nga tidak dibubuhi oleh pangangge suara, maka Nga dibaca "nga" (lafal: /ŋə/ atau /ŋa/, tergantung kata).
Bila dalam suatu kata terkandung bunyi /ŋ/ pada suku kata terakhir (contoh: "bawang", "pasang", dll), maka huruf Nga dilekati oleh adeg-adeg untuk mematikan bunyi /a/ agar yang dibaca cuma /ŋ/. Untuk mewakili huruf Nga yang dilekati oleh adeg-adeg, maka dipakailah tanda cecek. Biasanya cecek ditulis di akhir kata. Cecek boleh ditulis di tengah kata, namun apabila mengikuti ketentuan dan syarat yang berlaku.
Bila huruf Nga digabungkan dengan gempelan Pa, gantungan Ja dan gantungan Ma, maka akan menjadi tanda pamada. Keempat aksara tersebut dipilih, sebab bila digabungkan akan membentuk kata "mangajapa", yang bermakna "semoga selamat tanpa rintangan".
Lihat pula
Catatan kaki
Referensi
- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.