Kakek: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Sumber. Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh Orangpadaeng (bicara) ke revisi terakhir oleh Kris Simbolon Tag: Pengembalian |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Noref}}[[Berkas:Old man, Bihar, India, 04-2012.jpg|jmpl|Seorang kakek]] |
{{Noref}}[[Berkas:Old man, Bihar, India, 04-2012.jpg|jmpl|Seorang kakek]] |
||
'''Kakek''' adalah panggilan kepada masing-masing [[ayah]] dari orang tua seseorang. Setiap orang memiliki dua orang kakek kandung. Kakek adalah panggilan bagi [[cucu]] |
'''Kakek''' adalah panggilan kepada masing-masing [[ayah]] dari orang tua seseorang. Setiap orang memiliki dua orang kakek kandung. Kakek adalah panggilan bagi [[cucu]]. |
||
== Penyebutan di Indonesia == |
== Penyebutan di Indonesia == |
Revisi per 17 Juli 2023 05.32
Kakek adalah panggilan kepada masing-masing ayah dari orang tua seseorang. Setiap orang memiliki dua orang kakek kandung. Kakek adalah panggilan bagi cucu.
Penyebutan di Indonesia
Beragama penyebutan untuk kakek di berbagai konteks kebudayaan di Indonesia, di antaranya:
- Engkong, dalam masyarakat Betawi
- Opa, serapan dari bahasa Belanda, digunakan di Indonesia Timur
- Abusyik, dalam masyarakat Aceh
- Ompu (dibaca: Oppu) atau Ompung (dibaca: Oppung), dalam masyarakat Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing
- Bulang, dalam masyarakat Batak Karo
- Ayah atau Datuk, dalam masyarakat Minangkabau
- Datuk, Datok, atau Atok, dalam masyarakat Melayu
- Mbah atau Eyang, dalam masyarakat Jawa
- Kakine, dalam masyarakat Banyumasan
- Aki atau Engking, dalam masyarakat Sunda
- Uma, dalam masyarakat Buton
- Pekak, dalam masyarakat Bali
- Papuq, dalam masyarakat Lombok
- Bue, dalam masyarakat Dayak Ngaju
- Kai, dalam masyarakat Banjar
- Akong, dalam masyarakat Tionghoa Hokkien