Lompat ke isi

Ibrahim Sinik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
Kakibukitcibalak (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1: Baris 1:
[[File:Editor in chief of Sinar Revolusi and Aneka Minggu Ibrahim Sinik, Almanak Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara (1969), p826.jpg|thumb|Ibrahim Sinik]]Dr. (HC) Drs. H. '''Ibrahim Sinik''' ({{lahirmati|[[Medan]], [[Sumatera Utara]]|7|8|1937|[[Medan]]|16|3|2015}})<ref>{{Cite web|title=Tokoh Pers Nasional DR Drs H Ibrahim Sinik Wafat|url=https://sumutprov.go.id/artikel/artikel/tokoh-pers-nasional-dr-drs-h-ibrahim-sinik-wafat|website=Pemprov Sumut}}</ref> adalah seorang pengusaha pers asal [[Kota Medan|Medan]], [[Sumatera Utara]]. Namanya diabadikan sebagai nama jalan di kota tersebut sejak 2017.<ref>{{Cite web|title=Tokoh Pers Ibrahim Sinik Jadi Nama Jalan Di Kota Medan|url=https://sumutprov.go.id/artikel/artikel/tokoh-pers-ibrahim-sinik-jadi-nama-jalan-di-kota-medan|website=Pemprov Sumut}}</ref>
{{Orphan|date=November 2022}}


== Riwayat ==
[[File:Editor in chief of Sinar Revolusi and Aneka Minggu Ibrahim Sinik, Almanak Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara (1969), p826.jpg|thumb|Ibrahim Sinik]]Dr. (HC) Drs. H. '''Ibrahim Sinik''' ({{lahirmati|[[Medan]], [[Sumatera Utara]]|7|8|1937|[[Medan]]|16|3|2015}})<ref>https://www.sumutprov.go.id/artikel/artikel/tokoh-pers-nasional-dr-drs-h-ibrahim-sinik-wafat</ref> adalah seorang pedagang asongan yang menjadi wartawan hebat. laki - laki kelahiran tahun 1937 di kota Pariaman ini berhasil membuat warga di [[Sumatera Utara|Sumatera Utara]] merasa bangga dengan sosok tokoh pers ini. Sebagai penghormatan untuknya, nama ''urang awak'' asal Pariaman ini diabadikan menjadi sebuah nama jalan di [[Kota Medan]].
Lahir dan membesar di Medan, Ibrahim merupakan anak pasangan H. Fakih Sinik dan Hj. Bungo, perantau asal [[Kabupaten Padang Pariaman|Padang Pariaman]], [[Sumatera Barat]]. Ia menghabiskan masa kecilnya di kampung [[Aur, Medan Maimun, Medan|Aur, Medan Maimun]].


Ibrahim menamatkan pendidikan dasarnya, dari SD sehingga SMA, di [[Sekolah Taman Siswa|Perguruan Taman Siswa]] Medan. Sementara gelar sarjana didapatnya dari [[Universitas Islam Sumatera Utara|Perguruan Tinggi Islam Indonesia]].<ref>{{Cite report|last=Ulfa|first=Tania Tamara|date=2020|title=Pengelolaan Surat Kabar Harian Medan Pos Dalam Mencari Minat Pembaca Berita|url=https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/14852|page=14–15|publisher=Universitas Medan Area}}</ref>
kehidupan Ibrahim Sinik , sangatlah pahit. masa kecil yang seharusnya dihabiskan dengan canda tawa, bermain - main dengan teman - teman , tapi harus dihabiskan Ibrahim Sinik di jalanan. Ibrahim kecil ikut meringankan beban keluarganya. ia menjadi pedagang asongan, penjual buah segar, rokok, koran, kerupuk, apapun dia lakukan untuk meringan beban keluarganya.


== Karier ==
Ibrahim Sinik memulai debutnya di dunia pers pada tahun 1955, saat ia masi berusia 18 tahun, surat kabar pertamanya bernama ''mingguan pos'' dan ia berhasil menjadi pemimpin redaksi selama 2 tahun.pada tahun 1965, saat intrik - intrik yang dijalankan oleh PKI, Ibrahim menerbitkan media baru untuk menghadang informasi yang dibangun oleh pihak kiri. Pada masa itu, Ibrahim aktif di kegiatan pemuda di Sumatera Utara yang tergabung dalam Komando Kesatuan Aksi Pemuda Sumatera Utara (KOPSU) sebagai sekretaris jendral.


Debut Ibrahim dalam dunia pers bermula 1955, saat ia bergabung dengan mingguan ''Pos'' di Medan. Selanjutnya, berturut-turut ia bekerja untuk koran ''Suara Andalas'' (1956–57) dan ''Tjerdas'' (1957–65) yang sejak 21 April 1961 berganti nama jadi ''Tjerdas Baru.''<ref>{{Cite web|last=Pulungan|first=Baringin|title=Hari ini Medan Pos 56 Tahun, Mohon Doa dan Restu Masyarakat|url=https://medanposonline.com/sumatera-utara/hari-ini-medan-pos-56-tahun-mohon-doa-dan-restu-masyarakat/Hari%20ini%20Medan%20Pos%2056%20Tahun,%20Mohon%20Doa%20dan%20Restu%20Masyarakat|website=Medan Pos}}</ref>
Selain menjadi wartawan, Ibrahim juga memiliki jiwa seni dan sastra . berbagai puisi yang ditulisnya sangat kental menunjukkan penderitannya dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Ibrahim juga tercatat sebagai sineas, era tahun 1972-1985, da mendirikan perusahaan film yang diberi nama <nowiki>''</nowiki> Sinar Film Group<nowiki>''</nowiki>Ibrahim dipercaya menjabat menjadi wakil sekjen FFI.


Setelah dari ''Tjerdas Baru'', Ibrahim meneken kontrak dengan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Sumatera Utara untuk menerbitkan ''Tjahaja'' sebagai corong propaganda organisasi tersebut. Edisi pertama koran ini terbit pada 1 Mei 1965.<ref>{{Cite book|last=H|first=Muhammad T. W.|date=1996|url=https://books.google.com/books?id=xQNlAAAAMAAJ|title=Perlawanan pers Sumatera Utara terhadap gerakan PKI|publisher=Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI|language=id}}</ref>
Ibrahim Sinik pernah juga menjadi wakil ketua serikat penerbit surat sabar (SPS), wakil ketua PWI, Ibrahim Sinik wafat pada senin 16 maret 2015 dalam usia 78 tahun,Nilai - nilai perjuanganya ditandai dengan sejumlah penghargaan. Setalah Ibrahim wafat, menara pers susah payah itu diteruskan oleh anak - anaknya. Atas jasa dan perjuangannya di berbagai bidang, terutama pers, nama Ibrahim Sinik disematkan sebagai nama salah satu badan jalan di kota Medan, tepatnya [[Jalan H. Ibrahim Sinik]].<ref>{{Cite book|title=121 Wartawan Hebat Daro Ranah Minang dan Sejumlah Jubir Rumah Bagonjong|last=caniago|first=hasril|publisher=Panita Pelaksana Daerah Hari Pers Nasional 2018 Biro Humas Setda Provinsi Sumatera Barat|year=2018|isbn=|location=padang|pages=|url-status=live}}</ref>

Pada 7 Mei 1966, lewat yayasan bernama Yayasan Berdikari, Ibrahim resmi menerbitkan koran sendiri dengan tajuk ''Sinar Revolusi''. Selain harian tersebut, pada masa yang sama Ibrahim juga menerbitkan surat kabar mingguan, ''Varia Minggu.'' Masa inilah bisa disebut sebagai cikal bakal kariernya sebagai pengusaha pers.

''Sinar Revolusi'' sejak 1968 bersalin nama jadi ''Sinar Pembangunan'' dan pada 1985 sekali lagi diubah nama menjadi ''[[Medan Pos]]'' yang masih terbit hingga kini. Sementara ''Varia Minggu'' diubah nama jadi ''Aneka Minggu'' dan sejak 1981 berganti jadi majalah ''Melankolik''.<ref>{{Cite book|date=1981|url=https://books.google.com/books?id=8txRAQAAMAAJ&pg=RA1-PA32|title=Pers Indonesia|publisher=Ditjen PPG Departamen Penerangan|language=id}}</ref>

Sepanjang kariernya, Ibrahim juga menerbitkan sejumlah majalah lain, antaranya ''[[Misteri (majalah)|Misteri]]'', ''Detektip Spionase'', ''Dunia Mistis'', hingga ''Supranatural''.

== Dalam budaya populer ==
Ibrahim Sinik muncul dalam film [[Jagal]] besutan [[Joshua Oppenheimer]], menceritakan perannya baik dalam menyebarkan propaganda [[Antikomunisme|antikomunis]] lewat koran maupun dalam proses [[interogasi]] dan pembantaian orang-orang yang dituduh komunis pasca peristiwa [[Gerakan 30 September|G30S]].<ref>{{Cite book|last=Moore|first=Alexandra Schultheis|date=2015|url=https://books.google.com/books?id=FsTMCgAAQBAJ&pg=PA222|title=Vulnerability and Security in Human Rights Literature and Visual Culture|location=[[New York]]|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-50731-4|language=en|url-status=live}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 11 Oktober 2023 16.11

Ibrahim Sinik

Dr. (HC) Drs. H. Ibrahim Sinik (7 Agustus 1937 – 16 Maret 2015)[1] adalah seorang pengusaha pers asal Medan, Sumatera Utara. Namanya diabadikan sebagai nama jalan di kota tersebut sejak 2017.[2]

Riwayat

Lahir dan membesar di Medan, Ibrahim merupakan anak pasangan H. Fakih Sinik dan Hj. Bungo, perantau asal Padang Pariaman, Sumatera Barat. Ia menghabiskan masa kecilnya di kampung Aur, Medan Maimun.

Ibrahim menamatkan pendidikan dasarnya, dari SD sehingga SMA, di Perguruan Taman Siswa Medan. Sementara gelar sarjana didapatnya dari Perguruan Tinggi Islam Indonesia.[3]

Karier

Debut Ibrahim dalam dunia pers bermula 1955, saat ia bergabung dengan mingguan Pos di Medan. Selanjutnya, berturut-turut ia bekerja untuk koran Suara Andalas (1956–57) dan Tjerdas (1957–65) yang sejak 21 April 1961 berganti nama jadi Tjerdas Baru.[4]

Setelah dari Tjerdas Baru, Ibrahim meneken kontrak dengan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Sumatera Utara untuk menerbitkan Tjahaja sebagai corong propaganda organisasi tersebut. Edisi pertama koran ini terbit pada 1 Mei 1965.[5]

Pada 7 Mei 1966, lewat yayasan bernama Yayasan Berdikari, Ibrahim resmi menerbitkan koran sendiri dengan tajuk Sinar Revolusi. Selain harian tersebut, pada masa yang sama Ibrahim juga menerbitkan surat kabar mingguan, Varia Minggu. Masa inilah bisa disebut sebagai cikal bakal kariernya sebagai pengusaha pers.

Sinar Revolusi sejak 1968 bersalin nama jadi Sinar Pembangunan dan pada 1985 sekali lagi diubah nama menjadi Medan Pos yang masih terbit hingga kini. Sementara Varia Minggu diubah nama jadi Aneka Minggu dan sejak 1981 berganti jadi majalah Melankolik.[6]

Sepanjang kariernya, Ibrahim juga menerbitkan sejumlah majalah lain, antaranya Misteri, Detektip Spionase, Dunia Mistis, hingga Supranatural.

Dalam budaya populer

Ibrahim Sinik muncul dalam film Jagal besutan Joshua Oppenheimer, menceritakan perannya baik dalam menyebarkan propaganda antikomunis lewat koran maupun dalam proses interogasi dan pembantaian orang-orang yang dituduh komunis pasca peristiwa G30S.[7]

Referensi

  1. ^ "Tokoh Pers Nasional DR Drs H Ibrahim Sinik Wafat". Pemprov Sumut. 
  2. ^ "Tokoh Pers Ibrahim Sinik Jadi Nama Jalan Di Kota Medan". Pemprov Sumut. 
  3. ^ Ulfa, Tania Tamara (2020). Pengelolaan Surat Kabar Harian Medan Pos Dalam Mencari Minat Pembaca Berita (Laporan). Universitas Medan Area. hlm. 14–15. 
  4. ^ Pulungan, Baringin. "Hari ini Medan Pos 56 Tahun, Mohon Doa dan Restu Masyarakat". Medan Pos. 
  5. ^ H, Muhammad T. W. (1996). Perlawanan pers Sumatera Utara terhadap gerakan PKI. Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI. 
  6. ^ Pers Indonesia. Ditjen PPG Departamen Penerangan. 1981. 
  7. ^ Moore, Alexandra Schultheis (2015). Vulnerability and Security in Human Rights Literature and Visual Culture (dalam bahasa Inggris). New York: Routledge. ISBN 978-1-317-50731-4.