Lompat ke isi

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:K.H. Ma’ruf Mangunwiyoto.jpg|jmpl|Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto.]]
[[Berkas:K.H. Ma’ruf Mangunwiyoto.jpg|jmpl|Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto.]]
'''Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto''' (Ejaan: Mangunwiyata) atau dipanggil '''Kyai Ma'ruf Mangunwiyoto''' adalah seorang ulama tradisional yang berasal dari Kota Surakarta. Ia berperan penting dalam perjuangan perang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949 di Surakarta. Ia mendapat mandat sebagai pemimpin barisan kiai Jawa tengah.
'''Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto''' (Ejaan: Mangunwiyata) atau dipanggil '''Kyai Ma'ruf Mangunwiyoto''' adalah seorang ulama tradisional yang berasal dari Kota Surakarta. Ia berperan penting dalam perjuangan perang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949 di Surakarta. Ia mendapat mandat sebagai pemimpin barisan kyai Jawa tengah.


Selain sebagai seorang pejuang, Ma'ruf Mangunwiyoto juga berperan sebagai salah satu pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama Surakarta. Eksistensi NU Surakarta sudah ketahui sejak tahun 1926 setelah adanya perwakilan delegasi dari Surakarta, yakni Kiai Siradj Panularan dan Kiai Mawardi Keprabon.
Selain sebagai seorang pejuang, Ma'ruf Mangunwiyoto juga berperan sebagai salah satu pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama Surakarta. Eksistensi NU Surakarta sudah ketahui sejak tahun 1926 Masehi setelah adanya perwakilan delegasi dari Surakarta, yakni Siradj Panularan dan Mawardi Keprabon.


Bagi masyarakat Solo, Ma'ruf Mangunwiyoto dikenal sebagai ulama mursyid tarekat syadziliyah melalui petunjuk dari Nabi Muhammad SAW. Karya-karyanya diantaranya ialah KItab Nurul Jaliy, Nurul Kuhuf, dan Zadul Mustakhin.
Berkat kharisma dan kecerdasannya, Ma'ruf Mangunwiyoto juga mendapat amanah menjadi ulama mursyid tarekat syadziliyah di Surakarta meneruskan kemursyidan dari ayahnya, yakni Abdul Mu'id. Beberapa karya yang ditulis oleh Ma'ruf Mangunwiyoto berwujud kitab diantaranya ialah kitab Nurul Jaliy, Nurul Kuhuf, dan Zadul Mustakhin.


== Latar belakang keluarga ==
== Latar belakang keluarga ==
Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Imam Rozi Tempursari, seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar ''Singo Manjat''. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 Masehi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872 Masehi, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Kiai Zaid, lalu Kiai M. Thohir, dan selanjutnya dilanjutkan oleh Kiai Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari Ma'ruf Mangunwiyoto<ref>{{Cite web|date=2010-02-16|title=Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu’id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto|url=https://www.thohiriyyah.com/profil/2010/02/biografi-kiai-imam-rozi-singo-manjat-dan-kh-abdul-muid-tempursari-klaten/|language=id|access-date=2024-06-20}}</ref>
Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Imam Rozi Tempursari yang merupakan seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar ''Singo Manjat''. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 Masehi kepada Imam Rozi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872 Masehi, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Zaid, lalu dilanjutkan oleh M. Thohir, dan selanjutnya diasuh oleh Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari Ma'ruf Mangunwiyoto.<ref>{{Cite web|date=2010-02-16|title=Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu’id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto|url=https://www.thohiriyyah.com/profil/2010/02/biografi-kiai-imam-rozi-singo-manjat-dan-kh-abdul-muid-tempursari-klaten/|language=id|access-date=2024-06-20}}</ref>


== Kehidupan ==
== Kehidupan ==
Baris 13: Baris 13:
[[Berkas:Makam Ma'ruf Mangunwiyoto (2).jpg|jmpl|Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.]]
[[Berkas:Makam Ma'ruf Mangunwiyoto (2).jpg|jmpl|Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.]]


=== Pendiri Pesantren Jenengan Surakarta ===
=== Pendiri dan pengasuh Pesantren Jenengan Surakarta ===
Ma'ruf Mangunwiyoto dikenal sebagai salah seorang ulama besar yang ahli dalam bidang hadits. Hal ini membuat pondok pesantren yang diasuhnya yang berlokasi di daerah Jenengan, Surakarta menjadi salah satu tempat rujukan bagi santri yang berasal dari luar Surakarta.<ref>{{Cite book|last=Zuhri|first=Saifuddin|date=1987|title=Berangkat dari pesantren|location=Jakarta|publisher=Gunung Agung|isbn=978-979-412-049-1|edition=Cet. 1}}</ref>

Santri Ma'ruf Mangunwiyoto yang menjadi tokoh besar antara lain:

# Munawir Syadzali (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan III dan IV.
# Saifuddin Zuhri (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I)
# Nuril Huda (Pendiri PMII)


=== Mursyid Tarekat Syadziliyah ===
=== Mursyid Tarekat Syadziliyah ===
''Mursyid'' dapat didefinisikan dengan ‘yang menunjukkan’, sementara dalam dunia tarekat, ''mursyid'' diartikan sebagai seorang Guru atau Syeikh. Pengajaran dari seorang ''mursyid'' berpusat pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya sekaligus memberikan contoh yang benar sesuai ajaran syari'at dan hakikat.<ref>{{Cite book|last=Alba|first=Cecep|date=2009|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=670133|title=Cahaya tasawuf|location=Bandung|publisher=Wahana Karya Grafika|isbn=978-979-25-7145-5|pages=145|url-status=live}}</ref>

Ma’ruf Mangunwiyoto diberi amanah menjadi ''mursyid'' didasarkan atas petunjuk dari tradisi tarekat Syadziliyah yang menyatakan bahwa regenerasi kemursyidan harus melalui proses mimpi terlebih dahulu dari Nabi Muhammad SAW.


=== Muktamar Nahdlatul Ulama ke- ===
=== Muktamar Nahdlatul Ulama ke- ===

Revisi per 20 Juni 2024 16.33

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto.

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto (Ejaan: Mangunwiyata) atau dipanggil Kyai Ma'ruf Mangunwiyoto adalah seorang ulama tradisional yang berasal dari Kota Surakarta. Ia berperan penting dalam perjuangan perang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949 di Surakarta. Ia mendapat mandat sebagai pemimpin barisan kyai Jawa tengah.

Selain sebagai seorang pejuang, Ma'ruf Mangunwiyoto juga berperan sebagai salah satu pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama Surakarta. Eksistensi NU Surakarta sudah ketahui sejak tahun 1926 Masehi setelah adanya perwakilan delegasi dari Surakarta, yakni Siradj Panularan dan Mawardi Keprabon.

Berkat kharisma dan kecerdasannya, Ma'ruf Mangunwiyoto juga mendapat amanah menjadi ulama mursyid tarekat syadziliyah di Surakarta meneruskan kemursyidan dari ayahnya, yakni Abdul Mu'id. Beberapa karya yang ditulis oleh Ma'ruf Mangunwiyoto berwujud kitab diantaranya ialah kitab Nurul Jaliy, Nurul Kuhuf, dan Zadul Mustakhin.

Latar belakang keluarga

Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Imam Rozi Tempursari yang merupakan seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar Singo Manjat. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 Masehi kepada Imam Rozi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872 Masehi, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Zaid, lalu dilanjutkan oleh M. Thohir, dan selanjutnya diasuh oleh Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari Ma'ruf Mangunwiyoto.[1]

Kehidupan

Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.
Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.

Pendiri dan pengasuh Pesantren Jenengan Surakarta

Ma'ruf Mangunwiyoto dikenal sebagai salah seorang ulama besar yang ahli dalam bidang hadits. Hal ini membuat pondok pesantren yang diasuhnya yang berlokasi di daerah Jenengan, Surakarta menjadi salah satu tempat rujukan bagi santri yang berasal dari luar Surakarta.[2]

Santri Ma'ruf Mangunwiyoto yang menjadi tokoh besar antara lain:

  1. Munawir Syadzali (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan III dan IV.
  2. Saifuddin Zuhri (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I)
  3. Nuril Huda (Pendiri PMII)

Mursyid Tarekat Syadziliyah

Mursyid dapat didefinisikan dengan ‘yang menunjukkan’, sementara dalam dunia tarekat, mursyid diartikan sebagai seorang Guru atau Syeikh. Pengajaran dari seorang mursyid berpusat pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya sekaligus memberikan contoh yang benar sesuai ajaran syari'at dan hakikat.[3]

Ma’ruf Mangunwiyoto diberi amanah menjadi mursyid didasarkan atas petunjuk dari tradisi tarekat Syadziliyah yang menyatakan bahwa regenerasi kemursyidan harus melalui proses mimpi terlebih dahulu dari Nabi Muhammad SAW.

Muktamar Nahdlatul Ulama ke-

Riwayat perjuangan (1945-1949)

Pemimpin Barisan Kiai Jawa Tengah

Rujukan

  1. ^ "Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu'id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto". 2010-02-16. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  2. ^ Zuhri, Saifuddin (1987). Berangkat dari pesantren (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Gunung Agung. ISBN 978-979-412-049-1. 
  3. ^ Alba, Cecep (2009). Cahaya tasawuf. Bandung: Wahana Karya Grafika. hlm. 145. ISBN 978-979-25-7145-5.