Lompat ke isi

Sekolah Tinggi Filsafat Theologia Jakarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
56Covan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:STT_Jakarta.JPG‎|thumb|400x|right|Gedung Utama STT Jakarta]]
[[Berkas:STT_Jakarta.JPG‎|thumb|400x|right|Gedung Utama STT Jakarta]]
[[Berkas:STTJ_Pasca.JPG‎ |thumb|400x|right|Gedung Pasca Sarjana STT Jakarta]]
[[Berkas:STTJ_Pasca.JPG‎ |thumb|400x|right|Gedung Pasca Sarjana STT Jakarta]]
'''Sekolah Tinggi Teologi Jakarta''' ('''STT Jakarta''') adalah sebuah perguruan tinggi [[teologi]] tertua di [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref name="Katalog STTJ"> Katalog Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Jakarta: UPI STT Jakarta, 2004.</ref>STT Jakarta didirikan pada tahun [[1934]], saat itu bernama ''Hoogere Theologische School'' (HTS) dan mengambil lokasi di [[Bogor]] (Buitenzorg).<ref name="Katalog STTJ"></ref>
'''Sekolah Tinggi Teologi Jakarta''' ('''STT Jakarta''') adalah sebuah perguruan tinggi [[teologi]] tertua di [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref name="Katalog STTJ"> Katalog Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Jakarta: UPI STT Jakarta, 2004.</ref> STT Jakarta didirikan pada tahun [[1934]], saat itu bernama [[''Hoogere Theologische School'']] (HTS) dan mengambil lokasi di [[Bogor]] (Buitenzorg).<ref name="Katalog STTJ"></ref>


Sekolah ini didirikan untuk menjawab visi yang dilontarkan oleh [[Hendrik Kraemer|H. Kraemer]] pada akhir tahun 1920-an, sebagai suatu upaya mempersiapkan [[pendeta|pendeta-pendeta]] di Indonesia.<ref name="Tabah Melangkah"></ref> Menurut Kraemer, harus ada suatu orientasi baru dalam pendidikan [[teologi]].<ref name="Tabah Melangkah"></ref> Orang Indonesia tidak boleh dididik untuk hanya menjadi pembantu atau penolong pendeta atau [[misionaris|zendeling]] [[Belanda]].<ref>P.D. Latuihamallo, "Pendidikan Teologi dan Pergerakan Oikumene", dalam ''Buku Kenang-kenangan 48 th Sekolah Tinggi Teologi Jakarta''. Hal. 3.</ref>
Sekolah ini didirikan untuk menjawab visi yang dilontarkan oleh [[Hendrik Kraemer|H. Kraemer]] pada akhir tahun 1920-an, sebagai suatu upaya mempersiapkan [[pendeta|pendeta-pendeta]] di Indonesia.<ref name="Tabah Melangkah"></ref> Menurut Kraemer, harus ada suatu orientasi baru dalam pendidikan [[teologi]].<ref name="Tabah Melangkah"></ref> Orang Indonesia tidak boleh dididik untuk hanya menjadi pembantu atau penolong pendeta atau [[misionaris|zendeling]] [[Belanda]].<ref> P.D. Latuihamallo, "Pendidikan Teologi dan Pergerakan Oikumene", dalam ''Buku Kenang-kenangan 48 th Sekolah Tinggi Teologi Jakarta''. Hal. 3.</ref>


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Pada tahun [[1936]] sekolah ini dipindahkan ke [[Jakarta]], kemudian pada tahun [[1954]] namanya berubah menjadi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.<ref name="Katalog STTJ"></ref> STT Jakarta lahir sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi yang berusaha untuk melaksanakan [[Tri Dharma Perguruan Tinggi]].<ref>Keesaan Gereja (Laporan Penelitian), dikeluarkan oleh STT Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Sosial-Politik DKI Jakarta. 1984.</ref>
Pada tahun [[1936]] sekolah ini dipindahkan ke [[Jakarta]], kemudian pada tahun [[1954]] namanya berubah menjadi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.<ref name="Katalog STTJ"></ref> STT Jakarta lahir sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi yang berusaha untuk melaksanakan [[Tri Dharma Perguruan Tinggi]].<ref> Keesaan Gereja (Laporan Penelitian), dikeluarkan oleh STT Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Sosial-Politik DKI Jakarta. 1984.</ref>


[[Th. Muller-Kruger|Prof. Dr. Mulller-Kruger]], penjabat rektor STT Jakarta (rektor pertama adalah [[J.R. Slottemaker de Bruine|Dr. J.R. Slottemaker de Bruine]]), pada tahun itu juga mendengungkan apa yang disebutnya ''theologia in loco'', teologi yang diharapkan tidak asing bagi Indonesia dan yang dapat berbuah bagi Gereja-gereja di Indonesia.<ref name="Tabah Melangkah">S. Wismoady Wahono, dkk, Tabah Melangkah (Ulang Tahun ke-50 STT Jakarta). Jakarta: STT Jakarta, 1984.</ref> Pada waktu itu masa pendidikan berlangsung enam tahun dan diharapkan dapat menghasilkan pendeta berbangsa Indonesia dalam waktu yang sesingkat mungkin dan hasil sebaik mungkin.<ref name="Tabah Melangkah"></ref>
[[Th. Muller-Kruger|Prof. Dr. Mulller-Kruger]], penjabat rektor STT Jakarta (rektor pertama adalah [[J.R. Slottemaker de Bruine|Dr. J.R. Slottemaker de Bruine]]), pada tahun itu juga mendengungkan apa yang disebutnya ''theologia in loco'', teologi yang diharapkan tidak asing bagi Indonesia dan yang dapat berbuah bagi Gereja-gereja di Indonesia.<ref name="Tabah Melangkah">S. Wismoady Wahono, dkk, Tabah Melangkah (Ulang Tahun ke-50 STT Jakarta). Jakarta: STT Jakarta, 1984.</ref> Pada waktu itu masa pendidikan berlangsung enam tahun dan diharapkan dapat menghasilkan pendeta berbangsa Indonesia dalam waktu yang sesingkat mungkin dan hasil sebaik mungkin.<ref name="Tabah Melangkah"></ref>
Baris 48: Baris 48:


== Gereja-gereja Pendukung ==
== Gereja-gereja Pendukung ==
* [[Gereja Kristen Pasundan]] (GKP)
* [[Gereja Kristen Pasundan]](GKP)
* [[Gereja Kristen Indonesia]] (GKI)
* [[Gereja Kristen Indonesia]](GKI)
* [[Gereja-gereja Kristen Jawa]] (GKJ)
* [[Gereja-gereja Kristen Jawa]](GKJ)
* [[Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat]] (GPIB)
* [[Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat]](GPIB)
* [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP)
* [[Huria Kristen Batak Protestan]](HKBP)
* [[Gereja Kalimantan Evangelis]] (GKE)
* [[Gereja Kalimantan Evangelis]](GKE)
* [[Gereja Protestan di Indonesia]] (GPI)
* [[Gereja Protestan di Indonesia]](GPI)
* [[Gereja Masehi Injili di Minahasa]] (GMIM)
* [[Gereja Masehi Injili di Minahasa]](GMIM)
* [[Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow]] (GMIB)
* [[Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow]](GMIB)
* [[Gereja Masehi Injili di Timor]] (GMIT)
* [[Gereja Masehi Injili di Timor]](GMIT)
* [[Gereja Toraja]] (GT)
* [[Gereja Toraja]](GT)
* [[Gerja Injili di Tanah Jawa]] (GITJ)
* [[Gerja Injili di Tanah Jawa]](GITJ)
* [[Gereja Kristen Sumba]] (GKS)
* [[Gereja Kristen Sumba]](GKS)
* [[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)]], mewakili gereja-gereja anggotanya yang lain.
* [[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia(PGI)]], mewakili gereja-gereja anggotanya yang lain.


== Alumni ==
== Alumni ==

Revisi per 8 Mei 2010 16.45

Gedung Utama STT Jakarta
Gedung Pasca Sarjana STT Jakarta

Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (STT Jakarta) adalah sebuah perguruan tinggi teologi tertua di Jakarta, Indonesia.[1] STT Jakarta didirikan pada tahun 1934, saat itu bernama ''Hoogere Theologische School'' (HTS) dan mengambil lokasi di Bogor (Buitenzorg).[1]

Sekolah ini didirikan untuk menjawab visi yang dilontarkan oleh H. Kraemer pada akhir tahun 1920-an, sebagai suatu upaya mempersiapkan pendeta-pendeta di Indonesia.[2] Menurut Kraemer, harus ada suatu orientasi baru dalam pendidikan teologi.[2] Orang Indonesia tidak boleh dididik untuk hanya menjadi pembantu atau penolong pendeta atau zendeling Belanda.[3]

Latar belakang

Pada tahun 1936 sekolah ini dipindahkan ke Jakarta, kemudian pada tahun 1954 namanya berubah menjadi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.[1] STT Jakarta lahir sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi yang berusaha untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.[4]

Prof. Dr. Mulller-Kruger, penjabat rektor STT Jakarta (rektor pertama adalah Dr. J.R. Slottemaker de Bruine), pada tahun itu juga mendengungkan apa yang disebutnya theologia in loco, teologi yang diharapkan tidak asing bagi Indonesia dan yang dapat berbuah bagi Gereja-gereja di Indonesia.[2] Pada waktu itu masa pendidikan berlangsung enam tahun dan diharapkan dapat menghasilkan pendeta berbangsa Indonesia dalam waktu yang sesingkat mungkin dan hasil sebaik mungkin.[2]

Antara tahun 1942-1945, pada masa pendudukan Jepang, dosen-dosen HTS ini ditawan dan perkuliahan pun terhenti.[1] Akibatnya, sekolah terpaksa ditutup.[1] Ketika dibuka kembali pada tahun 1946, sangat terasa kebutuhan untuk mendidik sebanyak mungkin tenaga Indonesia dalam waktu yang singkat, untuk pelayanan gereja-gereja di masa depan.[1] Program pendidikan pun diarahkan kepada wawasan ekumenis.[2]

Ketika Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, HTS dikembangkan menjadi suatu lembaga pendidikan teologi yang sepenuhnya setaraf dengan pendidikan universitas.[1] Pada 27 September 1954 nama HTS diubah menjadi Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, dan tanggal tersebut diambil menjadi tanggal peringatan berdirinya STT Jakarta.[1] Sejak 27 September 1954, untuk pertama kalinya ijazah SMA dituntut sebagai syarat masuk ke STT Jakarta.[1] Selain itu, sifat ekumenis sekolah ini menjadi semakin jelas menurut gereja-gereja di Indonesia, yang ditandai dengan pergantian jabatan rektor secara bergiliran oleh dosen-dosen Indonesia.[2]

Pada tahun 1958, STT Jakarta membuka program studi lanjutannya sendiri, dan sejak 1966 juga mengembangkan program studi lanjutan South East Asia Graduate School of Theology (SEAGST), dalam rangka konsorsium Sekolah-sekolah Teologi di Asia Tenggara yang berhasil mengalihkan arus studi lanjutan ke kawasan Asia sendiri.[1]

Fasilitas

  • Pusat Pembelajaran Warga Gereja (PPWG)

Sejak tahun 2003, STT Jakarta mengembangkan program Pusat Pembelajaran Warga Gereja (PPWG), yang dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan latihan bagi gereja dan warga gereja khususnya yang berada di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.[1] Namun, saat ini kiprah PPWG juga dapat dirasakan oleh berbagai pihak di pelosok nusantara.[5]

  • Perpustakaan

Perpustakaan STT Jakarta memiliki koleksi buku sebanyak 62.429 eksemplar, dengan 37.362 judul buku (per November 2009) koleksi tersebut masih ditambah ratusan judul buku, majalah, buletin, jurnal ilmiah, beberapa kaset audio, kaset vidio, DVD, dan CD.[1] Perpustakaan STT Jakarta menjadi salah satu perpustakaan teologi terlengkap dan terbesar di Indonesia.[1]

  • Kapel
  • Laboratorium Bahasa
  • Wisma STT (Guest House)
  • Pusat Kegiatan Mahasiswa PKM)
  • Aula lantai 1 dan 5
  • Bengkel Pendidikan Kristiani (Bengkel PK)

Bengkel Pedidikan Kristiani(PK) adalah sebuah tempat yang dirancang secara khusus sehingga menjadi tempat yang akrab dan nyaman bagi mahasiswa dan bagi warga gereja secara umum.[1] Bengkel PK menjadi tempat untuk mendapatkan ide dan sumber inspirasi, berkreasi mengembangkan ide-ide, merancang dan membuat berbagai program gerejawi.[1]

  • Kantin
  • Fasilitas Olahraga (lapangan bulutangkis, tenis meja)
  • Ruang Multimedia
  • Pusat Dokumentasi Sejarah Gereja Indonesia(PDSGI)

Sejak Juni 2004, PDSGI diselenggarakan dengan tujuan untuk menginformasikan, menghimpun, dan mengelola dokumen-dokumen sejarah gereja Indonesia, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar negeri serta memanfaatkannya untuk menunjang studi formal di STT Jakarta dan memberi informasi bagi gereja, masyarakat, atau siapa pun yang membutuhkan informasi tentang hal itu.[6] Saat ini koleksi PDSGI terdiri dari dua bagian besar, yaitu: literatur yang sudah dipublikasikan dan dokumen lepas dan belum dipublikasikan.[6] Semua koleksi PDSGI berstatus referensi, sehingga hanya dapat dibaca di tempat.[6]

Unit Kegiatan Mahasiswa

Fasilitasnya:[1]

  • Teater 27
  • Gembel (Gerakan Mahasiswa Bela Lingkungan), suatu komunitas mahasiswa STT Jakarta yang peduli lingkungan hidup.
  • Perintis (Mahasiswa STTJ Pecinta Alam)
  • Linguistik (Unit kegiatan mahasiswa yang mengkaji bahasa Ibrani, bahasa Yunani dan bahasa Inggris)
  • Kurir (Buletin mahasiswa STT Jakarta)
  • Biro 27 (Unit kegiatan mahasiswa yang membedah film)

Gereja-gereja Pendukung

Alumni

Berikut ini adalah sejumlah nama alumni STT Jakarta yang menonjol karena prestasi dan kepemimpinannya di gereja dan masyarakat.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Katalog Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Jakarta: UPI STT Jakarta, 2004.
  2. ^ a b c d e f S. Wismoady Wahono, dkk, Tabah Melangkah (Ulang Tahun ke-50 STT Jakarta). Jakarta: STT Jakarta, 1984.
  3. ^ P.D. Latuihamallo, "Pendidikan Teologi dan Pergerakan Oikumene", dalam Buku Kenang-kenangan 48 th Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Hal. 3.
  4. ^ Keesaan Gereja (Laporan Penelitian), dikeluarkan oleh STT Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Sosial-Politik DKI Jakarta. 1984.
  5. ^ [[1]]
  6. ^ a b c http://sttjakarta.ac.id

Pranala luar