Lompat ke isi

Datuk Ketumanggungan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot melakukan perubahan kosmetika
VoteITP (bicara | kontrib)
k + ref
Baris 1: Baris 1:
'''Datuk Ketumanggungan''' menurut [[Tambo Minangkabau|tambo]] merupakan salah seorang tokoh legendaris penyusun [[adat Minangkabau]]<ref>{{cite book |last=Batuah |first= A. Dt.|authorlink= |coauthors= Madjoindo, A. Dt.|title=Tambo Minangkabau dan Adatnya |year=1959 |publisher= Balai Pustaka|location=Jakarta |id= }}</ref>. Sistem adat yang disusun Datuk Ketumanggungan ini dikenal juga dengan nama ''kelarasan Koto Piliang''.
{{unreferenced}}

'''Datuk Ketumanggungan''' atau [[Sutan]] Paduko Basa adalah pemimpin masyarakat [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] dan penyusun [[adat Minangkabau]]. Sistem adat yang disusun Datuk Ketumanggungan mengatur adat yang digunakan oleh orang Minangkabau yang bersuku Koto Piliang.


== Kehidupan ==
== Kehidupan ==

Menurut salah satu versi yang tidak memiliki dasar historis Datuk Ketumanggungan lahir dari pasangan Sultan Sri Maharaja Diraja dan Puti Indo Jelita. Datuk Ketumanggungan dan [[Datuk Perpatih Nan Sebatang]], penyusun adat Bodi Caniago, merupakan dua orang bersaudara satu ibu berlainan ayah. Ayah dari Datuk Parpatih Nan Sabatang adalah Cati Bilang Pandai suami kedua ibunya. Pada tahun 1165 sewaktu Sultan Paduko Basa telah berumur 18 tahun, beliau diangkat sebagai penghulu bergelar Datuk Ketumanggungan, sekaligus menduduki tahta kerajaan Minangkabau, menggantikan ibunya yang telah menjadi ratu selama 16 tahun. Pada tahun 1295, [[Dara Jingga]] yang menurut dugaan sebagian orang bersuamikan [[Mahisa Anabrang]] dari [[Kerajaan Singasari|Singasari]], dipanggil pulang ke Minangkabau untuk menggantikan posisi Datuk Ketumanggungan sebagai raja.
Menurut salah satu versi yang tidak memiliki dasar historis Datuk Ketumanggungan lahir dari pasangan Sultan Sri Maharaja Diraja dan Puti Indo Jelita. Datuk Ketumanggungan dan [[Datuk Perpatih Nan Sebatang]], penyusun adat Bodi Caniago, merupakan dua orang bersaudara satu ibu berlainan ayah. Ayah dari Datuk Parpatih Nan Sabatang adalah Cati Bilang Pandai suami kedua ibunya. Pada tahun 1165 sewaktu Sultan Paduko Basa telah berumur 18 tahun, beliau diangkat sebagai penghulu bergelar Datuk Ketumanggungan, sekaligus menduduki tahta kerajaan Minangkabau, menggantikan ibunya yang telah menjadi ratu selama 16 tahun. Pada tahun 1295, [[Dara Jingga]] yang menurut dugaan sebagian orang bersuamikan [[Mahisa Anabrang]] dari [[Kerajaan Singasari|Singasari]], dipanggil pulang ke Minangkabau untuk menggantikan posisi Datuk Ketumanggungan sebagai raja.


== Lihat pula ==
==Rujukan==
{{reflist}}
* [[Datuk Rajo Penghulu]]
* [[Gelar Datuk Minangkabau]]

== Referensi ==
http://www.cimbuak.net/content/view/371/7/


== Pranala Luar ==
== Pranala Luar ==
* http://www.cimbuak.net/content/view/371/7/
* http://sriandalas.multiply.com/journal/item/83
* http://sriandalas.multiply.com/journal/item/83
* http://www.antara-sumbar.com/eng/?mod=wisata&d=7&id=63
* http://www.antara-sumbar.com/eng/?mod=wisata&d=7&id=63
Baris 21: Baris 15:


[[Kategori:Minangkabau]]
[[Kategori:Minangkabau]]
{{bio-stub}}

Revisi per 19 September 2010 15.12

Datuk Ketumanggungan menurut tambo merupakan salah seorang tokoh legendaris penyusun adat Minangkabau[1]. Sistem adat yang disusun Datuk Ketumanggungan ini dikenal juga dengan nama kelarasan Koto Piliang.

Kehidupan

Menurut salah satu versi yang tidak memiliki dasar historis Datuk Ketumanggungan lahir dari pasangan Sultan Sri Maharaja Diraja dan Puti Indo Jelita. Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang, penyusun adat Bodi Caniago, merupakan dua orang bersaudara satu ibu berlainan ayah. Ayah dari Datuk Parpatih Nan Sabatang adalah Cati Bilang Pandai suami kedua ibunya. Pada tahun 1165 sewaktu Sultan Paduko Basa telah berumur 18 tahun, beliau diangkat sebagai penghulu bergelar Datuk Ketumanggungan, sekaligus menduduki tahta kerajaan Minangkabau, menggantikan ibunya yang telah menjadi ratu selama 16 tahun. Pada tahun 1295, Dara Jingga yang menurut dugaan sebagian orang bersuamikan Mahisa Anabrang dari Singasari, dipanggil pulang ke Minangkabau untuk menggantikan posisi Datuk Ketumanggungan sebagai raja.

Rujukan

  1. ^ Batuah, A. Dt. (1959). Tambo Minangkabau dan Adatnya. Jakarta: Balai Pustaka. 

Pranala Luar