Lompat ke isi

Kukang kayan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
maraton
 
Baris 27: Baris 27:


==Taksonomi dan filogeni ==
==Taksonomi dan filogeni ==
''N. kayan'' tergolong jenis primata strepsirrhine dan spesies [[kukang]] ([[genus]] ''Nycticebus'') dalam [[Famili (biologi)|famili]] [[Lorisidae]]. Spesimen museum hewan ini sebelumnya digolongkan sebagai [[kukang Kalimantan]] (''Nycticebus menagensis''), pertama kali diidentifikasi oleh [[Sejarah alam|naturalis]] [[Inggris]] [[Richard Lydekker]] pada tahun 1893 dengan nama ''Lemur menagensis''.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=46}} Pada tahun 1971, semua jenis kukang dikelompokkan menjadi satu spesies, yakni [[kukang Sunda]] (''Nycticebus coucang'').{{Sfn|Osman Hill|1953|pp=156–163}} Pada 1971, pembagian ini kembali disempurnakan dengan memisahkan kukang kerdil (''N. pygmaeus'') menjadi spesies berbeda, dan mengategorikan yang lainnya menjadi empat subspesies, termasuk ''N. coucang menagensis'' atau kukang Kalimantan.{{Sfn|Groves|1971}}{{Sfn|Groves|2001|p=99}} Kukang Kalimantan kemudian ditetapkan sebagai spesies tersendiri dengan nama ''N. menagensis'' pada tahun 2006, setelah [[Filogenetika molekuler|analisis molekuler]] menunjukkan bahwa spesies tersebut secara genetis berbeda dari ''N. coucang''.{{Sfn|Chen|Pan|Groves|Wang|2006|p=1198}}
''N. kayan'' tergolong jenis primata strepsirrhini dan spesies [[kukang]] ([[genus]] ''Nycticebus'') dalam [[Famili (biologi)|famili]] [[Lorisidae]]. Spesimen museum hewan ini sebelumnya digolongkan sebagai [[kukang Kalimantan]] (''Nycticebus menagensis''), pertama kali diidentifikasi oleh [[Sejarah alam|naturalis]] [[Inggris]] [[Richard Lydekker]] pada tahun 1893 dengan nama ''Lemur menagensis''.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=46}} Pada tahun 1971, semua jenis kukang dikelompokkan menjadi satu spesies, yakni [[kukang Sunda]] (''Nycticebus coucang'').{{Sfn|Osman Hill|1953|pp=156–163}} Pada 1971, pembagian ini kembali disempurnakan dengan memisahkan kukang kerdil (''N. pygmaeus'') menjadi spesies berbeda, dan mengategorikan yang lainnya menjadi empat subspesies, termasuk ''N. coucang menagensis'' atau kukang Kalimantan.{{Sfn|Groves|1971}}{{Sfn|Groves|2001|p=99}} Kukang Kalimantan kemudian ditetapkan sebagai spesies tersendiri dengan nama ''N. menagensis'' pada tahun 2006, setelah [[Filogenetika molekuler|analisis molekuler]] menunjukkan bahwa spesies tersebut secara genetis berbeda dari ''N. coucang''.{{Sfn|Chen|Pan|Groves|Wang|2006|p=1198}}


Sebuah riset mengenai spesimen dan foto-foto yang terkait dengan ''N. menagensis'' menyebabkan dua subspesies dipisahkan kembali menjadi dua spesies berbeda, yakni ''[[Nycticebus bancanus|N. bancanus]]'' dan ''[[Nycticebus borneanus|N. borneanus]]''. Selain itu, ''N. kayan'' diakui sebagai spesies baru, yang berbeda dari [[Subspesies#nominotipikal subspesies|subspesies nomino]], ''N. menagensis''.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=47}} Semua spesies yang baru diakui ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam bentuk pola warna pada wajah.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=47}} Analisis yang dilakukan terhadap pola warna wajah ini menunjukkan bahwa secara genetis, ''N. kayan'' [[Perbedaanan genetis|berbeda]] dari ''N. menagensis'' dan ''N. borneanus'' melalui [[spesiasi simpatrik]] (perbedaan evolusi organisme yang hidup di wilayah geografis yang sama), sedangkan kendala geografis menyebabkan munculnya perbedaan dengan ''N. bancanus'' ([[spesiasi alopatrik]]).{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=50}}
Riset yang dilakukan terhadap spesimen dan foto-foto ''N. menagensis'' menyebabkan dua subspesies dipisahkan kembali menjadi dua spesies berbeda, yakni ''[[Nycticebus bancanus|N. bancanus]]'' dan ''[[Nycticebus borneanus|N. borneanus]]''. Selain itu, ''N. kayan'' diakui sebagai spesies baru, yang berbeda dari [[Subspesies#nominotipikal subspesies|subspesies nomino]], ''N. menagensis''.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=47}} Semua spesies yang baru diakui ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam bentuk pola warna pada wajah.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=47}} Analisis yang dilakukan terhadap pola warna wajah ini menunjukkan bahwa secara genetis, ''N. kayan'' [[Perbedaanan genetis|berbeda]] dari ''N. menagensis'' dan ''N. borneanus'' melalui [[spesiasi simpatrik]] (perbedaan evolusi organisme yang hidup di wilayah geografis yang sama), sedangkan kendala geografis menyebabkan munculnya perbedaan dengan ''N. bancanus'' ([[spesiasi alopatrik]]).{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=50}}


''N. kayan'' dinamakan menurut [[Sungai Kayan]], yang mengalir melalui habitat aslinya di dekat [[Peleben]], [[Tipe (biologi)|tipe lokalitas]] spesimen asli.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=52}} [[Holotip]] spesies ini adalah AMNH 106.012, yang awalnya dikumpulkan oleh Baron V. von Plessen di dekat Peleben di provinsi [[Kalimantan Timur]] dan disimpan di [[American Museum of Natural History]] di [[New York]]. Holotip ini terdiri dari kulit dan tengkorak spesies jantan dengan panjang dari kepala hingga badan 257.3 mm (10.1 in).{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=50}}
''N. kayan'' dinamakan menurut [[Sungai Kayan]], yang mengalir melewati habitat aslinya di dekat [[Peleben]], tempat [[Tipe (biologi)|tipe lokalitas]] spesimen asli kukang.{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=52}} [[Holotip]] spesies ini adalah AMNH 106.012, yang awalnya dikumpulkan oleh Baron V. von Plessen di dekat Peleben di provinsi [[Kalimantan Timur]] dan disimpan di [[American Museum of Natural History]] di [[New York]]. Holotip ini terdiri dari kulit dan tengkorak spesies jantan dengan panjang dari kepala hingga badan 257.3 mm (10.1 in).{{Sfn|Munds|Nekaris|Ford|2013|p=50}}


==Deskripsi fisik==
==Deskripsi fisik==

Revisi per 2 Januari 2014 01.19

Kukang kayan
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)[1]
CITES Apendiks I (CITES)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
N. kayan
Nama binomial
Nycticebus kayan
Munds, Nekaris & Ford, 2013

Nycticebus kayan atau kukang kayan adalah primata strepsirrhini dan spesies kukang yang hidup di dataran tinggi Kalimantan bagian utara dan tengah. Spesies ini awalnya dianggap sebagai bagian dari populasi kukang Kalimantan (N. menagensis) hingga tahun 2013, namun riset yang dilakukan terhadap spesimen museum menunjukkan bahwa wajah kedua spesies ini berbeda, yang membantu mengelompokkan kedua spesies kukang tersebut. Perbedaan ini antara lain tampak pada tingginya kontras warna hitam putih pada wajah serta bentuk dan lebar pola garis wajah.

Spesies ini dinamai berdasarkan Sungai Kayan, yang mengalir melintasi habitat aslinya di Kalimantan. Seperti halnya kukang lain, spesies arboreal dan nokturnal ini umumnya memakan serangga, getah pohon, nektar, dan buah-buahan, serta memiliki gigitan beracun, kemampuan unik yang membedakannya dari primata lainnya. Meskipun belum dievaluasi oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini diperkirakan tergolong ke dalam spesies yang "rentan", atau bisa juga digolongkan dalam kategori berisiko tinggi saat status konservasinya dinilai. Keberlangsungan hidup spesies ini terutama sekali terancam oleh kepunahan habitat dan perdagangan satwa liar ilegal.

Taksonomi dan filogeni

N. kayan tergolong jenis primata strepsirrhini dan spesies kukang (genus Nycticebus) dalam famili Lorisidae. Spesimen museum hewan ini sebelumnya digolongkan sebagai kukang Kalimantan (Nycticebus menagensis), pertama kali diidentifikasi oleh naturalis Inggris Richard Lydekker pada tahun 1893 dengan nama Lemur menagensis.[2] Pada tahun 1971, semua jenis kukang dikelompokkan menjadi satu spesies, yakni kukang Sunda (Nycticebus coucang).[3] Pada 1971, pembagian ini kembali disempurnakan dengan memisahkan kukang kerdil (N. pygmaeus) menjadi spesies berbeda, dan mengategorikan yang lainnya menjadi empat subspesies, termasuk N. coucang menagensis atau kukang Kalimantan.[4][5] Kukang Kalimantan kemudian ditetapkan sebagai spesies tersendiri dengan nama N. menagensis pada tahun 2006, setelah analisis molekuler menunjukkan bahwa spesies tersebut secara genetis berbeda dari N. coucang.[6]

Riset yang dilakukan terhadap spesimen dan foto-foto N. menagensis menyebabkan dua subspesies dipisahkan kembali menjadi dua spesies berbeda, yakni N. bancanus dan N. borneanus. Selain itu, N. kayan diakui sebagai spesies baru, yang berbeda dari subspesies nomino, N. menagensis.[7] Semua spesies yang baru diakui ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam bentuk pola warna pada wajah.[7] Analisis yang dilakukan terhadap pola warna wajah ini menunjukkan bahwa secara genetis, N. kayan berbeda dari N. menagensis dan N. borneanus melalui spesiasi simpatrik (perbedaan evolusi organisme yang hidup di wilayah geografis yang sama), sedangkan kendala geografis menyebabkan munculnya perbedaan dengan N. bancanus (spesiasi alopatrik).[8]

N. kayan dinamakan menurut Sungai Kayan, yang mengalir melewati habitat aslinya di dekat Peleben, tempat tipe lokalitas spesimen asli kukang.[9] Holotip spesies ini adalah AMNH 106.012, yang awalnya dikumpulkan oleh Baron V. von Plessen di dekat Peleben di provinsi Kalimantan Timur dan disimpan di American Museum of Natural History di New York. Holotip ini terdiri dari kulit dan tengkorak spesies jantan dengan panjang dari kepala hingga badan 257.3 mm (10.1 in).[8]

Deskripsi fisik

Seperti kukang lainnya, Nycticebus kayan memiliki ekor vestigial, kepala bulat, dan telinga pendek.[10] Hewan jni juga memiliki rhinarium (permukaan telanjang dan lembab di sekitar lubang hidung) dan wajah datar yang lebar dengan mata yang besar.[11] Seperti N. menagensis dan semua spesies kukang Kalimantan, N. kayan tidak memiliki gigi seri bagian atas, yang membedakannya dengan spesies kukang lainnya.[12] Pada kaki depan, digit kedua lebih kecil dari yang lainnya; ibu jari di kaki belakangnya melintang terhadap jari lainnya, yang meningkatkan kekuatannya dalam mencengkeram. Jari kedua di kaki belakang melengkung, yang digunakan untuk menggaruk dan menyisir tubuh, sedangkan kuku yang lainnya lurus.[11] N. kayan juga memiliki susunan gigi depan bawah yang disebut gigi sisir, juga digunakan untuk menyisir bulu, sama seperti primata lemur lainnya.[13] Pada siku bagian ventral, terdapat pembengkakan kecil yang disebut kelenjar brasial; kelenjar ini berfungsi untuk mengeluarkan racun berminyak dan pedih yang digunakan untuk membela diri. Racun ini akan disebarkan melalui gigitan setelah sebelumnya dilekatkan pada gigi sisir.[14]

Dalam beberapa hal, pola wajah N. kayan berbeda dari kukang Kalimantan lainnya. Pertama, di bagian atas wajah terdapat pola berbentuk cincin gelap di sekitar mata (tidak menyebar sampai ke tepi) dan di wajah bagian bawah membentang pola berbentuk lengkung zigomatik, dan terkadang pola ini meluas hingga melewati rahang bawah. Kedua, garis-garis di antara mata umumnya berbentuk lingkaran, berbeda dengan spesies serumpun yang memiliki garis berbentuk persegi panjang. Selain itu, garis bulu di depan telinga melebar, berbeda dengan spesies kukang Kalimantan lainnya yang garis bulunya sempit. Jika dibandingkan dengan N. menagensis, pola wajah N. kayan memiliki warna kontras antara hitam dan putih, dan telinganya selalu tertutup bulu, sedangkan telinga N. menagensis tidak tertutup bulu. Secara keseluruhan, bulu pada N. kayan lebih panjang dan halus jika dibandingkan dengan bulu N. menagensis.[15] Berdasarkan jumlah terbatas spesimen, N. kayan memiliki panjang sekitar 273.4 mm (10.8 in) dan berat sekitar 410.5 g (0.9 lb).[9]

Persebaran

N. kayan ditemukan di Kalimantan bagian utara dan tengah. Persebarannya juga meluas hingga selatan ke Sungai Rajang dan Mahakam di Kalimantan Timur dan Sarawak di Malaysia, juga ke utara di sisi selatan Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia. Meskipun hewan ini tidak di temukan di sepanjang pesisir, persebarannya meluas dari timur hingga ke barat Pulau Kalimantan. Wilayah persebarannya tumpang tindih dengan persebaran N. menagensis di Kalimantan Timur dan Sabah,[9] dan N. borneanus adalah spesies tetangganya.[15]

Habitat dan ekologi

Seperti kukang lainnya, N. kayan tergolong ke dalam spesies arboreal, nokturnal,[10] dan omnivora, dengan makanan utamanya berupa serangga, getah pohon, nektar, dan buah-buahan.[16] Selain itu, spesies ini memiliki gigitan beracun, fitur unik yang membedakannya dari kukang lainnya. Toksin ini dihasilkan dengan cara menjilati kelenjar brakialis pada siku, dan sekresi yang bercampur dengan air liur akan mengaktifkan racun tersebut. Gigitan beracun ini digunakan untuk melindungi diri dari ancaman hewan pemangsa, dan racun juga disebarkan pada bulu saat kukang menyisir tubuhnya sebagai bentuk perlindungan terhadap bayi di dalam kandungan. Ketika terancam, kukang akan menjilat kelenjar brakialis dan menggigit si penyerang, menyebarkan racun tersebut ke dalam luka gigitan. Kukang bisa saja enggan untuk melepaskan gigitannya, sehingga penyebaran racun akan semakin maksimal.[17]

Pola pada wajah membantu para kukang dalam mengenali lawan jenis, dan juga berfungsi sebagai strategi untuk menakut-nakuti predator dengan membuat mata lebih besar dari ukuran sebenarnya.[18]

Konservasi

Status Nycticebus kayan masih belum dievaluasi oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), sedangkan N. menagensis telah ditetapkan sebagai spesies dengan status "Rentan" pada tahun 2012.[7] Karena N. menagensis telah dibagi menjadi empat spesies berbeda, masing-masing spesies baru ini menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kepunahan. Oleh sebab itu, setiap spesies ini diperkirakan setidaknya akan diberi status "Rentan", meskipun tidak menutup kemungkinan beberapa spesies juga bisa digolongkan ke dalam kategori berisiko tinggi.[19]

Antara tahun 1987 dan 2012, sepertiga hutan di Kalimantan telah musnah, yang menyebabkan keberlangsungan hidup N. kayan semakin terancam. Perdagangan satwa liar ilegal juga merupakan faktor utama yang mengancam habitat spesies ini;[7] bagian tubuh kukang biasanya dijual untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Selain itu, sejumlah video viral di YouTube juga membantu mempromosikan perdagangan hewan peliharaan eksotis.[19][20][21] Meskipun demikian, semua spesies kukang dilindungi dari perdagangan ilegal oleh Apendiks I Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna Liar Spesies Terancam Punah (CITES).[22]

Referensi

  1. ^ "Appendices I, II and III" (PDF). Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). 2010. 
  2. ^ Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 46.
  3. ^ Osman Hill 1953, hlm. 156–163.
  4. ^ Groves 1971.
  5. ^ Groves 2001, hlm. 99.
  6. ^ Chen et al. 2006, hlm. 1198.
  7. ^ a b c d Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 47.
  8. ^ a b Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 50.
  9. ^ a b c Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 52.
  10. ^ a b Ankel-Simons 2007, hlm. 82.
  11. ^ a b Smith & Xie 2008, hlm. 159–160.
  12. ^ Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 53.
  13. ^ Ankel-Simons 2007, hlm. 246.
  14. ^ Hagey, Fry & Fitch-Snyder 2007, hlm. 253.
  15. ^ a b Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 50–52.
  16. ^ Nekaris & Bearder 2007, hlm. 28–33.
  17. ^ Alterman 1995, hlm. 421–423.
  18. ^ Munds, Nekaris & Ford 2013, hlm. 49.
  19. ^ a b Wall, T. (13 December 2012). "Three new species of venomous primate identified by MU researcher". Missouri University News Bureau. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 December 2012. Diakses tanggal 19 December 2012. 
  20. ^ Bryner, J. (14 December 2012). "Slow loris species, Nycticebus kayan, discovered in Borneo". The Huffington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2013. Diakses tanggal 15 December 2012. 
  21. ^ Walker, M. (13 December 2012). "Primate species: new slow loris found in Borneo". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 December 2012. 
  22. ^ Nekaris & Munds 2010, hlm. 390.

Daftar pustaka

Templat:Link GA