Etika Deontologi: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
k sesuatu itu baik karena kewajiban moral, bukan karena dampaknya. |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Deontologi''' berasal dari kata [[Yunani]] ''deon'', yang berarti sesuatu yang harus dilakukan atau kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. <ref name="Bertens"> |
'''Deontologi''' berasal dari kata [[Yunani]] ''deon'', yang berarti sesuatu yang harus dilakukan atau kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. <ref name="Bertens">K. Bertens. 1997. ''Etika. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Hal.254.''</ref><ref name="Bambang">I. Bambang Sugiharto,Agus Rachmat W. 2000. ''Wajah baru etika dan agama''. Yogyakarta: Kanisius. Hlm.34. </ref> Sesuatu itu dianggap baik karena tuntutan norma sosial dan moral, apapun dampaknya dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak, menyenangkan atau tidak. Istilah ini, digunakan kedalam suatu sistem etika.<ref name="Bertens"/> Istilah ini digunakan pertama kali oleh filsuf dari Jerman yaitu Immanuel Kant. <ref name="Bertens"/> |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 30 Maret 2014 04.07
Deontologi berasal dari kata Yunani deon, yang berarti sesuatu yang harus dilakukan atau kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. [1][2] Sesuatu itu dianggap baik karena tuntutan norma sosial dan moral, apapun dampaknya dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak, menyenangkan atau tidak. Istilah ini, digunakan kedalam suatu sistem etika.[1] Istilah ini digunakan pertama kali oleh filsuf dari Jerman yaitu Immanuel Kant. [1]