Abangan: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 5: | Baris 5: | ||
Pendapat lainnya ialah bahwa kata abangan diperkirakan berasal dari kata [[Bahasa Arab]] ''aba'an''.{{fact}} Lidah orang Jawa membaca huruf '''ain'' menjadi ''ngain''. Arti ''aba'an'' kurang lebih adalah "yang tidak konsekwen" atau "yang meninggalkan". Jadi para ulama dulu memberikan julukan kepada para orang yang sudah masuk Islam tapi tidak menjalankan syari'at ([[Bahasa Jawa]]: ''sarengat'') adalah kaum ''aba'an'' atau abangan. Jadi, kata "abang" di sini bukan dari kata Bahasa Jawa ''abang'' yang berarti warna merah.{{fact}} |
Pendapat lainnya ialah bahwa kata abangan diperkirakan berasal dari kata [[Bahasa Arab]] ''aba'an''.{{fact}} Lidah orang Jawa membaca huruf '''ain'' menjadi ''ngain''. Arti ''aba'an'' kurang lebih adalah "yang tidak konsekwen" atau "yang meninggalkan". Jadi para ulama dulu memberikan julukan kepada para orang yang sudah masuk Islam tapi tidak menjalankan syari'at ([[Bahasa Jawa]]: ''sarengat'') adalah kaum ''aba'an'' atau abangan. Jadi, kata "abang" di sini bukan dari kata Bahasa Jawa ''abang'' yang berarti warna merah.{{fact}} |
||
=Daftar Pustaka= |
|||
<Reflist> |
|||
<references/> |
|||
* Geertz, Clifford, ''The Religion of Java'', University Of Chicago Press 1976 |
* Geertz, Clifford, ''The Religion of Java'', University Of Chicago Press 1976 |
||
* Achmad Chodjim, "Mistik dan makrifat Sunan Kalijaga", Penerbit Serambi, 2003, hlm. 149. |
* Achmad Chodjim, "Mistik dan makrifat Sunan Kalijaga", Penerbit Serambi, 2003, hlm. 149. |
Revisi per 2 April 2014 02.09
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP22Heber (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 2 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP22Heber (Kontrib • Log) 3834 hari 164 menit lalu. |
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Abangan adalah sebutan untuk golongan penduduk Jawa Muslim yang mempraktikkan Islam dalam versi yang lebih sinkretis bila dibandingkan dengan golongan santri yang lebih ortodoks[1]. Istilah ini, yang berasal dari kata bahasa Jawa yang berarti merah, pertama kali digunakakan oleh Clifford Geertz, namun saat ini maknanya telah bergeser. Abangan dianggap lebih cenderung mengikuti sistem kepercayaan lokal yang disebut adat daripada hukum Islam murni (syariah). Dalam sistem kepercayaan tersebut terdapat tradisi-tradisi Hindu, Buddha, dan animisme. Namun beberapa sarjana berpendapat bahwa apa yang secara klasik dianggap bentuk varian Islam di Indonesia, seringkali merupakan bagian dari agama itu sendiri di negara lain. Sebagai contoh, Martin van Bruinessen mencatat adanya kesamaan antara adat dan praktik yang dilakukan dahulu kala di kalangan umat Islam di Mesir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Edward Lane.
Pendapat lainnya ialah bahwa kata abangan diperkirakan berasal dari kata Bahasa Arab aba'an.[butuh rujukan] Lidah orang Jawa membaca huruf 'ain menjadi ngain. Arti aba'an kurang lebih adalah "yang tidak konsekwen" atau "yang meninggalkan". Jadi para ulama dulu memberikan julukan kepada para orang yang sudah masuk Islam tapi tidak menjalankan syari'at (Bahasa Jawa: sarengat) adalah kaum aba'an atau abangan. Jadi, kata "abang" di sini bukan dari kata Bahasa Jawa abang yang berarti warna merah.[butuh rujukan]
Daftar Pustaka
- ^ Muchtarom, Zaini. 1988. Santri dan Abangan di Jawa. Jakarta: Inis.
- Geertz, Clifford, The Religion of Java, University Of Chicago Press 1976
- Achmad Chodjim, "Mistik dan makrifat Sunan Kalijaga", Penerbit Serambi, 2003, hlm. 149.