Lompat ke isi

Brahmavihāra: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP29Anggriani (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP29Anggriani (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
Baris 7: Baris 7:
== Karuna ==
== Karuna ==
Karuna merupakan sifat welas asih atau sifat yang timbul karena adanya perasaan iba.
Karuna merupakan sifat welas asih atau sifat yang timbul karena adanya perasaan iba.
Sebagai contoh, saat Pangeran [[Siddhartha]] sedang bermain dengan para sahabat-Nya di hutan. Di antara mereka adalah Pangeran Devadatta, sepupu Pangeran Siddhartha, yang memegang busur dan beberapa anak panah dalam kantung yang tergantung di punggungnya. Ketika Pangeran Siddhartha tengah beristirahat di bawah pohon menikmati kedamaian dan keindahan alam. Tiba-tiba, seekor angsa jatuh dari angkasa tidak jauh tepat di hadapan-Nya. Ia tahu bahwa Pangeran Devadatta telah memanah angsa itu. Pangeran Siddharta bangkit dan bergegas menolong si angsa. Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu, namun Pangeran Siddharta berlari lebih cepat darinya. Sebatang anak panah telah menusuk salah satu sayapnya; untunglah angsa itu masih hidup. Dengan lembut Ia menarik anak panah itu keluar dari sayapnya; lalu memetik beberapa tanaman obat, memeras, dan meneteskan getahnya pada luka si angsa untuk menghentikan pendarahan. Ia mengelus angsa tersebut dengan lembut dan menenangkan unggas yang ketakutan itu. Angsa itu didekap di dada-Nya supaya merasa hangat dan nyaman.


== Mudita ==
== Mudita ==

Revisi per 9 April 2014 15.24

Brahma Vihara adalah sifat-sifat luhur yang patut untuk dijalani semua mahkluk. Adapun sifat-sifat luhur yang dimaksudkan adalah Metta (Cinta Kasih), Karuna (Welas Asih), Mudita (Simpati), dan Uppekkha (Keseimbangan Batin).

Metta

Metta adalah cinta kasih Universal. Cinta kasih yang tanpa pamrih dan ikhlas. Layaknya cinta seorang Ibu kepada anaknya/anak tunggalnya.

Karuna

Karuna merupakan sifat welas asih atau sifat yang timbul karena adanya perasaan iba. Sebagai contoh, saat Pangeran Siddhartha sedang bermain dengan para sahabat-Nya di hutan. Di antara mereka adalah Pangeran Devadatta, sepupu Pangeran Siddhartha, yang memegang busur dan beberapa anak panah dalam kantung yang tergantung di punggungnya. Ketika Pangeran Siddhartha tengah beristirahat di bawah pohon menikmati kedamaian dan keindahan alam. Tiba-tiba, seekor angsa jatuh dari angkasa tidak jauh tepat di hadapan-Nya. Ia tahu bahwa Pangeran Devadatta telah memanah angsa itu. Pangeran Siddharta bangkit dan bergegas menolong si angsa. Pangeran Devadatta juga mengejar angsa itu, namun Pangeran Siddharta berlari lebih cepat darinya. Sebatang anak panah telah menusuk salah satu sayapnya; untunglah angsa itu masih hidup. Dengan lembut Ia menarik anak panah itu keluar dari sayapnya; lalu memetik beberapa tanaman obat, memeras, dan meneteskan getahnya pada luka si angsa untuk menghentikan pendarahan. Ia mengelus angsa tersebut dengan lembut dan menenangkan unggas yang ketakutan itu. Angsa itu didekap di dada-Nya supaya merasa hangat dan nyaman.

Mudita

Mudita sebagai sifat luhur ketiga bermakna simpati.

Uppekkha

Sifat luhur keempat, Uppekkha berarti keseimbangan batin. Sikap batin yang teguh dan seimbang.