Pasar Beringharjo: Perbedaan antara revisi
k sejarah dan struktur bangunan Tag: BP2014 |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
[[Berkas:Pasar Beringharjo.jpg|thumb|Pasar Beringharjo Yogyakarta]] |
[[Berkas:Pasar Beringharjo.jpg|thumb|Pasar Beringharjo Yogyakarta]] |
||
'''Pasar Beringharjo''' adalah pasar tertua |
'''Pasar Beringharjo''' adalah pasar tertua dengan nilai [[historis]] dan [[filosofis]] yang tidak dapat dipisahkan dengan [[Kraton Yogyakarta]].<ref name=jogjatrip>{{Cite web|url=http://jogjatrip.com/id/122/Pasar-Beringharjo|title=Pasar Beringharjo|accessdate=29 April 2014|publisher= www.jogjatrip.com}}</ref> Beringharjo memiliki makna harafiah hutan pohon beringin yang diharapkan memberikan kesejahteraan bagi warga Yogyakarta.<ref name=monggo>{{cite book|last=Murbawono|first=Syafaruddin|title=Monggo Mampir|publisher =[[Gramedia Pustaka Utama]]|date=2009|pages=207|isbn=978-979-22-4087-0}}</ref> Pasar Beringharjo terletak di [[Jalan Jenderal Ahmad Yani]] nomor 16, Yogyakarta.<ref name=suryo></ref> Ada banyak jenis barang yang dapat dibeli di Pasar Beringharjo, mulai dari [[batik]], [[jajanan pasar]], [[uang kuno]], pakaian anak dan dewasa, [[makanan cepat saji]], bahan dasar [[jamu tradisional]], [[sembako]] hingga barang [[antik]].<ref name=suryo>{{cite book|last=Sukendro|first=Suryo|title=Keliling Tempat-Tempat Wisata Eksotis Di Jogja|publisher =[[MedPress]]|date=2009|pages=108,109|isbn=979-788-101-6}}</ref> |
||
==Sejarah Berdirinya Pasar Beringharjo== |
==Sejarah Berdirinya Pasar Beringharjo== |
||
Wilayah Pasar Beringharjo pada awalnya adalah hutan [[beringin]].<ref name=yogyes>{{Cite web|url=http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/beringharjo/|title=Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta|accessdate=29 April 2014|publisher= www.yogyes.com}}</ref> Tidak lama setelah berdirinya Kraton Yogyakarta pada tahun [[1758]], wilayah pasar ini dijadikan tempat [[transaksi]] [[ekonomi]] oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya.<ref name= |
Wilayah Pasar Beringharjo pada awalnya adalah hutan [[beringin]].<ref name=yogyes>{{Cite web|url=http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/beringharjo/|title=Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta|accessdate=29 April 2014|publisher= www.yogyes.com}}</ref> Tidak lama setelah berdirinya Kraton Yogyakarta pada tahun [[1758]], wilayah pasar ini dijadikan tempat [[transaksi]] [[ekonomi]] oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya.<ref name=detik>{{Cite web|url=http://travel.detik.com/read/2013/04/25/141619/2230334/1025/3/pasar-beringharjo-yogya-belanja-murah-tapi-nggak-murahan|title=Pasar Beringharjo Yogya Belanjar Murah Tapi Nggak Murahan|accessdate=11 Mei 2014|publisher= www.travel.detik.com}}</ref> Ratusan tahun kemudian pada tanggal [[24 Maret]] tahun 1925, Keraton Yogyakarta menugaskan ''Nederlansch Indisch Beton Maatschappij'' (Perusahaan Beton Hindia Belanda) untuk membangun [[los-los pasar]].<ref name=jogjatrip></ref> Pada akhir Agustus 1925, 11 [[kios]] telah terselesaikan dan yang lainnya menyusul secara bertahap.<ref name=yogyes></ref> |
||
Nama Beringharjo diberikan setelah bertahtanya [[Sri Sultan Hamengku Buwono VIII]] pada tanggal [[24 Maret]] tahun 1925. Sri Sultan Hamngku Buwono VIII memerintahkan agar semua [[instansi]] di bawah naungan Kesultanan Yogyakarta menggunakan [[Bahasa Jawa]].<ref name=jogjatrip></ref> Nama Beringharjo dipilih karena memiliki arti wilayah yang semula hutan [[beringin]] (''bering'') yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (''harjo'').<ref name=jogjatrip></ref> Nama Beringharjo sendiri dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin dan pohon beringin merupakan lambang kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang.<ref name=jogjatrip></ref> |
Nama Beringharjo diberikan setelah bertahtanya [[Sri Sultan Hamengku Buwono VIII]] pada tanggal [[24 Maret]] tahun 1925. Sri Sultan Hamngku Buwono VIII memerintahkan agar semua [[instansi]] di bawah naungan Kesultanan Yogyakarta menggunakan [[Bahasa Jawa]].<ref name=jogjatrip></ref> Nama Beringharjo dipilih karena memiliki arti wilayah yang semula hutan [[beringin]] (''bering'') yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (''harjo'').<ref name=jogjatrip></ref> Nama Beringharjo sendiri dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin dan pohon beringin merupakan lambang kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang.<ref name=jogjatrip></ref> |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
==Struktur Bangunan== |
==Struktur Bangunan== |
||
Ciri khas bangunan Pasar Beringharjo dapat dilihat pada [[interior]] bangunan yang merupakan perpaduan antara [[arsitektur]] [[kolonial]] dan [[tradisional]] [[Jawa]].<ref name=jogjatrip></ref> Secara umum, pasar ini terdiri dari dua bangunan yang terpisah yaitu bagian barat dan bagian timur.<ref name= |
Ciri khas bangunan Pasar Beringharjo dapat dilihat pada [[interior]] bangunan yang merupakan perpaduan antara [[arsitektur]] [[kolonial]] dan [[tradisional]] [[Jawa]].<ref name=jogjatrip></ref> Secara umum, pasar ini terdiri dari dua bangunan yang terpisah yaitu bagian barat dan bagian timur.<ref name=detik></ref> Bangunan utama di bagian barat terdiri dari dua lantai, adapun bangunan yang kedua di bagian timur terdiri dari tiga lantai.<ref name=jogjatrip></ref> Pintu masuk utama pasar ini terletak di bagian barat, tepat menghadap [[Jalan Malioboro]].<ref name=jogjatrip></ref> Pintu gerbang utama ini merupakan bangunan dengan ciri khas [[kolonial]] bertuliskan Pasar Beringharjo dengan [[aksara]] Latin dan aksara Jawa.<ref name=detik></ref> |
||
Pada sisi kanan dan kiri pintu utama terdapat dua buah ruangan berukuran 2,5 x 3,5 [[meter]] yang digunakan untuk kantor pengelola pasar.<ref name=jogjatrip></ref> Pintu utama ini berhubungan langsung dengan jalan utama pasar yang dibangun lurus dari arah barat ke timur.<ref name=jogjatrip></ref> Lebar jalan utama di dalam pasar ini berkisar 2 meter dengan los-los terbuka di sisi kanan dan kiri.<ref name=jogjatrip></ref> Di samping pintu utama, terdapat pula pintu-pintu lain di bagian utara, timur, selatan dengan ukuran lebih kecil dibandingkan pintu utama.<ref name=jogjatrip></ref> |
Pada sisi kanan dan kiri pintu utama terdapat dua buah ruangan berukuran 2,5 x 3,5 [[meter]] yang digunakan untuk kantor pengelola pasar.<ref name=jogjatrip></ref> Pintu utama ini berhubungan langsung dengan jalan utama pasar yang dibangun lurus dari arah barat ke timur.<ref name=jogjatrip></ref> Lebar jalan utama di dalam pasar ini berkisar 2 meter dengan los-los terbuka di sisi kanan dan kiri.<ref name=jogjatrip></ref> Di samping pintu utama, terdapat pula pintu-pintu lain di bagian utara, timur, selatan dengan ukuran lebih kecil dibandingkan pintu utama.<ref name=jogjatrip></ref> |
||
==Isi Pasar Beringharjo== |
|||
===Koleksi Batik=== |
|||
Pasar Beringharjo memiliki berbagai jenis batik mulai [[batik]] kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra.<ref name=yogyes></ref> Koleksi batik kain dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara.<ref name=yogyes></ref> Sementara koleksi pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian barat.<ref name=yogyes></ref> Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju [[surjan]], [[blangkon]], dan [[sarung tenun]] maupun batik.<ref name=yogyes></ref> Selain itu juga dijumpai sandal dan tas di sekitar eskalator pasar bagian barat.<ref name=yogyes></ref> |
|||
===Aneka Rempah-Rempah=== |
|||
Di lantai dua pasar bagian timur, merupakan pusat penjualan bahan dasar [[jamu Jawa]] dan [[rempah-rempah]].<ref name=yogyes></ref> Bahan jamu yang dijual misalnya [[kunyit]] yang biasa dipakai untuk membuat [[kunyit asam]] dan [[temulawak]] yang dipakai untuk membuat jamu sangat pahit.<ref name=yogyes></ref> Rempah-rempah yang ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman [[ronde]] ataupun hanya dibakar, direbus dan dicampur [[gula batu]]) dan kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti [[wedang jahe]], [[kopi]], [[teh]] dan kadang digunakan sebagai pengganti bubuk coklat pada ''cappucino'').<ref name=yogyes></ref> |
|||
===Aneka Jajan Pasar=== |
|||
Pasar Beringharjo menjual berbagai macam [[jajanan pasar]] khas Yogyakarta yang dikemas dengan cara [[tradisional]].<ref name=suryo2>{{cite book|last=Sukendro|first=Suryo|title=Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja|publisher =[[MedPress]]|date=2009|pages=60,61|isbn=979-788-068-0}}</ref> Untuk mendapatkan harga yang sesuai, wisatawan bisa menawar harga jajanan pasar ini.<ref name=suryo2></ref> |
|||
====Kue Kipo==== |
|||
Kipo adalah makanan khas [[Kotagede]].<ref name=suryo2></ref> Kue kipo terbuat dari [[tepung ketan]] dan dipanggang kecil-kecil.<ref name=suryo2></ref> Bahan dasarnya terbuat dari tepung ketan dan [[unti kelapa]].<ref name=suryo2></ref> Kipo menjadi makanan khas karena proses pembuatannya tergolong unik.<ref name=suryo2></ref> Kue tidak dikukus tetapi dibakar di [[wajan tanah liat]].<ref name=suryo2></ref> |
|||
====Pecel Urap==== |
|||
Di [[pelataran]] depan Pasar Beringharjo, wisatawan dapat mencicipi pecel urap yang disajikan dalam mangkuk dari daun pisang yang disebut [[pincuk]].<ref name=suryo2></ref> Pecel ini berisi berbagai macam sayuran seperti bayam, tauge, sawi dan bumbu kacang.<ref name=suryo2></ref> Sedangkan pelengkapnya yakni [[tahu]] dan [[tempe bacem]] atau [[tempe gembus]].<ref name=suryo2></ref> |
|||
====Mendut Dan Mega Mendhung==== |
|||
Makanan ini berbahan ketan yang berbentuk bulat, berwarna merah dan hijau yang disiram dengan kuah santan.<ref name=suryo2></ref> Makanan lain yakni mega mendhung, yaitu makanan kecil yang terbuat dari [[hungkwe]] berwarna biru dan putih.<ref name=suryo2></ref> |
|||
====Legomoro==== |
|||
Makanan ini terbuat dari beras ketan dan diisi daging yang dicacah.<ref name=suryo2></ref> Legomoro hampir mirip dengan [[lemper]] yang dibungkus daun pisang dan dikukus.<ref name=suryo2></ref> |
|||
==Referensi== |
==Referensi== |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
Revisi per 11 Mei 2014 17.12
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP87Laurentius (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 28 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP87Laurentius (Kontrib • Log) 3793 hari 764 menit lalu. |
Pasar Beringharjo adalah pasar tertua dengan nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan Kraton Yogyakarta.[1] Beringharjo memiliki makna harafiah hutan pohon beringin yang diharapkan memberikan kesejahteraan bagi warga Yogyakarta.[2] Pasar Beringharjo terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani nomor 16, Yogyakarta.[3] Ada banyak jenis barang yang dapat dibeli di Pasar Beringharjo, mulai dari batik, jajanan pasar, uang kuno, pakaian anak dan dewasa, makanan cepat saji, bahan dasar jamu tradisional, sembako hingga barang antik.[3]
Sejarah Berdirinya Pasar Beringharjo
Wilayah Pasar Beringharjo pada awalnya adalah hutan beringin.[4] Tidak lama setelah berdirinya Kraton Yogyakarta pada tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya.[5] Ratusan tahun kemudian pada tanggal 24 Maret tahun 1925, Keraton Yogyakarta menugaskan Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton Hindia Belanda) untuk membangun los-los pasar.[1] Pada akhir Agustus 1925, 11 kios telah terselesaikan dan yang lainnya menyusul secara bertahap.[4]
Nama Beringharjo diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tanggal 24 Maret tahun 1925. Sri Sultan Hamngku Buwono VIII memerintahkan agar semua instansi di bawah naungan Kesultanan Yogyakarta menggunakan Bahasa Jawa.[1] Nama Beringharjo dipilih karena memiliki arti wilayah yang semula hutan beringin (bering) yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).[1] Nama Beringharjo sendiri dinilai tepat karena lokasi pasar merupakan bekas hutan beringin dan pohon beringin merupakan lambang kebesaran dan pengayoman bagi banyak orang.[1]
Pasar Beringharjo memiliki nilai historis dan filosofis dengan Kraton Yogyakarta karena telah melewati tiga fase, yakni masa kerajaan, penjajahan, dan kemerdekaan.[1] Pembangunan Pasar Beringharjo merupakan salah satu bagian dari rancang bangun pola tata kota Kesultanan Yogyakarta yang disebut Catur Tunggal.[1] Pola tata kota ini mencakup empat hal yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi.[1]
Struktur Bangunan
Ciri khas bangunan Pasar Beringharjo dapat dilihat pada interior bangunan yang merupakan perpaduan antara arsitektur kolonial dan tradisional Jawa.[1] Secara umum, pasar ini terdiri dari dua bangunan yang terpisah yaitu bagian barat dan bagian timur.[5] Bangunan utama di bagian barat terdiri dari dua lantai, adapun bangunan yang kedua di bagian timur terdiri dari tiga lantai.[1] Pintu masuk utama pasar ini terletak di bagian barat, tepat menghadap Jalan Malioboro.[1] Pintu gerbang utama ini merupakan bangunan dengan ciri khas kolonial bertuliskan Pasar Beringharjo dengan aksara Latin dan aksara Jawa.[5]
Pada sisi kanan dan kiri pintu utama terdapat dua buah ruangan berukuran 2,5 x 3,5 meter yang digunakan untuk kantor pengelola pasar.[1] Pintu utama ini berhubungan langsung dengan jalan utama pasar yang dibangun lurus dari arah barat ke timur.[1] Lebar jalan utama di dalam pasar ini berkisar 2 meter dengan los-los terbuka di sisi kanan dan kiri.[1] Di samping pintu utama, terdapat pula pintu-pintu lain di bagian utara, timur, selatan dengan ukuran lebih kecil dibandingkan pintu utama.[1]
Isi Pasar Beringharjo
Koleksi Batik
Pasar Beringharjo memiliki berbagai jenis batik mulai batik kain maupun sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra.[4] Koleksi batik kain dijumpai di los pasar bagian barat sebelah utara.[4] Sementara koleksi pakaian batik dijumpai hampir di seluruh pasar bagian barat.[4] Selain pakaian batik, los pasar bagian barat juga menawarkan baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik.[4] Selain itu juga dijumpai sandal dan tas di sekitar eskalator pasar bagian barat.[4]
Aneka Rempah-Rempah
Di lantai dua pasar bagian timur, merupakan pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah-rempah.[4] Bahan jamu yang dijual misalnya kunyit yang biasa dipakai untuk membuat kunyit asam dan temulawak yang dipakai untuk membuat jamu sangat pahit.[4] Rempah-rempah yang ditawarkan adalah jahe (biasa diolah menjadi minuman ronde ataupun hanya dibakar, direbus dan dicampur gula batu) dan kayu (dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti wedang jahe, kopi, teh dan kadang digunakan sebagai pengganti bubuk coklat pada cappucino).[4]
Aneka Jajan Pasar
Pasar Beringharjo menjual berbagai macam jajanan pasar khas Yogyakarta yang dikemas dengan cara tradisional.[6] Untuk mendapatkan harga yang sesuai, wisatawan bisa menawar harga jajanan pasar ini.[6]
Kue Kipo
Kipo adalah makanan khas Kotagede.[6] Kue kipo terbuat dari tepung ketan dan dipanggang kecil-kecil.[6] Bahan dasarnya terbuat dari tepung ketan dan unti kelapa.[6] Kipo menjadi makanan khas karena proses pembuatannya tergolong unik.[6] Kue tidak dikukus tetapi dibakar di wajan tanah liat.[6]
Pecel Urap
Di pelataran depan Pasar Beringharjo, wisatawan dapat mencicipi pecel urap yang disajikan dalam mangkuk dari daun pisang yang disebut pincuk.[6] Pecel ini berisi berbagai macam sayuran seperti bayam, tauge, sawi dan bumbu kacang.[6] Sedangkan pelengkapnya yakni tahu dan tempe bacem atau tempe gembus.[6]
Mendut Dan Mega Mendhung
Makanan ini berbahan ketan yang berbentuk bulat, berwarna merah dan hijau yang disiram dengan kuah santan.[6] Makanan lain yakni mega mendhung, yaitu makanan kecil yang terbuat dari hungkwe berwarna biru dan putih.[6]
Legomoro
Makanan ini terbuat dari beras ketan dan diisi daging yang dicacah.[6] Legomoro hampir mirip dengan lemper yang dibungkus daun pisang dan dikukus.[6]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o "Pasar Beringharjo". www.jogjatrip.com. Diakses tanggal 29 April 2014.
- ^ Murbawono, Syafaruddin (2009). Monggo Mampir. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 207. ISBN 978-979-22-4087-0.
- ^ a b Sukendro, Suryo (2009). Keliling Tempat-Tempat Wisata Eksotis Di Jogja. MedPress. hlm. 108,109. ISBN 979-788-101-6.
- ^ a b c d e f g h i j "Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta". www.yogyes.com. Diakses tanggal 29 April 2014.
- ^ a b c "Pasar Beringharjo Yogya Belanjar Murah Tapi Nggak Murahan". www.travel.detik.com. Diakses tanggal 11 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Sukendro, Suryo (2009). Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja. MedPress. hlm. 60,61. ISBN 979-788-068-0.