Lompat ke isi

Estetika resepsi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 17: Baris 17:


Dari keempat orientasi tersebut di atas, teori estetika resepsi terletak pada orientasi pragmatik. Untuk itu estetika resepsi adalah teori pendekatan yang digunakan dalam menilai sebuah karya sastra. Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan atau resepsi pembaca. Teori ini muncul karena karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilainya.
Dari keempat orientasi tersebut di atas, teori estetika resepsi terletak pada orientasi pragmatik. Untuk itu estetika resepsi adalah teori pendekatan yang digunakan dalam menilai sebuah karya sastra. Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan atau resepsi pembaca. Teori ini muncul karena karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilainya.

== Metode ==
Tujuh hal pokok yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam estetika resepsi:<ref>Hans Robert Jauss, Toward an Aestetic of Reception: Theory and History of Literature, Univ. of Minnesotta, 1982. Hlm. 20-45</ref>

1. Pengalaman Pembacaan

2. Cakrawala Harapan

3. Jarak Estetik

4. Semangat Zaman

5. Rangkaian Sastra

6. Perspektif Sinkronis-Diakronis

7. Sejarah Sastra


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 25 Juli 2014 04.32

Estetika Resepsi atau estetika tanggapan merupakan estetika (ilmu keindahan) yang didasarkan pada penerimaan/peresepsian dan tanggapan dari pembaca terhadap karya sastra. Sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari individu atau masyarakat yang meresepsi karya sastra tersebut.

Kata "resepsi" berasal dari bahasa Latin recipere (menerima, menanggapi). Kata estetika berasal dari bahasa Yunani αἴσθησις aísthesis (keindahan). Istilah "estetika resepsi" pertama kali dipakai oleh mazhab Konstanz dari Universitas Konstanz. Untuk itu, "estetika resepsi" adalah bagian dari teori sastra.

Tokoh sentral dari mazhab Konstanz adalah Hans Robert Jauß, Manfred Fuhrmann, Wolfgang Iser dan Wolfgang Preisendanz.

Dasar Teori

Ada empat macam orientasi terhadap sebuah karya sastra:

1. Mimetik (alam): Orientasi ini bertolak pada pandangan bahwa suatu karya sastra adalah gambaran atau rekaan dari dunia dan kehidupan manusia.[1] Karya sastra adalah sebagai tiruan alam atau penggambaran alam. Segala sesuatu yang terdapat dalam karya sastra adalah wujud yang terdapat di alam semesta. Segala isi yang ada di dunia ini menjadi ide yang dituangkan dalam sebuah karya sastra.

2. Objektif (karya sastra): Orientasi ini melihat karya sastra sebagai karya yang berdiri sendiri.[2] Karya sastra adalah objek yang mandiri dan memiliki dunianya sendiri.[3] Karya sastra menjadi objek tiruan alam. Sebuah karya sastra tidak akan mampu menjadi objek yang estetis tanpa meniru dari alam karena manusia hidup di alam dengan sarana-saranya yang ada di dunia, sehingga jika manusia menjadikan karya sastra tanpa tiruan dari alam maka mustahil karya sastra itu akan menimbulkan rasa bagi pembacanya.

3. Ekspresif (pengarang): Orientasi ini menekankan analisis pada kemampuan pengarang dalam mengekspresikan atau menuangkan idenya dalam wujud sastra.[4] Seorang pengarang melihat kenyataan atau realitas alam lalu alam memunculkan sebuah ide dalam fikiran pengarang kemudian pengarang menuangkannya dalam sebuah karya sastra.

4. Pragmatik (pembaca): Orientasi ini melihat kegunaan suatu karya sastra. Kegunaan ini dilihat dari segi hiburan, estetika, pendidikan, dan hal lainnya.[5] Pembaca ketika membaca sebuah karya sastra pasti akan melakukan sebuah tanggapan atau komentar tentang karya sastra yang dibacanya, karena dalam hal ini karya sastra melakukan defamiliarisasi dalam bentuk bahasanya sehingga defamiliarisasi mampu menggugahkan hati pembaca dengan rasa yang ada di jiwanya karena bahasa defamiliarisasi berbeda dengan bahasa praktis atau bahasa komunikasi. Pembaca mendapatkan sebuah rasa ketika membaca sebuah karya sastra karena karya sastra adalah memuat tentang tiruan alam sehingga pembaca mampu merasakan apa yang dibahas oleh kajian karya sastra tersebut.

Dari keempat orientasi tersebut di atas, teori estetika resepsi terletak pada orientasi pragmatik. Untuk itu estetika resepsi adalah teori pendekatan yang digunakan dalam menilai sebuah karya sastra. Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan atau resepsi pembaca. Teori ini muncul karena karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilainya.

Lihat pula

Literatur

  • Umberto Eco: Lector in fabula. Die Mitarbeit der Interpretation in erzählenden Texten. München (3. Auflage) 1998.
  • Roman Ingarden: Vom Erkennen des literarischen Kunstwerks. Tübingen 1968.
  • Wolfgang Iser: Die Appellstruktur der Texte. In: R. Warning (Hrsg.): Rezeptionsästhetik. München (4. Auflage) 1994, S. 228–252.
  • Hans Robert Jauß: Literaturgeschichte als Provokation der Literaturwissenschaft. In: R. Warning (Hrsg.): Rezeptionsästhetik. 4. Auflage. München 1994, S. 126–162.
  • Wolfgang Kemp (Hrsg.): Der Betrachter ist im Bild. Kunstwissenschaft und Rezeptionsästhetik. Ostfildern 1991.
  • Ulrich H. J. Körtner: Der inspirierte Leser. Göttingen 1994.
  • Christoph Metzger: Mahler-Rezeption. Perspektiven der Rezeption Gustav Mahlers. Wilhelmshaven 2000.
  • Horst Turk: Wirkungsästhetik. Theorie und Interpretation der literarischen Wirkung. edition text, München 1976.
  • Harald Weinrich: Für eine Literaturgeschichte des Lesers. In: Ders.: Literatur für Leser. Stuttgart 1970, S. 23–34.
  • Klaus Semsch, Artikel Rezeptionsästhetik. In: Historisches Wörterbuch der Rhetorik, hrsg. v. Gert Ueding. Niemeyer, Tübingen 1992 ff., Bd. 7 (2005), 1363–1374.
  • Simone Winko, Tilmann Köppe: Kap. 6 Rezeptionsästhetik. In: Dies. (Hrsg.): Neuere Literaturtheorien. Eine Einführung. Metzler 2008, ISBN 978-3-476-02059-8, S. 85–96.

Pranala luar

  1. ^ Atar Semi (1989). Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. hlm. 11-14. ISBN 979-404-457-1.
  2. ^ Ibid.
  3. ^ Ibid.
  4. ^ Ibid.
  5. ^ Ibid.