Lompat ke isi

Pasukan Gerakan Khas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Logo Pasukan Gerakan Khas.

Pasukan Gerakan Khas (disingkat PGK) merupakan sebuah satuan elite antiteror berprofil tinggi dalam jajaran kesatuan Polis Diraja Malaysia (PDRM), satuan gabungan antara korps Komando 69 dan Unit Tindakan Khas.

Sejarah Organisasi

Bergabung nama menjadi Pasukan Gerakan Khas

Pada tanggal 20 Oktober 1997, detasemen khusus Komando 69 (ringkasnya VAT 69) dan Unit Tindakan Khas PDRM digabungkan dalam satu kesatuan digelarnya Pasukan Gerakan Khas, diresmikan oleh Kepala Kepolisian Malaysia (Bahasa Melayu:Ketua Polis Negara), Inspektur Jenderal Tan Sri (B) Rahim Noor. Namun, nama Pasukan Gerakan Khas ini dikekalkan dan kedua-dua detasemen ini dipisahkan pada tahun 2004 dan diberikan gelaran baru. Unit Tindakan Khas disebut Pasukan Gerakan Khas A dan Pasukan Gerakan Khas B merupkan gelarannya kepada Komando 69.

Pusat operasinya bermarkas di Kantor Polisi Bukit Aman (Bahasa Melayu:Ibu Pejabat Polis Bukit Aman), Kuala Lumpur dan dikepalai oleh Direktor Keselamatan Dalam Negeri/Ketenteraman Awam.

Berikutan saat terjadinya peristiwa 11 September 2001, kesatuan ini diterjunkan dalam operasi antiteror bagi menanggulangi segala ancaman teroris masuk ke nagara ini. Di samping itu, mereka juga bergabung dengan pasukan elite Angkatan Tentera Malaysia seperti 10 PARA, Grup Gerak Khas, PASKAL dan PASKAU bagi menjaga keamanan dan kedamaian Malaysianya terjamin.

Tugas-Tugas Khusus

Berkas:UTKSTAR101.jpg
Pasukan Gerakan Khas melakukan aksi demo penanggulangan teror di Bukit Aman, Kuala Lumpur.

Kesatuan ini dilatih meliputi tempur CQB (Close Quarters Battle), penyanderaan, penerjunan bebas (HALO/HAHO), menjinak bahan peledak (EOD), perang bukan berlanjut, intelijen, penggunaan berbagai bahasa, tempur dan menyelamat di dalam kota, depot minyak, kapal dan bandara, tempur didalam kereta api, pangkalan udara dan pesawat terbang, pengintaian, repling, penembak jitu, pengoperasian unit K9, peningkatan kemampuan seni bela diri, karate, teknik tempur polisi, latihan UDT (Underwater Demolition), penyelam tempur, tempur bermobil, latihan payung terjun, lintas udara dan latihan lainnya.

UTK memiliki kemampuan yang sama persis dengan korps SWAT Amerika Serikat ini menjalankan operasi menangani aktivitas kriminal bersenapan di pekan dan perkotaan. UTK dibentuk selepas kasus sandera di bangunan AIA Kuala Lumpur oleh JRA (Japanese Red Army, Tentara Merah Jepang) pada Agustus 1975. Manakala Komando 69 melaksanakan operasi militer dihutan bersama pasukan-pasukan ATM untuk menanggulangi ancaman kominis pada tahun 1969 hingga berakhirnya situasi darurat di Malaysia pada tahun 1989, yakni 20 tahun. Dilatih khusus oleh Special Air Service, prajurit Komando 69 kini telah menerima latihan berbagai tempur dan misi pengintaian khas. UTK diberi baret maroon dan Komando 69 dianugerah baret kelabu, yaitu baret kebanggaan yang dianugerah detasemen ke 22 SAS.

Pada 14 Nopember 2006, adalah menjadi sejarahnya bagi PGK apabila kepala pemerintah Malaysia, Seri Paduka Banginda Yang Dipertuan Agung Tuanku Syed Sirajuddin Syed Putera Jamalullail berkenan menganugerahnya baret Komando 69 dan UTK sebagai Baret Diraja sempena persaraanya sebagai Yang Dipertuan Agung di Markas Latihan Polisi (Bahasa Melayu:Pusat Latihan Polis) Jalan Semarak, Kuala Lumpur.

Latihan Gabungan

Pasukan Gerakan Khas pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan Britania SAS, BRIMOB POLRI, STAR Singapura, ASASR, FBI HRT, US Green Beret dan US Special Operations Command Pacific (USSOCPAC).

Pada tangggal 10 Desember 2003, Ketua Polis Negara Inspektur Jenderal Tan Sri (B) Mohd Bakri bin Omar telah meresmikan program latihan gabungan antara USSOCPAC dengan satuan ini serta paramiliter PDRM - Pasukan Gerakan Am di Sekolah Latihan Pasukan Gerakan Am (SLPGA), Ulu Kinta, Perak. Diakhir latihan, hanya 42 - 194 yang lulus dalam seleksi pasukan ini. Bagi seleksi pemilihan anggota Komando 69 pada bulan Mei hingga September 2006, hanya 44 - 91 personil berjaya dipilih.

Daftar Pangkat

Berikutnya adalah daftar pangkat dan jawatan yang dipakai oleh satuan ini sepertinya satuan polisi yang lain.

    • Komandan=Assisten Commisioner (ACP) kepada Deputy Commissioner (DCP).
    • Kepala Batalyon=Assisten Superintendent (ASP) kepada Superintendent (Supt).
    • Kepala Kompeni=Inspektur Polisi kepada Inspektur Kepala (Bahasa Inggris:Chief Inspector)
    • Kepala Skuad/Kepala Peleton=Sersan kepada Sub Inspektur.

Perlengkapan

Sesuai kualifikasinya sebagai satuan khusus PDRM, Pasukan Gerakan Khas dibekali dengan persenjataan dan perlengkapan bantuan bagi kebutuhan operasi antiteror. Disedianya daftar persenjataan dan perlengkapan PGK.

Senjata

Data Senjata Khusus
Pistol Shotgun Senapan Submesin Senapan Serbu Senapan Penembak Jitu
Glock 18, 19 Franchi SPAS-12 HK MP5 A3 Colt M4A1 SOPMOD Acc-Int. PM
HK USP Compact Franchi SPAS-15 HK MP5A5 Colt M16A1 HK PSG-1
HK Mark 23 Mod 0 Mossberg 500 HK MP5-N Colt M16A2 HK MSG-90
Sig Sauer P226 Remington M870 HK MP5-K HK G36C Sig SSG 2000
Sig Sauer P228 Remington M1100 HK MP5SD2 Steyr AUG
Sig Sauer P2022 Winchester M12
Steyr M-9 HK UMP 9
STI Int - 5.0
Vektor SP1
Yavuz 16 Compact


1Diawal tahun 2007, dikabarkan PDRM akan dibekali dengan sistem senapan baru oleh Heckler & Koch seperti HK MP7 PDW, HK 416 Commando, HK 417 Sniper dan HK XM8 Commando kepada Pasukan Gerakan Khas dan detasemen lainnya.

Pasukan khusus Pasukan Gerakan Khas PDRM beraksi dengan senapang submesin MP5 dan perlengkapan sokongannya.


Peralatan Sokongan

Data Perlengkapan Sokongan
Grened Grened Cahaya Gas Pemedih Mata Perisai Taktikal Teropong B/Malam
T - Baton Borgol Flexi Topeng Gas Taser Penyembur Lada
Kamera Optik Lampu Suluh Battering Ram Ves Kalis Peluru Bahan Peledak C4
Tangga Gempur Peluru Tambahan Topi Balistik Laser Designators AIMPOINT
A/Pertolongan Cemas Borgol Besi T/Inframerah Peluru K/kacang Alat Menjinakan Bom

Mobil Tempur

Diberitakan, satuan khusus ini dilengkapi mobil perisai Commando V-150D dan GKN Sankey AT105 yang dilengkapi dengan senjata mesingan M60 oleh Pasukan Gerakan Am sebagai mobil tempur didarat khususnya dikawasan bandara dan hutan serta mengubahsuai mobil polisi (MPV), trak, van dan bas sebagai mobil taktis. Bagi pertempuran maritim pula, unit ini dibekali dengan bot tempur, jet ski dan Marine Subskimmer (bot selam mini) untuk operasi amfibi dan diperairan.

Sementara bagi kebutuhan operasi melalui udara, Pasukan Gerakan Khas menggunakan pesawat angkut khusus jenis C-130 Hercules yang dipinjamkan daripada Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) dan pesawat udara milik Unit Udara PDRM sendiri yang terdiri daripada Cessna 206G, Cessna 208 Caravan 1 dan Pilatus Porter PC-6 bagi kegunaan unit payung terjun dan HALO/HAHO serta helikopter jenis E-Squirrel AS-355 F2/AS-355N bagi tugas pengintipan, penurunan melalui tali dan hover jumping. Semua perlengkapan yang dimiliki, termasuk persenjataan, perlengkapan bantuan, materi latihan, logistik dan mobil-mobil angkut dan taktis Pasukan Gerakan Khas PDRM ini sama persis dengan apa yang dimiliki oleh satuan khusus antiteroris Amerika Serikat dan Angkatan Tentera Malaysia.


Operasi yang diketahui

Ops Subuh

3 hari kemudian selepas insiden pencurian senjata pada 20 Juli tahun 2000, satu operasi dinamai Ops Subuh dilancarkan. Dipimpin oleh pegawai PGK B, ASP Abd Razak bin Mohd Yusuf bersama pegawai Angkatan Tentera Malaysia, Lt Jen. Zaini bin Mohamad Said dikirim ke Sauk, Perak untuk bertemu dengan kepala militan Al Ma'unah, Mohamad Amin bin Mohamad Razali.

Mohamad Amin berserta pengikutnya diseru meletakkan senjata dan menyerah diri kepada pihak tentara. Akan tetapi, sebelum percubaan meletakkan senjata berhasil, Amin dipercayai mengacukan senapan serbu M16/203 ke arah Zaini hingga Zaini bertindak menepis senapan tersebut menyebabkan tercetusnya tembakan dari senapan Amin dan bermulanya insiden tembak-menembak diantara kumpulan Al Ma'unah dengan pasukan elite tentara dan polisi. Diakhir pertempuran, seorang personil Cawangan Khas PDRM, Kopral Detektif Sanghadevan, Matthew anak Medan dari korps Grup Gerak Khas dan seorang sandera, Jaafar bin Puteh tewas dan 19 ahli kumpulan Al Ma'unah berjaya diberkas. Mohamad Amin, Zahit Muslim dan Jamaludin Darus dihukum gantung sampai mati manakala 16 yang lain dihukum penjara seumur hidup.

Ops Api Sawit 2

Pada tanggal 12 September 2002, Mat Komando alias Ahmad Mohd. Arshad, 37, merupakan bos kelompok penjahat “Geng 13” yang amat diburu pihak berwajib sebagai perampok nomor wahid dalam Malaysia karena terlibat dalam rangkaian kejahatan perampokan bank di kawasan terpencil, di samping perampokan terhadap saudagar kelapa sawit, penukar uang, rumah gadai, dan individu meloloskan diri di Kampung Hujung Keton, Pendang, Kedah.

Serbuan 10 anggota polisi yang tergabung dalam Pasukan Gerakan Khas dan dibantu paramiliter Pasukan Gerakan Am, menjadi akhir episode petualangan Mat Komando.

Menyedari kedatangan polisi setelah dibagi amaran "POLIS! Jangan lari...!!!" (Bahasa Indonesia: "POLISI! Jangan kabur...!!!"), Mat Komando memulai tembakan. Dalam operasi besar dan penting pihak kepolisian yang dinamai Operasi Api Sawit 2 pada subuh 12 September 2002, nyawa Mat Komando akhirnya melayang setelah dia ditembak mati di kepala dan rusuk kiri oleh pasukan khusus PDRM itu. Kepala Polisi Negara Malaysia ketika itu, Tan Sri Norian Mai berkata, tewasnya perampok nomor wahid itu membawa kejayaannya kepada polisi berikutan tewasnya empat lagi ahli Geng 13 dalam kejadian tembak-menembak dengan polisi.

Penentangan Reformasi

Pada malamnya tanggal 20 September 1998, anggota tim anti-teroris Pasukan Gerakan Khas menyerbu kediaman mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia, Dato' Sri Anwar Ibrahim dengan terberkasnya beliau setelah 18 hari dipecat dari kabinet dan memulakan gerakan reformasi ke atas Dato' Sri Dr Mahathir Mohamad bersama 100, 000 orang di Kuala Lumpur dan juga dituduh karena melakukan tindakan sodomi. 6 tahun kemudiannya yakni 2004, beliau dibebaskan oleh Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi yang kini menjawat jawatan Perdana Menteri Malaysia yang ke-5.

Lihat Juga

Pranala Luar