GKR Pembayun
GKR Pembayun adalah putri sulung dari Hamengkubuwono X dan GKR Hemas. Dia dilahirkan dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurmalitasari di Bogor pada 24 Februari 1972. Setelah menikah dengan Nieko Messa Yudha (Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro) pada 28 Mei 2002, dia berganti nama menjadi Gusti Kanjeng Ratu Pembayun. Pernikahan mereka dikarunia dua orang anak, yaitu RAj. Artie Ayya Fatimasari dan RM Drasthya Wironegoro.
Selain aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan, GKR Pembayun menjabat sebagai Direktur PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia (perusahaan rokok kretek yang dibangun untuk mengurangi angka pengangguran di Bantul) dan PT. Yarsilk Gora Mahottama, serta Komisaris Utama PT Madubaru.[1] Dia juga bergabung dengan Pusat Penyelamatan Satwa Jogya (PPSJ) Kulonprogo, Yogyakarta, untuk menyelamatkan satwa, khususnya orang utan.[2][3] Sebagai aktivis di bidang sosial, GKR Pembayun pernah mendapatkan penghargaan "Wanita Tak Terpatahkan" (Sunsilk Unbreakable Woman) atas usahanya untuk memberdayakan perempuan di desa-desa.[4]
Referensi
- ^ Kabare Jogja Magazine: Kondhang : GKR Pembayun “Jadi Raja itu Nggak Enak”, 19 Juni 2006.
- ^ Pembayun Makin Tua Makin Bermakna, 6 Maret 2012. Tabloid Nova. Rini.
- ^ kulonprogokab.go.id: Ulang Tahun Ke-41 GKR Pembayun di PPSJ, 24 Februari 2013.
- ^ Antaranews.com: GKR Pembayun Terima "Perempuan Tak Terpatahkan".