Lompat ke isi

Ayam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Desember 2023 22.36 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh Asiomasiomaionggong (bicara) ke revisi terakhir oleh Muhammad Anas Sidik)
Ayam
Ayam domestik
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Subspesies:
Gallus gallus domesticus (Linnaeus, 1758)
Peta Persebaran Ayam

Ayam (Gallus gallus domesticus) adalah binatang unggas yang biasa dipelihara untuk dimanfaatkan daging, telur, dan bulunya. Ayam peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antar ras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.

Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.

Sudut pandang tradisional peternakan ayam dalam domestikasi spesies ini termaktub dalam Encyclopædia Britannica (2007): "Manusia pertama mendomestikasi ayam asal India untuk keperluan adu ayam di Asia, Afrika, dan Eropa. Tidak ada perhatian khusus diberikan ke produksi telur atau daging.

Biologi dan habitat

Telur ayam.

Ayam peliharaan berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.

Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Mengenai jenis kelamin ini diatur oleh sistem hormon. Apabila terjadi gangguan pada fungsi fisiologi tubuhnya, ayam betina dapat berganti kelamin menjadi jantan karena ayam dewasa masih memiliki ovotestis yang dorman dan sewaktu-waktu dapat aktif.

Ayam jantan yang sedang berkokok di pagi hari.

Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.

Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.

Macam-macamnya

Ayam Sumatra

Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.

Berdasarkan fungsi

Menurut fungsinya, orang mengenal

  • ayam broiler, untuk dimanfaatkan dagingnya;
  • ayam petelur, untuk dimanfaatkan telurnya;
  • ayam hias atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam golden pheasant dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan sejati);

Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.

Berdasarkan ras
Ayam "bantam" adalah istilah bahasa Inggris untuk ayam katai atau setengah katai hasil seleksi.

Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras, atau kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha komersial massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok ayam buras terdapat pula ras lokal ayam yang khas, tetapi tidak dikembangkan untuk usaha komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan (dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara ritual. Berikut ini adalah ras lokal ayam di Nusantara yang telah dikembangkan untuk sifat/penampilan tertentu:

  • ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang memiliki kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias;
  • ayam kedu (termasuk ayam cemani), ras lokal dan mulia dari daerah Kedu dengan ciri khas warna hitam legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam hias;
  • ayam nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk badan tegap dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan hias;
Ayam walik putih.

Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe khas tertentu namun sifat itu tidak selalu eksklusif milik ras tertentu, seperti:

  • ayam walik (frizzle), ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi tegak berdiri;
  • ayam bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya, sekarang mulai dibiakmurnikan;
  • ayam katai (bantam), istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil (proporsi panjang kaki dengan ukuran badan lebih kecil daripada ayam "normal"), terdapat berbagai ras lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini;
  • ayam ketawa, ayam (jantan) seleksi dengan suara kokok terputus-putus seperti orang tertawa, diduga pertama kali sengaja diseleksi di Sulawesi Selatan, tetapi sekarang telah tersebar di berbagai tempat.

Penggunaan oleh manusia

Pertanian

Sebuah mantan ayam kandang baterai, lima hari setelah dilepas. Perhatikan crested pucat – crested ini dapat menjadi indikator kesehatan atau vitalitas.[1]

Lebih dari 50 miliar ekor ayam dipelihara setiap tahun sebagai sumber daging dan telur.[2] Di Amerika Serikat saja, lebih dari 8 miliar ekor ayam dipotong setiap tahun untuk daging,[3] dan lebih dari 300 juta ekor ayam dipelihara untuk produksi telur.[4] Sebagian besar unggas dipelihara dalam peternakan pabrik. Menurut Worldwatch Institute, 74% daging unggas dunia dan 68% telur diproduksi dengan cara ini.[5] Salah satu alternatif untuk peternakan unggas intensif adalah peternakan bebas kandang.

Gesekan antara kedua metode utama ini telah menyebabkan masalah jangka panjang mengenai konsumerisme etis. Para penentang peternakan intensif berargumen bahwa ini merusak lingkungan, menciptakan risiko kesehatan bagi manusia, dan tidak manusiawi.[6] Pendukung peternakan intensif berpendapat bahwa sistem mereka yang sangat efisien menghemat lahan dan sumber daya pangan karena peningkatan produktivitas, dan bahwa hewan-hewan tersebut dijaga di fasilitas yang canggih dan ramah lingkungan.[7]

Dipelihara untuk daging

Sebuah kandang ayam komersial dengan sisi terbuka yang memelihara anak ayam broiler untuk daging

Ayam yang dipelihara untuk daging disebut ayam broiler. Ayam secara alami akan hidup selama enam tahun atau lebih, tetapi jenis ayam broiler biasanya memerlukan waktu kurang dari enam minggu untuk mencapai ukuran potong.[8] Sebuah ayam broiler jelajah bebas atau organik biasanya akan dipotong pada usia sekitar 14 minggu.

Dipelihara untuk telur

Ayam yang dipelihara utamanya untuk telur disebut ayam petelur. Di Inggris saja, lebih dari 34 juta telur dikonsumsi setiap hari.[9] Beberapa jenis ayam betina dapat menghasilkan lebih dari 300 telur per tahun, dengan jumlah telur yang tercatat tertinggi adalah 371 telur dalam 364 hari.[10] Setelah 12 bulan bertelur, kemampuan bertelur ayam betina komersial mulai menurun hingga titik di mana kawanan tersebut tidak lagi layak secara komersial. Ayam betina, terutama dari sistem kandang baterai, terkadang menjadi lemah atau telah kehilangan sejumlah besar bulu mereka, dan harapan hidupnya telah berkurang dari sekitar tujuh tahun menjadi kurang dari dua tahun.[11]

Di Inggris dan Eropa, ayam petelur kemudian dipotong dan digunakan dalam makanan olahan atau dijual sebagai 'ayam sup'.[11] Di beberapa negara lain, kawanan kadang-kadang mengalami moulting paksa daripada dipotong untuk membangkitkan kembali kemampuan bertelur. Ini melibatkan penghentian makanan secara total (dan kadang-kadang air) selama 7-14 hari[12] atau cukup lama untuk menyebabkan penurunan berat badan sebesar 25 hingga 35%,[13] atau hingga 28 hari dalam kondisi eksperimental.[14] Hal ini merangsang ayam untuk kehilangan bulunya tetapi juga membangkitkan kembali produksi telur. Beberapa kawanan dapat mengalami moulting paksa beberapa kali. Pada tahun 2003, lebih dari 75% dari semua kawanan mengalami moulting paksa di AS.[15]

Sebagai hewan peliharaan

Memelihara ayam sebagai hewan peliharaan semakin populer pada tahun 2000-an[16] di antara penduduk perkotaan dan pinggiran kota.[17] Banyak orang memelihara ayam untuk produksi telur tetapi seringkali memberi mereka nama dan memperlakukan mereka seperti hewan peliharaan lainnya seperti kucing atau anjing. Ayam memberikan teman dan memiliki kepribadian yang unik. Meskipun banyak yang tidak banyak berpelukan, mereka akan makan dari tangan seseorang, melompat ke pangkuan seseorang, merespons dan mengikuti pemiliknya, serta menunjukkan kasih sayang.[18][19]

Ayam adalah burung sosial, inquisitive, dan cerdas,[20] dan banyak orang menemukan perilaku mereka menghibur.[21] Beberapa jenis, seperti jenis silkie dan banyak variasi bantam, umumnya jinak dan sering direkomendasikan sebagai hewan peliharaan yang baik untuk anak-anak dengan disabilitas.[22] Banyak orang memberi makan ayam dengan sisa makanan dapur.

Ayam hewan warisan di halaman makan sisa makanan dapur.

Sabung Ayam

Dua ayam jago sedang bertarung

Sabung ayam adalah kontes yang diadakan di dalam sebuah arena yang disebut kandang sabung antara dua ekor ayam jantan yang dikenal sebagai ayam sabung. Istilah ini, yang menunjukkan ayam jantan yang dipelihara untuk pertandingan, olahraga, hiburan, atau hiburan, muncul pada tahun 1646,[23] setelah "ayam sabung" digunakan oleh George Wilson dalam buku tertua yang diketahui tentang olahraga sekuler ini, The Commendation of Cocks and Cock Fighting pada tahun 1607. Ayam sabung bukanlah ayam biasa seperti yang dipelihara di peternakan. Ayam jantan tersebut dikhususkan untuk dibredel dan dilatih agar memiliki stamina dan kekuatan yang lebih tinggi. Jengger dan wattle (kulit merah di bawah leher) pada ayam jantan muda dihapus karena jika dibiarkan utuh, hal tersebut akan menjadi kelemahan selama pertandingan. Proses ini disebut dubbing. Terkadang ayam jantan diberi obat-obatan untuk meningkatkan stamina atau mengentalan darah mereka, yang meningkatkan peluang mereka untuk menang. Sabung ayam dianggap sebagai acara olahraga tradisional oleh sebagian orang tetapi dianggap sebagai contoh hewan kejam oleh orang lain dan oleh karena itu dilarang di sebagian besar negara.[24] Biasanya taruhan ditempatkan pada hasil pertandingan, dengan ayam yang selamat atau yang terakhir berdiri dianggap sebagai pemenang.

Ayam jantan memiliki agresi bawaan terhadap ayam jantan lain untuk bersaing mendapatkan betina. Studi menunjukkan bahwa sabung ayam telah ada bahkan sampai ke peradaban Lembah Indus sebagai hiburan.[25] Saat ini, sabung ayam umumnya terkait dengan ibadah keagamaan, hiburan, dan perjudian di negara-negara Asia dan beberapa negara di Amerika Selatan. Meskipun tidak semua pertarungan berakhir dengan kematian, sebagian besar menggunakan cakar logam sebagai senjata yang ditempelkan di atas atau di bawah cakar ayam itu sendiri, yang biasanya menyebabkan kematian pada salah satu atau kedua ayam. Jika ayam sedang berlatih, pemilik menempatkan sarung tangan pada cakar untuk mencegah cedera.

Inkubasi Buatan

Inkubasi dapat dilakukan secara buatan dengan menggunakan mesin yang menyediakan lingkungan yang tepat dan terkontrol bagi perkembangan anak ayam.[26][27] Periode inkubasi rata-rata untuk ayam adalah 21 hari, tetapi durasi tergantung pada suhu dan kelembaban di dalam inkubator. Regulasi suhu adalah faktor paling kritis untuk penetasan yang berhasil. Variasi suhu lebih dari 1 °C (1,8 °F) dari suhu optimum 375 °C (707 °F) akan mengurangi tingkat penetasan. Kelembaban juga penting karena laju penguapan air telur tergantung pada kelembaban relatif lingkungan. Penguapan dapat diukur dengan memeriksa dengan sentera cahaya untuk melihat ukuran kantong udara, atau dengan mengukur kehilangan berat. Kelembaban relatif harus ditingkatkan menjadi sekitar 70% dalam tiga hari terakhir inkubasi untuk menjaga membran di sekitar anak ayam yang menetas agar tidak kering setelah anak ayam memecahkan cangkang. Kelembaban yang lebih rendah umumnya diterapkan dalam 18 hari pertama untuk memastikan penguapan yang cukup.

Posisi telur di dalam inkubator juga dapat mempengaruhi tingkat penetasan. Untuk hasil terbaik, telur harus ditempatkan dengan ujung yang meruncing ke bawah dan harus dirotasi secara teratur (setidaknya tiga kali sehari) hingga satu hingga tiga hari sebelum menetas. Jika telur tidak dirotasi, embrio di dalamnya mungkin menempel pada cangkang dan bisa menetas dengan cacat fisik. Ventilasi yang cukup diperlukan untuk memberikan embrio dengan oksigen. Telur yang lebih tua memerlukan ventilasi yang lebih banyak.

Banyak inkubator komersial memiliki ukuran industri dengan rak yang menampung puluhan ribu telur sekaligus, dengan proses rotasi telur sepenuhnya otomatis. Inkubator rumah biasanya berukuran kotak dan dapat menampung 6 hingga 75 telur.

Penyakit dan Kelainan

Ayam rentan terhadap beberapa parasit, termasuk kutu, kutu burung, caplak, kutu kasur, dan cacing usus, serta beberapa penyakit lainnya. Meskipun namanya sama, ayam tidak terpengaruh oleh cacar ayam, yang umumnya hanya menyerang manusia.[28] Ayam dapat membawa dan menularkan salmonella melalui dedaunan dan kotoran mereka. Di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention menyarankan untuk tidak membawa mereka ke dalam ruangan atau membiarkan anak-anak kecil memegangnya.[29][30]

Referensi

  1. ^ Jones, E.K.M.; Prescott, N.B. (2000). "Tanda visual yang digunakan dalam memilih pasangan oleh unggas dan potensi pentingnya bagi industri peternak". World's Poultry Science Journal. 56 (2): 127–138. doi:10.1079/WPS20000010. 
  2. ^ "Tentang ayam | Kasih sayang di Pertanian Dunia". Ciwf.org.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2017. Diakses tanggal 25 April 2017. 
  3. ^ Fereira, John. "Ringkasan Tahunan Pemotongan Unggas". usda.mannlib.cornell.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2017. Diakses tanggal 25 April 2017. 
  4. ^ Fereira, John. "Ringkasan Tahunan Ayam dan Telur". usda.mannlib.cornell.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2017. Diakses tanggal 25 April 2017. 
  5. ^ "Menuju Hidangan yang Lebih Bahagia di Dunia yang Ter-globalisasi". World Watch Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Mei 2014. Diakses tanggal 29 Mei 2014. 
  6. ^ Ilea, Ramona Cristina (April 2009). "Peternakan Ternak Intensif: Tren Global, Perhatian Lingkungan yang Meningkat, dan Solusi Etis". Journal of Agricultural and Environmental Ethics. 22 (2): 153–167. doi:10.1007/s10806-008-9136-3. 
  7. ^ Tilman, David; Cassman, Kenneth G.; Matson, Pamela A.; Naylor, Rosamond; Polasky, Stephen (Agustus 2002). "Keberlanjutan Pertanian dan Praktik Produksi Intensif". Nature. 418 (6898): 671–677. Bibcode:2002Natur.418..671T. doi:10.1038/nature01014. PMID 12167873. 
  8. ^ "Lembar Fakta Ayam Broiler // Animals Australia". Animalsaustralia.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Juli 2010. Diakses tanggal 29 Agustus 2010. 
  9. ^ "Data Industri Telur Inggris | Informasi Resmi tentang Telur". Egginfo.co.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Desember 2016. Diakses tanggal 25 April 2017. 
  10. ^ Glenday, Craig (26 April 2011). Guinness World Records 2011. Mass Market Paperback. hlm. 286. ISBN 978-0440423102. 
  11. ^ a b Browne, Anthony (10 Maret 2002). "Ten weeks to live". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Mei 2008. Diakses tanggal 28 April 2010. 
  12. ^ Patwardhan, D.; King, A. (2011). "Review: feed withdrawal and non feed withdrawal moult". World's Poultry Science Journal. 67 (2): 253–268. doi:10.1017/s0043933911000286. 
  13. ^ Webster, A.B. (2003). "Fisiologi dan perilaku ayam selama moulting yang diinduksi". Poultry Science. 82 (6): 992–1002. doi:10.1093/ps/82.6.992alt=Dapat diakses gratis. PMID 12817455. 
  14. ^ Molino, A.B.; Garcia, E.A.; Berto, D.A.; Pelícia, K.; Silva, A.P.; Vercese, F. (2009). "Pengaruh Metode Moulting Paksa Alternatif terhadap Performa dan Kualitas Telur Ayam Petelur Komersial". Brazilian Journal of Poultry Science. 11 (2): 109–113. doi:10.1590/s1516-635x2009000200006alt=Dapat diakses gratis. 
  15. ^ Yousaf, M.; Chaudhry, A.S. (1 Maret 2008). "Sejarah, Perubahan Skenario, dan Strategi Masa Depan untuk Menginduksi Moulting pada Ayam Petelur" (PDF). World's Poultry Science Journal. 64 (1): 65–75. doi:10.1017/s0043933907001729. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 November 2020. Diakses tanggal 23 Oktober 2020. 
  16. ^ Fly, Colin (27 Juli 2007). "Some homeowners find chickens all the rage". Chicago Tribune. [pranala nonaktif permanen]
  17. ^ Pollack-Fusi, Mindy (16 Desember 2004). "Cooped up in suburbia". Boston Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Maret 2016. Diakses tanggal 4 Juni 2020. 
  18. ^ Kreilkamp, Ivan (25 November 2020). "Bagaimana Merawat Ayam Peliharaan Membentuk Otot Emosi Saya". The New York Times. Diarsipkan dari versi asliPerlu langganan berbayar tanggal 2020-11-25. 
  19. ^ Boone, Lisa (27 Agustus 2017). "Ayam akan menjadi hewan peliharaan yang dicintai — seperti anjing keluarga". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2019. Diakses tanggal 3 April 2019. 
  20. ^ Barras, Colin. "Terlepas dari apa yang mungkin Anda pikirkan, ayam tidak bodoh". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal June 6, 2021. Diakses tanggal 2020-09-06. 
  21. ^ United Poultry Concerns. "Menyediakan Rumah yang Baik untuk Ayam". Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Juni 2009. Diakses tanggal 4 Mei 2009. 
  22. ^ "Memilih Ayam". Clucks and Chooks. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Juli 2009. 
  23. ^ ayam sabung - Kamus Online Merriam-Webster Diarsipkan 2017-08-18 di Wayback Machine. - penggunaan pertama kata tersebut - 1646
  24. ^ "Should cockfighting be outlawed in Oklahoma?". CNN. 26 November 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 June 2009. Diakses tanggal 17 August 2009. 
  25. ^ Sherman, David M. (2002). Tending Animals in the Global Village. Blackwell Publishing. 46. ISBN 0-683-18051-7.
  26. ^ Joe G. Berry. "Artificial Incubation" (PDF). Oklahoma Cooperative Extension Service, Oklahoma State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 June 2010. Diakses tanggal 29 September 2010. 
  27. ^ Phillip J. Clauer. "Incubating Eggs" (PDF). Virginia Cooperative Extension Service, Virginia State University. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 13 Juni 2010. Diakses tanggal 1 Oktober 2010. 
  28. ^ White, Tiffany M.; Gilden, Donald H.; Mahalingam, Ravi (October 2001). "An Animal Model of Varicella Virus Infection". Brain Pathology. 11 (4): 475–479. doi:10.1111/j.1750-3639.2001.tb00416.x. PMC 8098339alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 11556693. 
  29. ^ "Forget dogs and cats. The most pampered pets of the moment might be our backyard chickens". USA TODAY (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-03. Diakses tanggal 2019-04-03. 
  30. ^ CDC (2019-03-18). "Keeping Backyard Poultry". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-01. Diakses tanggal 2019-04-03. 

Lihat pula