Lompat ke isi

Kejatuhan Konstantinopel

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 Juli 2016 01.56 oleh Pajajaran (bicara | kontrib) (kutipan dari the sack of konstantinopel tdk ilmiah karena berseberangan dengan mayoritas data sejarawan dunia. dan kutipan ini akan berdampak sosial yang yaitu menimbulkan konflik horisontal di masyarakat, wikipedia hrs dari rujukan ilmiah sejarawan dunia)
Kejatuhan Konstantinopel
Bagian dari Perang Bizantium-Utsmaniyah dan Perang Utsmaniyah di Eropa

Pengepungan terakhir Konstantinopel, miniatur Perancis abad ke-15 kontemporer.
Tanggal6 April – 29 Mei 1453
LokasiKonstantinopel (Istanbul modern)
Hasil
  • Kemenangan telak Utsmaniyah;[2] dan berakhirnya Kekaisaran Bizantium
Pihak terlibat
Tokoh dan pemimpin
Kekuatan
  • 7,000[6]
  • 8,000[7]
  • 10,000[8]
  • 12,000[1]
  • 26 kapal[9]
  • Dari 7,000 - 10,000 tentara dalam pasukan Bizantium, 700 adalah orang Yunani dan Genoa dari pulau Khios dan Genoa (400 direkrut di Genoa dan 300 di Khios), 800 tentara dipimpin oleh orang-orang Venesia (sebagian besar berasal dari Kreta, yang terkenal karena bertempur secara heroik selama pengepungan), 200 tentara dari Kardinal Isidore, semuanya pemanah. Berdasarkan bangsa, ada 5.000 orang Yunani dan 2.000 orang asing, sebagian besar berasal dari Genoa dan Venesia.[10]

[a]:
50,000[11][12][13][14]– 80,000[15][16][17]
[b]:
100,000[7]–160,000[18][19]–200,000[3] hingga 300,000[20]

Korban

Total 4,000 terbunuh (termasuk militer dan sipil)[25][26]

Kemungkinan banyak eksekusi

30.000 penduduk sipil diperbudak atau diusir[27]

Perkiraan tertinggi berkisar hingga 50.000 warga Bizantium ditawan dan kemudian diperbudak atau diusir.[4]
Tidak diketahui tapi sangat banyak[4]
  • a: Jumlah berdasarkan perkiraan terkini dan data arsip Utsmaniyah. Kesultanan Utsmaniyah, untuk alasan demografis, tidak akan mampu mengerahkan lebih dari 80.000 tentara ke medan perang saat itu.[28]
  • b: Jumlah berdasarkan perkiraan Barat/Kristen kontemporer[28]
  • c: Lebih spesifik, Kekaisaran Bizantium di bawah dinasti Palaiologos
  • d: Kerajaan Sisilia terutama menyumbangkan kapal dan beberapa tentara, namun ini bukan keputusan resmi dan dilakukan oleh beberapa kardinal.
  • e: Venesia memutuskan untuk menyepakati perdamaian dengan Utsmaniyah pada September 1451, karena Doge mereka telah memiliki hubungan baik dengan Utsmaniyah dan mereka tak mau merusaknya. Mereka juga tidak mau Utsmaniyah ikut campur pada perdagangan mereka di Laut Hitam dan Laut Tengah. Upaya Venesia terutama meliputi memberi kapal pada Konstantinos XI dan sejumlah 800 tentara pada Februari 1453. Venesia juga berjanji bahwa armada yang lebih besar akan tiba untuk menyelamatkan Konstantinopel, armada ini akan penuh dengan amunisi, tentara bugar dan perbekalan. Pada akhirnya armada ini tak pernah datang.
  • f: Kapten Genoa Giovanni Giustiniani Longo terluka dalam pertempuran, namun berhasil kabur, dan kemudian meninggal pada awal Juni 1453.
  • g: Kapten Venesia ini tidak secara resmi dikirim oleh Venesia. Alih-alih, ia adalah pemimpin koloni Venesia dan memberikan kapal-kapal Venesia di pelabuhan mereka.[4]

Kejatuhan Konstantinopel (bahasa Turki: İstanbul'un Fethi) adalah penaklukan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, yang terjadi setelah pengepungan sebelumnya, di bawah komando Sultan Utsmaniyah yang berumur 21 tahun, yaitu Muhammad al-Fatih, melawan tentara bertahan yang dikomandoi oleh Kaisar Bizantium Konstantinus XI. Pengepungan berlangsung dari Jumat, 6 April 1453- Selasa, 29 Mei 1453 (berdasarkan Kalender Julian), ketika kota itu ditaklukkan oleh Utsmaniyah.

Penaklukan Konstantinopel (dan dua wilayah pecahan lainnya segera setelah itu Bizantium) menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi, sebuah negara yang telah berlangsung selama hampir 1.500 tahun, itu juga merupakan pukulan besar untuk Kristen. Intelektual Yunani dan non-Yunani Beberapa meninggalkan kota sebelum dan sesudah pengepungan, migrasi terutama ke Italia. Dikatakan bahwa mereka membantu penanda dimulainya Renaisans. Itu juga merupakan beberapa tanda akhir Abad Pertengahan oleh jatuhnya kota dan kekaisaran.[29]

Peristiwa Kejatuhan Konstantinopel secara tidak langsung menjadi salah satu tonggak krusial dalam peradaban umat manusia yang berdampak luas (globalisasi). Diawali jalur perdagangan antara Eropa dan Asia yang terputus akibat monopoli Utsmaniyah, sehingga para saudagar di Eropa berusaha mencari cara lain untuk berdagang ke daratan Asia,[30] yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh penjelajah termasyhur semisal Vasco da Gama yang berhasil menemukan rute laut menuju Asia,[31] ataupun Christopher Columbus yang mendarat di kepulauan Karibia dalam wilayah benua Amerika,[32] meskipun Columbus menganggap bahwa ia mendarat di daratan India. Selain itu, penemuan benua Australia dan Antartika oleh kapal-kapal pelayar asal Britania Raya,[33][34] serta penyebaran teknologi mesin, maupun adanya hegemoni kolonialisme bangsa-bangsa Eropa merupakan beberapa konsekuensi tidak langsung yang bermula dari Kejatuhan Konstantinopel sebagai pemicu periode transisi antara Era Pertengahan dengan Era Modern.

Persiapan

Peta Kekaisaran Romawi Timur yang semakin kecil akibat ditaklukkan terus menerus oleh Kesultanan Utsmaniyah sebelum Konstantinopel ditaklukkan.

Ketika Sultan Murad II digantikan oleh anaknya Mehmed II pada awal 1451, secara luas bahwa sultan muda baru, yang saat itu berumur 19 tahun, akan menjadi penguasa yang belum mampu dan tidak menimbulkan ancaman besar bagi kedudukan Kristen di Balkan dan Aegea. [35]Keyakinan ini diperkuat oleh utusan yang dikirim kepada Mehmed kepadanya pada awal pemerintahan.[36]Ketika musim semi dan musim panas 1452, Mehmed II, yaitu buyut dari Bayezid I sudah membangun benteng di dekat Bosphorus di sisi Asia yang disebut Anadolu Hisarı yang sekarang dibangun benteng kedua beberapa mil di utara Konstantinopel di sisi Eropa, tepat di seberang selat dari Anadolu Hisarı yang akan menaikkan pengaruh Turki di selat itu.[36] Adapun aspek terutama yang relevan dari benteng ini adalah kemampuannya untuk mencegah bantuan dari koloni Genoa di pantai Laut Hitam dari mencapai kota. Benteng ini disebut dengan Rumeli Hisarı, Rumeli dan Anadolu menjadi nama-nama bagian Eropa dan Asia dari Kesultanan Utsmaniyah, masing-masing. Benteng baru ini juga diketahui sebagai Boğazkesen, yang memiliki makna, yaitu pemblokir-selat yang menekankan posisi strategis. Nama Yunani benteng itu adalah, Laimokopia yang juga menyandang makna ganda yang sama. Pada Oktober 1452, Sultan Mehmed II memrintahkan Turakhan Beg dan anaknya, Ahmad dan Omar untuk memimpin kekuatan besar untuk Peloponesia dan tetap ada sepanjang musim dingin untuk menjaga para lalim Thomas dan Demetrios dari membantu saudara mereka, Konstantinus selama Pengepungan Konstantinopel.[37]

Kaisar Bizantium Konstantinus XI meminta Eropa Barat untuk menolong, namun pertolongan itu tidak bertemu dengan sukses. Sejak saling ekskomunikasi Ortodoks dan Katolik Roma pada tahun 1054, Katolik Roma Barat telah berusaha untuk memperoleh kekuasaan atas timur; adapun serikat telah mencoba sebelumnya di Lyon pada tahun 1274 dan memang, beberapa kaisar Paleologos memang diterima di gereja Latin. Kaisar Yohanes VII Palaiologos telah berusaha untuk bernegosiasi dengan Paus Eugenius IV, dan pada Konsili Florence yakni pada tahun 1439 dan menghasilkan proklamasi, di Florence dari Uni Banteng.

Sebuah Meriam Raksasa Turki yang digunakan untuk mengepung Konstantinopel pada pengepungan yang kedua.

Di musim panas 1452, ketika tugas Rumeli Hisari sudah selesai dan ancaman yang berasal dari Kesultanan Utsmaniyah semakin dekat, Konstantinus menulis surat untuk Paus untuk berjanji dan melaksanakan perserikatan tersebut. Adapun, dinyatakan berlaku oleh pengadilan kekaisaran pada hari Selasa, 12 Desember 1452 dan pelaksanaannya dikerjakan setengah hati.[36] Walaupun dia sangat ingin untuk sebuah keuntungan, Paus Nicolas V tidak mempunyai pengaruh Bizantium dan pikirnya memiliki lebih dari Raja-Raja Barat dan Pangeran-pangerannya, beberapa di antaranya untuk waspada meningkatkan kontrol Kepausan, dan ini bukanlah sarana buat berkontribusi dengan upaya, mengingat bahwa negara yang melemah di Perancis dan Inggris dari Perang Seratus Tahun, sedang Spanyol berada dalam akhir Reconquista, selain itu pertempuran internal dalam Kerajaan Jerman,Hungaria dan Polandia yang mengalami kekalahan pada Pertempuran Varna pada 1444. Meskipun beberapa pasukan telah datang dari negara kota perdagangan Italia bagian utara, kontribusi Barat tidak memadai untuk mengimbangi kekuatan Utsmani. Beberapa individu barat datang untuk mempertahankan kota untuk. Salah satunya adalah seorang prajurit yang digunakan untuk melengkapi pasukan yang berasal dari Genoa, yaitu Giovanni Giustiniani, yang tiba dengan 700 pria bersenjata lainnya di Januari 1453.[38]Seorang spesialis dalam mempertahankan kota-kota bertembok, ia langsung diberi komando pertahanan dinding tanah oleh kaisar, sekitar pada waktu yang sama para kapten dari kapal Venesia kebetulan hadir di Tanduk Emas menawarkan jasa mereka pada Kaisar, yaitu membuat pembatas yang berlawanan dari arah Venesia, dan Paus Nicholas mengambil langkah untuk mengirimkan tiga buah kapal yang sarat akan ketentuan, yang berlayar di dekat akhir Maret.[39]Di Venesia, sementara itu, musyawarah sedang berlangsung untuk mempertimbangkan jenis bantuan yang akan dipinjamkan oleh Republik kepada Konstantinopel. Senat memutuskan untuk mengirim armada, akan tetapi ada penundaan, dan akhirnya ditetapkan pada akhir April, tapi armada terlambat sehingga armada yang dikirimkan itu tak ikut dalam pertempuran.[40]Selanjutnya, 7 kapal Italia keluar dari ibu kota saat Giustiniani, maka tiba-tiba ada seorang pria yang bersumpah mempertahankan ibu kota. Pada saat yang sama, upaya Konstantinus menjanjikan hadiah untuk Sultan, berakhir dengan ekskusi duta besar Kaisar — bahkan diplomasi Bizantium tidak bisa menyelamatkan kota. [36]Maka dia pun segera mengajukan bermacam-macam tawaran kepada sultan agar mau menarik pasukannya dan sebagai penggantinya akan menyetorkan uang dan akan menyatakan ketaatan padanya dan tawaran-tawaran lainnya. Namun Sultan Muhammad Al-Fatih, alih-alih menerima tawaran itu, malah dia dengan tegas meminta kaisar menyerahkan kota Konstantinopel. Jika demikian, maka sultan akan memberi jaminan bahwa tidak akan ada seorang penduduk pun dan satu gereja pun yang akan diganggu.[41]

Gambar Kejatuhan Konstantinopel oleh Theophilos Hatzimihail.

Karena khawatir akan serangan dari Angkatan Laut Kesultanan Utsmaniyah di sepanjang pantai Tanduk Emas, maka Konstantinus XI memerintahkan agar rantai diletakkan di mulut pelabuhan. Rantai yang mengapung di atas gelondongan kayu, cukup kuat untuk mencegah kapal Turki untuk memasuki pelabuhan. Perangkat ini adalah salah satu dari dua yang digunakan sebagai bantuan sementara oleh Bizantium dengan harapan untuk memperluaskan pengepungan sampai kemungkinan kedatangan bantuan asing. Angkatan Laut Utsmani berusaha melampaui rantai-rantai besar yang dipasang pasukan Bizantium, yang merupakan sarana utama mereka untuk melindungi kota dari serangan luar.[41]Strategi ini berhasil diterapkan, karena pada tahun 1204 tentara Perang Salib Keempat berhasil dielakkan pertahanan tanah Konstantinopel dengan menerobos dinding perlindungan bagian sisi Tanduk Emas. Strategi lain yang digunakan oleh Bizantium adalah perbaikan dan fortifikasi tembok tanah, yaitu Dinding Theodosia. Kaisar Konstantinus XI dianggap perlu memastikan bahwa dinding Kabupaten Blachernae itu adalah yang paling dibentengi karena bagian dinding utara menonjol. Benteng tanah yang terdiri 60 ft (18 m), lebar parit depan yang bertangkup itu pada dinding-dindingnya bagian dalam dan luar diberi jarak setiap 50-60 meter untuk diletakkan di situ menara untuk mengawasi.[42]

Kekuatan

Tentara yang mempertahankan Konstantinopel relatif sedikit; berjumlah kira-kira 7.000 orang, 2.000 orang di antaranya adalah orang asing.[43]Pada awal pengepungan, mungkin 50.000 orang hidup di dekat tembok perlindungan, termasuk para pengungsi dari daerah sekitarnya.[44]Komandan Turki Dorgano, yang berada di Konstantinopel dalam bayaran kaisar, juga menjaga seperempat dari kota di sisi arah laut dengan Turki dalam upahnya.[45] Orang Turki ini tetap loyal terhadap Kaisar dan tewas pada pertempuran berikutnya.

Gambaran modern tentang Mehmed II dan Tentara Utsmaniyah menjelang kejatuhan Konstantinopel, digambar Fausto Zonaro (1854–1929).

Dinasti Utsmaniyah, dilain pihak, memiliki kekuatan yang lebih besar. Menurut studi terbaru dan data arsip Utsmani menunjukkan bahwa ada sekitar 80.000 tentara Utsmaniyah termasuk 5/6.000-10.000 tentara elit Yanisari[3][16][17], dan ribuan pasukan Kristen,[45] yakni 1.500 kavaleri bahwa penguasa Serbia Đurađ Branković diberikan sebagai dari kewajiban untuk sultan Utsmaniyah. Tetapi hanya beberapa bulan sebelumnya, ia telah dibayar untuk memperbaiki dinding Konstantinopel. Saksi Barat kontemporer pengepungan, yang cenderung membesar-besarkan kekuatan Sultan, dengan mengatakan jumlah-jumlah yang banyak dan lebih tinggi mulai dari 160.000-200.000 atau 300.000 orang pasukan.[3] (Niccoló Barbaro: 160.000[46];Jacopo Tedaldi, pedangang Florence[47] dan George Sphrantzes:[18] 200.000; Kardinal Isidor dari Kiev [48] dan Uskup Agung Metilene, Leonardo di Chio:[49] 300,000).[50][51]

Disposisi dan Strategi Turki Utsmani

Mehmed membangun armada untuk mengepung kota dari laut (sebagian diawaki oleh pelaut Yunani dan Gallipoli).[16] Menurut perkiraan kontemporer, kekuatan armada Turki Utsmani adalah terentang 100 kapal (Tedaldi), [47] 145 (Barbaro),[46] 160 (Ubertino Pusculo),[52] 200–250 (Isidore dari Kiev,[48] Leonardo di Chio)[53] hingga 430 (Sphrantzes).[18]Perkiraan modern yang lebih realistis memprediksikan kekuatan armada kapal adalah 126, khusus terdiri dari 6 kapal besar, kapal biasa 10, 15 kapal kecil, 75 perahu dayung besar, dan 20 kuda pengangkut.

Sebelum pengepungan Konstantinopel, diketahui bahwa Kesultanan Utsmaniyah mempunyai kemampuan melemparkan meriam ukuran sedang, tetapi kisaran beberapa bagian mereka dapat mencapai mampu melewati medan yang lebih jauh melampaui harapan orang-orang yang mempertahankan Konstantinopel. Kemajuan Utsmaniyah secara instrumental dalam produksi sosok senjata misterius dengan nama Orban, menurut Hungaria (walapun beberapa pendapat itu dari Jerman).[54] Satu meriam dirancang oleh Orban dinamai "Basilika" mempunyai tinggi yaitu 27 kaki (8,2 m) dan mampu melemparkan meriam seberat 600 lb (272 kg) lebih dari 1 mil (1.6 km).[55]


Seorang pembuat bangunan awalnya mencoba untuk menjual jasa kepada Bizantium, yang tidak mampu untuk mengamankan dana yang dibutuhkan untuk mempekerjakan dia. Orban kemudian meninggalkan Konstantinopel dan mendekati Mehmed II, mengklaim bahwa senjata itu bisa dari ledakan dinding sisi Babilonia itu sendiri. Mengingat dana berlimpah dan bahan yang berlimpah juga, insinyur Hungaria membangun senjata dalam waktu tiga bulan di Adrianopel, di mana ia diseret oleh enam puluh lembu ke Konstantinopel. Sementara itu juga, Orban juga menghasilkan meriam instrumental lainnya untuk kekuatan pengepungan oleh pasukan Turki.[56]

Meriam Orban mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: butuh 3 jam untuk mengisi kembali meriam itu, suplai meriam Orban sangat singkat, dan meriam itu dikatakan sudah jatuh ketangan lain setelah 6 minggu (tapi, fakta ini diperselisihkan[3], yang dilaporkan hanya dalam surat Uskup Leonardo di Chio[49] dan di dalam surat dan seringkali tidak dapat dipercayai sebuah kronikel Rusia dari Nestor Iskander).[57]Setelah sebelumnya membuat pengecoran besar, kira-kira 150 mil (240 km) jauhnya, Mehmed sekarang sekarang harus menjalani proses melelahkan, yaitu mengangkut potongan-potongan besar artilerinya. Dikatakan, meriam besar Orban mempunyai disertai oleh kru dari 60 ekor sapi dan lebih dari 400 orang .[54]

Mehmed merencanakan untuk menyerang Dinding Theodosia, yang merupakan bagian terumit dari dinding dan parit yang melindungi Konstantinopel dari serangan yang berasal dari arah barat. Pasukannya berkemah di luar kota pada hari Senin setelah Paskah, 2 April 1453.

Sebagian besar pasukan Turki Utsmani berkemah di selatan Tanduk Emas, pasukan Eropa biasa berkemah terbentang di seluruh dinding, yang diperintah oleh Karaja Pasha. Pasukan biasa dari Anatolia di bawah Ishak Pasha di selatan Lycus sampai ke Laut Marmara. Mehmed sendiri mendirikan tenda berwarna merah-emasnya dekat Mesotheichion, di mana senjata dan resimen elit, juga Yanissari, juga diposisikan. Bashi-bazouk tersebar di belakang garis depan pertahanan. Pasukan lain di bawah Zagan Pasha dipekejakan di utara Tanduk Emas. Komunikasi dipertahankan dengan jalan yang dibangun melewati rawa dekat Tanduk Emas.[58]

Disposisi dan Strategi Bizantium

Dinding yang dibuat oleh Kekaisaran Romawi Timur

Kota Konstantinopel mempunyai jarak sekitar 20 km dari dinding (Dinding Theodosia: 5,5 km; dinding laut di sepanjang Golden Horn: 7 km; dinding laut di sepanjang Laut Marmara: 7,5 km) salah satu rangkaian dinding benteng terkuat yang ada pada waktu itu. Dinding itu baru saja diperbaiki (di bawah Yohanes VII Palaiologos) dan dalam kondisi yang cukup baik, memberikan pejuang Konstantinopel alasan yang cukup untuk percaya bahwa mereka bisa bertahan sampai bantuan dari Barat tiba.[59]Selain itu juga, pejuang mempunyai perlengkapan yang relatif baik, yaitu dilengkapi dengan 26 armada: 5 dari Genoa, 5 dari Venesia, 3 dari Venesia-Kreta, 1 dari Ancona, 1 dari Aragon, 1 dari Perancis, dan 10 dari Bizantium itu sendiri.

Pada 5 April, Sultan sendiri tiba bersama tentara terakhirnya, sedangkan para pejuang Romawi Timur mengambil posisi mereka.[60]Sebagaimana mereka cukup untuk menempati dinding secara keseluruhan, sudah diputuskan bahwa hanya dinding luar akan berawak. Konstantinus dan pasukan Yunaninya menjaga Mesoteichion, bagian tengah dinding tanah, di mana mereka dilintasi oleh sungai Lycus. Pada bagian dianggap sebagai titik terlemah pada dinding dan serangan yang paling dikhawatirkan di sini. Giustiniani ditempatkan di utara kaisar di Gerbang Charisia (Myriandrion); kemudian selama pengepungan, ia pindah ke Mesoteichion untuk bergabung bersama Konstantin, meninggalkan Myriandrion untuk mengisi tempat saudara Bocchiardi. Minotto dan orang Venesia-nya ditugaskan di Istana Blachernae, bersama dengan Teodoro Caristo, yaitu saudara Langasco dan Uskup Agung Leonardo di Chio. Di sebelah kiri kaisar, kemudian jauh ke selatan terdapat komandan Cataneo, bersama tentara Genoa, dan Theophilus Palaeologus yang menjaga Gerbang Pegae bersama tentara Yunaninya. Bagian dinding tanah dari Gerbang Pegae dan Gerbang Emas (sendiri dijaga oleh orang Genoa tertentu yang disebut Manuel) yang dipertahankan oleh Filippo Contarini, sementara Demetrius Cantacuzenus mengambil posisi di bagian selatan dinding Theodosia. Dinding laut jarang berawak, dengan Jacobo Contarini di Stoudion, kekuatan pertahanan darurat biarawan Yunani ke tangan kirinya, dan Pangeran Orhan ada di Pelabuhan Eleutherius. Péré Julia ditempatkan di Istana Agung dengan pasukan Genoa; Kardinal Isidore dari Kiev menjaga ujung semenanjung dekat perintang pelabuhan. Dinding laut di selatan pantai Tanduk Emas dipertahankan oleh Venesia dan Genoa di bawah Gabriele Trevisano.

Serangan terakhir

Lukisan oleh pelukis Yunani Theophilos Hatzimihail menggambarkan pertempuran di dalam kota, Konstantinus terlihat menunggangi kudap putih.
Pengepungan Konstantinopel, dibuat 1499.

Persiapan untuk serangan terakhir dimulai pada petang 26 Mei dan berlanjut keesokan harinya.[61] Selama 36 jam setelah dewan perang memutuskan untuk menyerang, Utsmaniyah secara besar-besaran menggerakan tentara mereka untuk oefensif umum.[61] Tentara diberi kesempatan untuk berdoa dan beristirahat pada tanggal 28, dan kemudian serangan terakhir akan dilancarkan. Di pihak Bizantium, suatu armada kecil Venesia dengan 12 kapal, setelah menyusuri Aigeia, tiba di Ibukota pada 27 Mei dan melaporkan kepada Kaisar bahwa tidak ada armada bantuan Venesia yang besar yang akan datang.[62] Pada 28 Mei, ketika Utsmaniyah bersiap untuk serangan terakhir, prosesi keagamaan berskala besar digelar di dalam kota. Saat petang suatu upacara khidmat digelar di Hagia Sophia, di mana Kaisar dan perwakilan gereja Latin dan Yunani ikut serta, bersama-sama dengan kaum bangsawan dari kedua pihak.[63]

Tidak lama setelah tengah malam pada 29 Mei serangan mati-matian dimulai. Pasukan Kristen Kekaisaran Utsmaniyah menyerang pertama kali, diikuti oleh gelombang serangan berturut-turut oleh azap ireguler, yang miskin pelatihan dan perlengkapan, serta pasukan Anatolia yang berfokus pada bagian dinding Blachernai di barat laut kota, yang telah rusak oleh meriam. Bagian ini dibuat lebih tua, pada abad kesebelas, dan jauh lebih lemah. Pasukan Anatolia berhasil menembus bagian dinding ini dan memasuki kota namun dengan cepat dihalau keluar oleh pasukan bertahan. Akhirnya, seiring pertempuran terus berlanjur, gelombang terakhir, yang terdiri atas Yanisari elit, menyerang dinding kota. Jenderal Genoa yang memimpin serangan darat,[3][48][49] Giovanni Giustiniani, terluka parah selama serangan, dan evakuasinya dari benteng memicu kepanikan di kalangan pasukan bertahan.[64] Giustiniani dibawa ke Khios, di mana dia meninggal akibat lukanya beberapa hari kemudian.

Dengan mundurnya pasukan Genoa yang dipminpin Giustiniani ke dalam kota dan menuju pelabuhan, Konstantinus dan pasukannya, kini tinggal berjuang sendirian, terus bertempur dan mampu menahan Yanisari untuk sementara, tapi akhirnya mereka tidak mampu menghentikan Yanisari memasuki kota. Pasukan bertahan juga kewalahan di beberapa titik di bagian Konstantinus. Ketika bendera Utsmaniyah berkibar di atas sebuah gerbang belakang kecil, Kerkoporta, yang terbuka, kepanikan merebak, dan pertahanan pun runtuh, seiring Yanisari, yang dipimpin oleh Ulubatlı Hasan terus menekan. Tentara Yunani berlarian ke rumah untuk melindungi keluarga, tentara Venesia berlarian ke kapal-kapal mereka, dan beberapa tentara Genoa melarikan diri ke Galata. Sisanya bunuh diri dengan melompat dari dinding kota atau menyerah.[4] Rumah-rumah Yunani yang paling dekat dengan kota adalah yang pertama mengalami penyerangan oleh Utsmaniyah. Disebutkan bahwa Konstantinus, melepaskan regalia ungunya, memimpin serangan terakhir terhadap pasukan Utsmaniyah yang berdatangan, dan meninggal dalam bentrokan yang terjadi di jalanan besama para tentaranya. Di pihak lain, Nicolò Barbaro, seorang saksi mata Venesia selama pengepungan, menulis dalam buku hariannya bahwa dikatakan bahwa Konstantinus gantung diri ketika Utsmaniyah menembus gerbang San Romano, meskipun nasib akhirnya tak diketahui.[65]

Setelah serangan awal, pasukan Utsmaniyah menyebar di sepanjang kalanan kota, Mese, melewatkan forum-forum besar, dan melewatkan Gereja Rasul Suci, yang diinginkan oleh Mehmed II untuk dijadikan tempat kedudukan patriark yang akan ditunjuknya, yang akan membantunya untuk lebih baik dalam mengendalikan rakyat Kristennya. Mehmed II telah mengirim tentara untuk melindungi bangunan-bangunan penting seperti gereja tersebut.

Sedikit penduduk sipil yang beruntung berhasil kabur. Ketika orang Venesia melarikan diri ke kapal-kapal mereka, Utsmaniyah telah merebut dinding Tanduk Emas, namun tentara Ustmaniyah tidak membunuh mereka karena lebih tertarik untuk menjarah rumah-rumah di kota. Akibatnya, Tanduk Emas diabaikan sehingga orang Venesia mampu selamat. Kapten Venesia memerintahkan anak buahnya untuk mendobrak gerbang Tanduk Emas, lalu mengisi kapal dengan tentara Venesia dan pengungsi dari kota. Segera setelah mereka pergi, beberapa kapal Genoa dan bahkan kapal Kaisar mengikuti mereka keluar dari Tanduk Emas. Tak lama setelah itu, Angkatan Laut Utsmaniyah kembali menguasai Tanduk Emas pada tengah hari.[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Military History: Byzantine Ottoman Wars Fall of Constantinople
  2. ^ Constantine XI (1449–1453) and the capture of Constantinople
  3. ^ a b c d e f Pertusi, Agostino, ed. (1976). La Caduta di Costantinopoli. Fondazione Lorenzo Valla: Verona. (An anthology of contemporary texts and documents on the fall of Constantinople; includes bibliographies and a detailed scholarly comment). 
  4. ^ a b c d e f Donald Nicol. "Constantine XI and Mehmed II: the fall of Constantinople 1448-53" Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "coursesa.matrix.msu.edu" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  5. ^ Nicol, Donald M. (1999). Bizans'ın Son Yüzyılları (1261–1453). İstanbul: Tarih Vakfı Yurt Yayınları. ISBN 975-333-096-0 s.418-420.
  6. ^ Runciman, Steven (1965). The Conquest of Constantinople, 1453. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 85. ISBN 0-521-39832-0. 
  7. ^ a b Merle Severy. Byzantine Empire. National Geographic. Vol. 164, No. 6 December 1983, hlm. 755?.
  8. ^ A Global Chronology of Conflict: From the Ancient World to the Modern Middle ... , Spencer C. Tucker, 2009, hlm. 343
  9. ^ Nicolle, David (2000). Constantinople 1453: The end of Byzantium. Oxford: Osprey Publishing. hlm. 45. ISBN 1-84176-091-9. 
  10. ^ http://www.greece.org/romiosini/fall.html
  11. ^ J. E. Kaufmann, Hanna W. Kaufmann: The Medieval Fortress: Castles, Forts, and Walled Cities of the Middle Ages, Da Capo Press, 2004, ISBN 0-306-81358-0, page 101
  12. ^ Ikram ul-Majeed Sehgal: Defence Journal (Issue 8), 2005, page 49
  13. ^ Daniel Goffman: The Ottoman Empire and Early Modern Europe, Cambridge University Press, 2002, ISBN 0-521-45908-7, page 52
  14. ^ James Patrick: Renaissance And Reformation, Marshall Cavendish, 2007, ISBN 0-7614-7650-4, page 618
  15. ^ Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books. 
  16. ^ a b c Nicolle 2000.
  17. ^ a b İnalcık, Halil (2008), Osmanlı İmparatorluğu Klasik Çağ (1300–1600)
  18. ^ a b c Chronicles of George Sphrantzes; Greek text is reported in A. Mai, Classicorum auctorum e Vaticanis codicibus editorum, tome IX, Romae 1837, pp 1–100
  19. ^ The Destruction of the Greek Empire, Edwin Pears
  20. ^ Leonardo di Chio, Letter,927B: "three hundred thousand and more".
  21. ^ Nicolle 2000, hlm.  44.
  22. ^ Uyar, Mesut; Erickson, Edward J. (2009). A military history of the Ottomans: from Osman to Atatürk. Santa Barbara: Praeger. hlm. 37. ISBN 978-0-275-98876-0. 
  23. ^ Michael Lee Lanning: The Battle 100: The Stories Behind History's Most Influential Battles, Sourcebooks, Inc., 2005, ISBN 1-4022-2475-3, pg 139–140
  24. ^ Saul S. Friedman: A history of the Middle East, McFarland, 2006, ISBN 0-7864-5134-3, page 179
  25. ^ Nicolle, David (2007). The Fall of Constantinople: The Ottoman Conquest of Byzantium. New York: Osprey Publishing. hlm. 237, 238. 
  26. ^ Ruth Tenzel Fieldman, The Fall of Constantinople, Twenty-First Century Books, 2008, hlm. 99
  27. ^ "Constantinople City of the World's Desire 1453–1924". The Washington Post. 4 February 1997. Diakses tanggal 28 October 2012. 
  28. ^ a b Steven Runciman: The Fall of Constantinople 1453, ISBN 1-107-60469-9, Cambridge University Press, 2012, hlm. 215.
  29. ^ Crowley, Roger (2006). Constantinople: The Last Great Siege, 1453. Faber. ISBN 0-571-22185-8.  (reviewed by Foster, Charles (September 22, 2006). "The Conquestof Constantinople and the end of empire". Contemporary Review. Beberapa mengatakan Abad Pertengahan berakhir kemudian )
  30. ^ http://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/captaincook_01.shtml
  31. ^ Diffie, Bailey W. and George D. Winius, "Foundations of the Portuguese Empire, 1415–1580", p.176
  32. ^ http://www.fsmitha.com/h3/h17-am.html
  33. ^ James Hendersen, Sent Forth a Dove: Discovery of the Duyfken, Perth, University of WA Press, 1999, p.35.
  34. ^ http://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/captaincook_01.shtml
  35. ^ Runciman 1965, p. 60
  36. ^ a b c d Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books. hlm. 373. 
  37. ^ Setton, Kenneth M. (1978), The Papacy and the Levant (1204–1571), Volume II: The Fifteenth Century, DIANE Publishing, hlm. 146, ISBN 0-87169-127-2, Sementara Mehmed II sedang membuat persiapan untuk Pengepungan Konstantinopel, ia mengirim surat untuk jenderal tua Turakhan dua anak laki-lakinya, Ahmed Beg dan Omar Beg untuk menginvasi Morea dan tetap berada di sana sepanjang musim dingin untuk menjaga lalim Thomas dan Demetrius dari kepergian mereka berdua untuk membantu saudara mereka, yaitu Konstantinus XI 
  38. ^ Runciman 1965, pp. 83–84
  39. ^ Runciman 1965, p. 81
  40. ^ Runciman 1965, p. 85.
  41. ^ a b Penaklukan Konstantinopel
  42. ^ Michael Spilling, ed., Battles That Changed History: Key Battles That Decided the Fate of Nations ( London, Amber Books Ltd. 2010) p.187.
  43. ^ Menurut Phrantzes, Konstantinus telah memerintahkan untuk membuat sensus, Kaisar terkejut ketika jumlah laki-laki yang mampu membawa senjata ternyata hanya 4.983 orang. Leonardo di Chio menyampaikan jumlahnya 6.000 Orang Yunani. Lihat buku The Conquest of Constantinople: 1453 Karya Steven Runciman tahun 1965, hal. 85.
  44. ^ Nicolle. Constantinople 1453, p. 32.
  45. ^ a b deremilitari.org
  46. ^ a b Nicolò Barbaro, Giornale dell'Assedio di Costantinopoli, 1453. The autograph copy is conserved in the Biblioteca Marciana in Venice. Barbaro's diary has been translated into English by John Melville-Jones (New York:Exposition Press, 1969), part of which is available on deremilitare.org
  47. ^ a b Concasty, M.-L., Les «Informations» de Jacques Tedaldi sur le siège et la prise de Constantinople
  48. ^ a b c Epistola reverendissimi patris domini Isidori cardinalis Ruteni scripta ad reverendissimum dominum Bisarionem episcopum Tusculanum ac cardinalem Nicenum Bononiaeque legatum (surat Kardinal Isidor kepada Kardinal Basilios Bessarion), tertanggal 6 Juli 1453
  49. ^ a b c Leonardo di Chio, Letter to Paus Nicholas V, tertanggal 16 Agustus 1453, di edit oleh J.-P. Migne, Patrologia Graeca, 159, 923A–944B.
  50. ^ Leonardo di Chio, Letter, 300.000).
  51. ^ Leonardo di Chio, Letter,927B: "three hundred thousand and more".
  52. ^ Ubertino Pusculo, Constantinopolis, 1464
  53. ^ Leonardo di Chio, Letter, 930C.
  54. ^ a b Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books. hlm. 374. 
  55. ^ Davis, Paul (1999). 100 Decisive Battles. Oxford. hlm. 166. ISBN 978-0-19-514366-9. 
  56. ^ Runciman 1965, hlm. 77–78
  57. ^ Ahli lain yang dipekerjakan Dinasti Utsmaniyah adalah Ciriaco de 'Pizzicoli, ia dikenal sebagai Ciriaco dari Ancona
  58. ^ Runciman 1965, pp. 94–95.
  59. ^ Nicolle 2000, p. 39.
  60. ^ The following information is taken from Runciman (1965), pp. 92–94.
  61. ^ a b Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books. hlm. 378. 
  62. ^ Norwich, John Julius (1997). A Short History of Byzantium. New York: Vintage Books. hlm. 377. 
  63. ^ Vasiliev 1952, hlm. 651–652
  64. ^ Sources hostile towards the Genoese (such as the Venetian Nicolò Barbaro), however, report that Longo was only lightly wounded or not wounded at all, but, overwhelmed by fear, simulated the wound to abandon the battlefield, determining the fall of the city. These charges of cowardice and treason were so widespread that the Republic of Genoa had to deny them by sending diplomatic letters to the Chancelleries of England, France, the Duchy of Burgundy and others. See C. Desimoni, Adamo di Montaldo, in Atti della Società Ligure di Storia Patria, X, 1874, pp. 296–7.
  65. ^ Barbaro added the description of the emperor's heroic last moments to his diary based on information he received afterward. According to some Ottoman sources Constantine was killed in an accidental encounter with Turkish marines a little further to the south, presumably while making his way to the Sea of Marmara in order to escape by sea. See Nicolle (2000).

Bacaan lanjutan

  • Franz Babinger: Mehmed the Conqueror and His Time (1992) Princeton University Press ISBN 0-691-01078-1
  • The Siege of Constantinople (1453), according to the eyewitness Nicolò Barbaro
  • Murr Nehme, Lina (2003). 1453: The Conquest of Constantinople. Aleph Et Taw. ISBN 2868398162. 
  • Richard A. Fletcher: The Cross and the Crescent (2005) Penguin Group ISBN 0-14-303481-2
  • Harris, Jonathan, Constantinople: Capital of Byzantium (2007) Hambledon/Continuum. ISBN 978-1-84725-179-4
  • Harris, Jonathan, The End of Byzantium (2010) Yale University Press. ISBN 978-0-300-11786-8
  • Nicolle, David (2000). Constantinople 1453: The end of Byzantium. Osprey Publishing. ISBN 1-84176-091-9. 
  • Norwich, John Julius (1995). Byzantium: The Decline and Fall. New York: Alfred A. Knopf. ISBN 0-679-41650-1. 
  • Pertusi, Agostino, ed. (1976). La Caduta di Costantinopoli, I: Le testimonianze dei contemporanei (dalam bahasa Italian). Verona: Fondazione Lorenzo Valla. 
  • Pertusi, Agostino, ed. (1976). La Caduta di Costantinopoli, II: L’eco nel mondo (dalam bahasa Italian). Verona: Fondazione Lorenzo Valla. 
  • Runciman, Steven (1965). The Conquest of Constantinople: 1453. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-39832-0. 
  • Smith, Michael Llewellyn, "The Fall of Constantinople", in History Makers magazine No. 5 (London, Marshall Cavendish, Sidgwick & Jackson, 1969) p. 192
  • Andrew Wheatcroft: The Infidels: The Conflict Between Christendom and Islam, 638–2002 (2003) Viking Publishing ISBN 0-670-86942-2
  • Justin Wintle: The Rough Guide History of Islam (2003) Rough Guides ISBN 1-84353-018-X