Lompat ke isi

Suku Angkola

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 September 2017 21.13 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Suku Angkola atau Padang Bolak adalah hasil kemenangan masyarakat yang dipimpin Ompu Jolak Maribu Dalimunte, Tongku Malim Lemleman Harahap, Oppu Toga Langit Harahap dan Parmata Sapiak Daulay melawan Rajendra Chola, setelah kemenangan mereka, mereka mendirikan Kesultanan Aru Barumun, yang dipimpin Abdullah Hrp gelar Sultan Nabuttu Harahap,pasukan Rajendra Chola pun lari ke Utara yang sekarang jadi Batak Pak Pak. Pada abad 13 masa pemerintahan Marwan Hrp gelar Sultan Nasinok mendapat serangan Nasution dari Pagaruyung, mereka berhasil menguasai Aru sebagian dan menamainya Mandehilang.

Pada abad 14 Sultan Husein Hrp gelar Sultan Maujalo berhasil meminta bantuan ke Malaka, dan mendatangkan orang Bugis yang sekarang jadi Lubis menggantikan Sultan Pulungan di Mandailing Julu dan juga orang Melayu yang sekarang jadi marga Tanjung di Sibolga dan Pagaruyung. Sultan Husein Hrp pun berhasil menikahi putri Sultan Malaka yaitu Ince Purnama. Ketika Malaka diserang Portugis, Sultan Husein Hrp memberikan tanahnya di Riau untuk diduduki Johor pengganti Malaka yang Baru karena Sultan Malaka adalah mertua Sultan Husein Hrp .

       Pada abad 14 Panglima Karim Daulay menantu Sultan Sofyan Hrp gelar Sultan di Langit, ditugaskan menjalin hubungan diplomatik dengan Pasai, mengunjungi Samudra Pasai tapi Karim Daulay dihina disana. Panglima Karim Daulay dan Sultan Husein Hrp yang tidak terima, merekapun bekerja sama dengan Portugis untuk mengalahkan Samudra Pasai, dibawah pimpinan panglima Rizal Rambe gelar Namora Rambe dan Ahmad Lubis gelar Namora di Tamiang , Pasaipun kalah ditangan kesultanan Aru dan Portugis, orang Pasai dikesultanan Aru sekarang jadi marga Pasaribu.
       Pada Abad 15 kesultan Aceh muncul sebagai kerajaan baru, Aceh menyerang Aru, diserang sampai ke Portibi dekat Sungai Batang Pane, Sultan Ali Bincar Hrp  gelar Sultan Simataniari pun tewas ditangan pasukan Aceh dan ratusan pasukan Gajahnya pun diangkut oleh Aceh, tetapi Ratu Aru Sambilan Jogi Daulay selamat dia meminta bantuan ke Portugis, portugis lagi sibuk melawan Sisingamangaraja 1 di Barus, Sisingamangaraja 1pun berhasil mengusir Marga Siregar dan pengikutnya seperti Ritonga, Silo dari Toba.

Ratu Aru Daulay berhasil menikah dengan Sultan Johor, otomatis Aru sekarang dipimpin Sultan Johor. Saudara almarhum Ali Bincar Hrp tidak terima dengan pernikahan Ratu Aru Daulay, mereka pun membentuk kesultanan Aru Barumun ,mereka pun melakukan pemilihan Sultan Baru dan yang terpilih adalah anak dari Sultan Gunung tua dan Sarifah keturunan Alawiyin, keturunan mereka digelari Baginda untuk yang putra, Puti atau Putri untuk yang perempuan, otomatis pemimpin Aru Barumun dengan gelar Baginda, pemimpin Aru Barumun mengundang orang Bakkara seperti Hasibuan pada abad 15, Hasibuan pun diberikan tanah dihulu Barumun . Kesultanan Aru Barumun mendapat bantuan dari portugis, pemimpin Aru Johor yaitu Putri Hijau pun ditangkap Portugis dan menembaki pasukan Aru Johor dilangkat. Kesultanan Aru Barumun berhasil memisahkan Aru Johor dan Johor, Kesultanan Aru Barumun dibawah pimpinan Burhanuddin Harahap gelar Baginda Harahap berhasil menguasai Deli Serdang sampai Labuhan Batu, Aru johorpun kalah dibikin Aceh.

Abad ke ke 16-18 Kesultanan Aru Barumun semakin terdesak karena Aceh, Johor dan Belanda bekerjasama mengalahkan Aru di Sumatera Timur dan Portugis di Malaka. Kesultanan Aru Barumun pun kehilangan wilayahnya di Sumatera timur saat Sultan Iskandar Muda yang bekerja sama dengan Belanda.Barumun

          Pada tahun 1803 Sultan Aru Barumun terakhir yaitu Fakhruddin Hrp gelar Baginda Soripada di Kota Pinang dan Aminuddin Hrp gelar Baginda Pamenan di Pasir Pangarayan, Rokan, Riau kedua Baginda takluk dibuat Pasukan Paderi yang di Biayai Inggris, paderi dibawah pimpinan Tuanku Lelo atau Idris Nasution dari Mandailing Godang dan Tuanku Kotapinang atau Edy Nansakti dari kesultanan Kota Pinang yang bermahzab wahabi. Pasukan Belanda pun tiba di Tapanuli Selatan mereka membiayai masyarakat Sunny untuk melawan wahabi, paderi pun berhasil terusir dari Tapsel.Belanda juga turut menghapus perbudakan di Tapsel. Kaum Sunny mendirikan tarekat Naqsabandiyah yang dimulai dari Syeh Abdul Wahab Rokan, Syeh Zainal Abidin Harahap di Sidempuan, Syeh Abdul Gani Harahap di Angkola, Syeh Abdul Fatah Lubis di Mandailing Julu, Syeh Ismail bin Abdullah Harahap di Tanjung Balai, Syeh Muktar Hasibuan di Sipirok.

Pranala luar

Referensi